“Akulah roti yang hidup yang telah turun dari surga. Jikalau seseorang makan roti ini, ia akan hidup selamanya, dan roti yang akan Kuberikan itu adalah daging-Ku yang akan Kuberikan untuk hidup dunia."
Dalam ayat 48, Sang Guru menyebut dirinya:“Akulah roti kehidupan”; di sini: “Akulah roti yang hidup”.Roti yang hidup selalu menyalurkan kehidupan.Jadi, hidup yang ada dalam Sang Guru sama dengan hidup “Bapa yang hidup” (ayat 57).
Dalam ayat 50 dikatakan bahwa “Roti itu turun”, tetapi di sini ditegaskan: “Roti yang telah turun, konkretnya turun pada saat Sang Guru mati di salib. Ia turun juga pada saat ia dikandung ibunya, tetapi sesungguhnya ia turun supaya lewat wafatnya segenap umat manusia diselamatkan.“Jikalau seseorang makan roti ini, ia akan hidup selamanya”, tegas Sang Guru.
Mengapa? Sebab dengan makan roti itu, ia menerima hidup ilahi.Ia hidup sebagai anak Allah sehingga akan dibangkitkan.
Hidup macam apakah ini? Persatuan kasih dengan Sang Guru yang tidak pernah dapat dibinasakan oleh maut. Persatuan itu justru akan tergenapi dengan sempurna pada saat manusia akan mengalami kematian fisik.
©SL 8 Mei 2014Powered by The Holy Trinity®
0 komentar:
Posting Komentar