Paus Fransiskus sebagai Person of The Year 2013 oleh majalah Time

Baru 9 bulan menjabat, Paus dipilih menjadi Tokoh Terpilih 2013

Selamat Datang di Gereja Katolik Blog

Gabunglah di Twitter kami: https://twitter.com/Katolik_ku

Selamat Datang di Gereja Katolik Blog

Terimakasih atas kunjungannya, semoga blog ini bermanfaat untuk meningkatkan iman Katolik kita.

Selamat Datang di Gereja Katolik Blog

Terimakasih atas kunjungannya, semoga blog ini bermanfaat untuk meningkatkan iman Katolik kita.

Selamat Datang di Gereja Katolik Blog

Terimakasih atas kunjungannya, semoga blog ini bermanfaat untuk meningkatkan iman Katolik kita.

Selamat Datang di Gereja Katolik Blog

Terimakasih atas kunjungannya, semoga blog ini bermanfaat untuk meningkatkan iman Katolik kita.

Selamat Datang di Gereja Katolik Blog

Terimakasih atas kunjungannya, semoga blog ini bermanfaat untuk meningkatkan iman Katolik kita.

Minggu, 14 September 2014

Bunda yang berdukacita

Diperingati setiap tgl. 15 September

Peringatan Wajib Santa Perawan Maria Berdukacita
     
 Hari ini Gereja Katolik memperingati Peringatan Wajib Santa Perawan Maria yang Berdukacita. Apa maksudnya? Mengapa wajib diperingati? 

Sebagai seorang manusia yang lahir dari rahim seorang ibu, tentu kita akan mengignat ibu kita, terlebih penderitaan ibu kita sendiri. Adakah seorang anak yang tega membiarkan ibunya menderita, atau setidak-tidaknya tidak ambil pusing dengan penderitaan ibu sendiri? 

Orang yang baik dan setia pada Yesus tidak akan melakukan hal  yang demikian. Pokok permasalahannya ialah, sebagai umat beriman, tentu Bunda Maria menjadi Bunda kita semua oleh karena Yesus telah menjadi penebus bagi semua orang. 

Injil memberitakan bagaimana ramalan nabi Simeon terhadap bunda Maria. Simeon mengatakan bahwa “..suatu pedang akan jiwamu sendiri…” (Luk 2:35).  

Pernahkah terbayang, seorang ibu yang hendak bersukacita akan kelahiran anaknya sendiri harus mendengar “berita miris” bahwa anak yang akan dikandung justru menimbulkan perbantahan dan menembus hati sendiri? Rasa takut, cemas, dan mengerikan akan begitu meliputi. Itulah yang mungkin dirasakan oleh Bunda Maria.

Yesus harus mengalami penderitaan ditolak oleh orang – orang sekitar, namun terlebih memuncak saat penderitaan-Nya di salib, sebuah “ke-martiran” fisik demi teusan banyak orang. Bagaimana dengan Bunda Maria? 

Bunda Maria harus menjadi “martir” dalam hatinya sendiri, sebab penderitaan hati-nya sebagai seorang ibu begitu dahsyat diatas penderitaan hati orang lain. Seorang ibu yang justru siap menerima ramala Simeon yang sungguh mengejutkan, justru mengajarkan bagaimana kita belajar dari sosok Sang Bunda untuk setia kepada Yesus hingga sampai di kaki salib sekalipun hati sungguh sedih dan menderita. Bunda Maria tetap setia kepada Yesus apapun yang terjadi, dan Bunda Maria menyimpan semua perkara yang tak mudah itu di dalam hatinya, namun dngan kasih keibuannya dan kepercayaan akan rencana Allah kemartiran nya dalam hati harus diterima. 

Demikian kita, harus menerima semua hal dalam kehidupan dan siap untuk mengolah apapun yang terjadi, karena Bunda Maria telah menjadi ibu yang memberikan kekuatan hati untuk tetap setia pada perkara hati yang tidak mudah
  
RENUNGAN OLEH: DEUS PROVIDEBIT


Lukisan "Maria, berduka cita" di dinding Gereja Santo Stefano Rotondo, Roma


1. Lihat bunda yang berduka di depan salib Sang Put'ra;air mata bergenang. O betapa jiwa ibu tersedu menanggung pilu,bagai ditembus pedang

2. Bunda Put'ra Tunggal Allah disebut "yang berbahagia"kini sangat bersedih. Hatinya dirundung duka,kar'na Put'ra yang termulia bersengsara di salib.

3. O siapa tidak pilu menyaksikan bunda Kristus menangisiPut'ranya? Dan siapa tak tergugah menyelami duka bundaDalam siksa Anaknya?

4. Dilihatnya Yesus, Put'ra, yang tersiksa dan terlukakar'na dosa umatNya dan bergumul sendirianmenghadapi kematian menyerahkan nyawaNya.

5. Wahai bunda, sumber kasih, biar turut kuhayatidukamu yang mencekam; biar hatiku bernyala mengasihiPut'ra Allah dan padaNya berkenan.

6. Biarlah sengsara aib dari Dia yang tersalib tersemat di hatiku;yang ditanggungNya bagiku kudekap bersamamu.

7. Biar aku disampingmu pilu kar'na wafat Kristusdi sepanjang hidupku; inilah keinginanku:di dekat salib Put'ramu besertamu tersedu.

8. O perawan yang terpilih, perkenankan aku iniikut dikau bersedih; biar kematian Tuhandan darahNya yang tercurah kukenangkan tak henti.

9. Biar aku pun terluka, menghayati salib Tuhan,digerakkan kasihNya. Hatiku engkau kobarkan;biar aku dibebaskan dalam penghakimanNya.


10. Biarlah salib Tuhanku jadi benteng naunganku dan kurasa rahmatNya.Bila nanti aku mati, biar aku mewarisi kemuliaan yang baka.

Sabtu, 02 Agustus 2014

Doa untuk Gereja yang dianiaya (bdk. PS 178)


Doa untuk Gereja yang dianiaya (bdk. PS 178)

Allah, Bapa di surga, kami bersyukur kepada-Mu, karena Yesus telah menghimpun umat baru bagi-Mu, yakni Gereja. Sungguh berat perjuangan-Nya untuk mewujudkan umat baru itu; la harus menderita, bahkan harus wafat di salib. Tetapi la sendiri telah meyakinkan kami bahwa la mendirikan Gereja-Nya di atas batu karang, dan alam maut tidak akan menguasainya.

Bapa, keyakinan ini pulalah yang telah memberikan kekuatan besar kepada para murid-Nya yang harus menderita karena nama-Nya. Kami ingat akan para rasul yang dikejar-kejar, ditangkap, dan dipenjarakan karena nama Yesus. Kami ingat akan Stefanus yang demi kesetiaannya kepada Yesus harus menanggung penganiayaan yang kejam, dibunuh dengan dilempari batu. Tetapi dengan perkasa dia sendiri mendoakan orang-orang yang menganiayanya dan memohonkan pengampunan dari-Mu. Juga kami ingat akan Rasul Paulus, yang selalu membawa salib Kristus ke mana pun pergi.

Semoga teladan hidup mereka menyadarkan kami semua, terutama saudara-saudara kami yang sedang dianiaya di Timur Tengah. Betapa besar kekuatan yang Kau berikan kepada mereka yang dianiaya demi nama Yesus. Semoga kesadaran itu membangkitkan pula kekuatan dan ketabahan dalam diri mereka. Semoga mereka tetap setia, bahkan merasa bangga karena boleh ikut memanggul salib Kristus, dan memberikan kesaksian tentang salib yang sungguh memberikan kekuatan. Demi Kristus, Tuhan kami. (Amin.)

Selasa, 15 Juli 2014

RETRET Pasangan Suami Istri (PASUTRI)

Keluarga adalah unit terkecil dari gereja tapi mempunyai peranan yg sangat besar. Bila peran dan fungsi keluarga berjalan baik maka akan tercipta kedamaian. 

Keluarga Alumni Sekolah Evangelisasi Pribadi SHEKINAH (KELASI) mengajak teman2 sekalian untuk merasakan kembali hangatnya kasih di dalam perkawinan dalam RETRET Pasangan Suami Istri (PASUTRI) dengan narasumber:

Romo Hibertus Hartono MSF (Sekretaris Eksekutif Komisi Keluarga KWI
Romo Chris Purba, SJ, moderator SEP Shekinah/BPK PKK KAJ

Dan didukung oleh kesaksian-kesaksian dari PASUTRI:
Heru Hendradinata dan Gisela (Mekky)
Joseph Tedjaindra  dan Irene
A. Fajar Kurniawan dan Anastasia
Aloysius M Yasin dan Emnyjune Simatupang
Dr. Soenardi dan Ellen

Pada Hari/Tgl: 
Jumat-Minggu
15-17 Agustus 2014

Casa Monte Rosa Hotel
Puncak Mountain Resort

Dengan tema:
Pasutri yang dipilih untuk melayani.

Pendaftaran:
Moniq: 0812 11 690 690
Fung: 087 88 68 17117
Ariyanti: 021-94045060

Biaya: Rp. 1.600.000/pasang  (Sdh termasuk Penginapan 3 hari 2 Malam 7x makan, 4x snack, buku)
dapat ditransfer ke BCA# 6220 296 758, a/n Yolanda Fanisaputra 

Mohon CANTUMKAN NAMA LENGKAP dan NO HP PESERTA di bagian keterangan pada SAAT TRANSFER.  
Mohon konfirmasi pembayaran melalui email/SMS ke ola.yolanda@gmail.com atau 081807026269. 


Senin, 07 Juli 2014

AGUSTINUS ZHAO RONG




AGUSTINUS ZHAO RONG lahir di Wuchuan, Tiongkok pada tahun 1746. Kisah masa kecilnya tidak banyak diketahui orang. Ketika dewasa ia memilih menjadi tentara dan disukai banyak orang karena kesungguhannya. Sebagai tentara ia berusaha melakukan yang terbaik dengan seluruh kemampuannya. Keahliannya sebagai tentara membuatnya dipercaya untuk menangani tugas-tugas penting termasuk mengawal Uskup John Gabriel Dufresse dari Paris yang tiba di Tiongkok. Perjumpaan dengan uskup yang rendah hati ini menariknya untuk mengenal lebih dalam mengenai kekristenan. Sebaliknya bagi Uskup John Gabriel, Zhao Rong adalah gambaran keberanian, kesungguhan dan kekuatan tentara Tiongkok yang sempurna. 

Perkenalannya dengan Uskup John Gabriel membuatnya mengenal Yesus lebih dalam. Ia mengambil keputusan besar, meninggalkan tugasnya sebagai tentara Tiongkok dan berganti menjadi tentara Kristus lewat jalan imamat. Setelah melalui masa pendidikan sebagai calon imam, Zhao Rong ditahbiskan sebagai imam diosesan Vikariat Apostolik Sichuan. Sebagai imam, ia dengan gigih dan berani mewartakan Kristus. Jiwa tentaranya tidak pudar walaupun ia menjadi imam. Sebaliknya, ia justru membara karena kini tahu siapa yang ia abdi. Zhao Rong menjadi pembela iman yang mengagumkan. 

Zhao Rong juga sangat dekat dengan kaum muda. Kedekatannya dengan mereka menarik banyak kaum muda untuk mengenal Kristus lebih dekat lagi. Seorang anak muda bernama Chi Zhuzi adalah sahabat dekat Zhao Rong. Berkat keberaniannya memperkenalkan Kristus, Zhao Rong dan 119 anak muda termasuk Chi Zhuzi ditangkap dan dipenjara di Chengdu. Di penjara itu mereka dipaksa untuk menyangkal iman Kristiani agar dapat dibebaskan. 

Suatu hari, setelah gagal membuat mereka menyangkal iman, para sipir mencoba cara yang lebih kejam. Mereka menyiksa Chi Zhuzi dengan cara mengulitinya. Hal ini dilakukan di hadapan Zhao Rong dan anak-anak muda lainnya, dengan harapan mereka menjadi takut dan menyangkal iman mereka. Tetapi, Chi Zhuzi menghadapi siksaan dengan tabah sambil terus mengarahkan hatinya kepada Kristus. Setelah lengan kanannya dipenggal, ia berseru, “Setiap daging dan tetes darah saya akan memberitahu Anda bahwa saya adalah seorang pengikut Kristus.” Chi Zhuzi meninggal di depan Zhao Rong yang tidak lama kemudian juga mengalami siksaan serupa. 
  
Pada tahun 1900, Paus Leo XIII membeatifikasi Zhao Rong dan kawan-kawannya. Seratus tahun kemudian, tepat pada 1 Oktober 2000, Paus Yohanes Paulus II mengkanonisasi Zhao Rong bersama 120 martir lain. Martir ini terdiri dari anak-anak, kaum buruh, katekis dan orang tua. Gereja Katolik merayakan peringatan St. Agustinus Zhao Rong dan kawan-kawan, para martir dari Tiongkok setiap 9 Juli. Ia dihormati sebagai pelindung para tentara.(RUAH/Charles V, Sumber: www.wikipedia.org, www.americancattholic.org)

Minggu, 29 Juni 2014

Bacaan Injil dan Renungan Benih Sabda hari ini, Senin 30 Juni 2014

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (8:18-22)

"Ikutlah Aku."
Pada suatu hari banyak orang mengerumuni Yesus. Melihat hal itu Yesus menyuruh bertolak ke seberang.

Lalu datanglah seorang ahli Taurat dan berkata kepada-Nya, “Guru, aku akan mengikuti Engkau, ke mana saja Engkau pergi.”

Yesus berkata kepadanya, “Serigala mempunyai liang, dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya.”

Seorang lain, yaitu salah seorang murid-Nya berkata kepada-Nya, “Tuhan, izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan ayahku.”

Tetapi Yesus berkata kepada-Nya, “Ikutilah Aku, dan biarlah orang-orang mati menguburkan orang-orang mati mereka.”

Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.



Renungan Benih Sabda - 30 Juni 2014

MEMAKAMKAN AYAHKU

Mat 8:21-22 
Seorang pengikutnya yang lain berkata kepada-Nya, 
"Tuhan, izinkanlah aku pergi memakamkan ayahku 
terlebih dahulu." Tetapi Yesus berkata kepadanya, 
"Ikutlah Aku, dan biarkanlah orang-orang mati 
memakamkan mereka yang mati."

Arti “mengikut Yesus” digambarkan dalam kisah ini.
Pertama-tama, bagi murid Sang Guru,
Yesus bukan Guru saja, melainkan “Tuhan” sendiri.
Murid sungguh hidup
jika Yesus adalah hidupnya sendiri (Flp 1:21).

Namun, murid yang sudah memahami banyak sekalipun
sulit memahami Sang Guru dalam arti penuh.
Sebab ia mengerti bahwa Sang Guru
tak dapat berperan dalam hidupnya sebagai Nomor Dua.
Seandainya itu mungkin, maka Guru bukan Tuhan.

Seorang perempuan mengandung; ia punya bayi.
Tetapi, suatu saat nanti bayi itu harus keluar dari rahim.
Seorang ayah berkuasa penuh atas anaknya.
Tetapi, anak itu harus lepas darinya kelak,
untuk hidup secara benar-benar dewasa.

Apa saja yang menyenangkan
sehingga menurunkan kedudukan Sang Guru,
harus dilepaskan. Pelepasan ini adalah kemerdekaan.
Hanya dengan mengasihi Tuhan, manusia merdeka!

©SL 30 Juni 2014

Jumat, 27 Juni 2014

Injil hari ini, Minggu, 29 Juni 2014 Hari Raya St. Petrus dan St. Paulus, Rasul

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (16:13-19)
     
"Engkau adalah Petrus, kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Surga."
            
Sekali peristiwa Yesus tiba di daerah Kaisarea Filipi. Ia bertanya kepada murid-murid-Nya, “Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?” 

Jawab mereka, “Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia, dan ada pula yang mengatakan: Yeremia atau salah seorang dari para nabi.” 

Lalu Yesus bertanya kepada mereka, “Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?” Maka jawab Simon Petrus, “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!” 

Kata Yesus kepadanya, “Berbahagialah engkau Simon bin Yunus, sebab bukan manusia yang mengatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di surga. 

Dan Aku pun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus, dan di atas batu karang ini akan Kudirikan Gereja-Ku, dan alam maut tidak akan menguasainya. 

Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Surga, dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di surga.”
Inilah Injil Tuhan kita!

U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Senin, 23 Juni 2014

Injil dan Renungan Benih Sabda hari ini, 25 Juni 2014

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (1:57-66.80)
  
"Namanya adalah Yohanes."
     
Pada waktu itu, genaplah bulannya bagi Elisabet untuk bersalin, dan ia melahirkan seorang anak laki-laki.

Ketika para tetangga serta sanak saudaranya mendengar bahwa Tuhan telah menunjukkan rahmat-Nya yang begitu besar kepada Elisabet, bersukacitalah mereka bersama-sama dengan dia.

Maka datanglah mereka pada hari yang kedelapan untuk menyunatkan anak itu, dan mereka hendak menamai dia Zakharia menurut nama bapanya.

Tetapi Elisabet, ibunya, berkata, “Jangan, ia harus dinamai Yohanes.” Kata mereka kepadanya, “Tidak ada di antara sanak saudaramu yang bernama demikian.”

Lalu mereka memberi isyarat kepada Zakharia untuk bertanya nama apa yang hendak ia berikan kepada anaknya itu.

Zakharia meminta batu tulis, lalu menuliskan kata-kata ini, “Namanya adalah Yohanes.”

Dan mereka pun heran semuanya.

Seketika itu juga terbukalah mulut Zakharia, dan terlepaslah lidahnya, lalu ia berkata-kata dan memuji Allah.

Maka ketakutanlah semua orang yang tinggal di sekitarnya, dan segala peristiwa itu menjadi buah tutur di seluruh pegunungan Yudea.

Semua yang mendengarnya, merenungkannya dan berkata, “Menjadi apakah anak ini nanti?”

Sebab tangan Tuhan menyertai dia. Anak itu bertambah besar dan makin kuat rohnya.

Ia kemudian tinggal di padang gurun sampai tiba harinya ia harus menampakkan diri kepada Israel.

Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Renungan Benih Sabda - 24 Juni 2014

MELIMPAHKAN RAHMAT-NYA

Luk 1:58-59
Tetangga-tetangganya dan kaum keluarganya
mendengar bahwa Tuhan telah melimpahkan rahmat-Nya
kepada Elisabet. Maka mereka pun bergembira
bersama-sama dengannya.

Setiap kelahiran adalah tanda kebesaran kasih Allah.
Setiap kelahiran adalah bukti kerahiman-Nya.
Allah merangkul apa saja yang dijadikan-Nya.

Jika tidak dipahami sebagai karunia luar biasa,
kelahiran anak menjadi beban berat yang tak terpikulkan.
Dari pada dipandang sebagai Pemberi,
Allah bisa saja dipersalahkan sebagai pengganggu.
Kalau itu terjadi, hidup menjadi mengerikan.

Bayi yang dikandung tanpa kasih dari semula
secara naluri sangat terpengaruh oleh kenyataan ini
walaupun kemudian ia tidak menyadari dengan jelas
mengapa ia membenci dirinya dan tidak dikasihi.
Ia bisa saja mengutuki hari kelahirannya.

Tetapi, lain halnya dengan anak yang dinantikan,
yang dicintai sebelum terkandung. Ia selalu riang.
Sukacitanya menular seperti sukacita Elisabet.
Semua orang terpengaruh olehnya
sehingga datang ke rumahnya untuk berpesta.
Memang, kelahiran mirip dengan bunyi
yang bergema semakin lebar
dan mengundang tetangga untuk menari-nari.

©SL 24 Juni 2014

        

Minggu, 22 Juni 2014

Renungan Katolik Benih Sabda - 23 Juni 2014 BALOK… SERBUK KAYU

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (7:1-5)
    
"Keluarkanlah dahulu balok dari matamu sendiri."
   
Dalam kotbah di bukit, Yesus berkata, “Janganlah menghakimi, supaya kalian tidak dihakimi. Karena dengan penghakiman yang telah kalian pakai untuk menghakimi, kalian sendiri akan dihakimi. 

Dan ukuran yang kalian pakai untuk mengukur akan ditetapkan pada kalian sendiri. 

Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok dalam matamu sendiri tidak engkau ketahui? 

Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu, ‘Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu’, padahal di dalam matamu sendiri ada balok? Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu sendiri, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar dari mata saudaramu.”

Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.


Renungan Katolik Benih Sabda - 23 Juni 2014

BALOK… SERBUK KAYU

Mat 7:5 
“Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu 
balok kayu dari matamu, kemudian barulah
engkau dapat melihat dengan jelas 
untuk mengeluarkan serbuk kayu dari mata saudaramu."

Sabda Sang Guru ini sebaiknya diingat setiap orang
yang mengamati sesamanya demi menghakiminya.
Untuk mengeluarkan serbuk kayu dari mata orang lain,
diperlukan mata yang tidak terisi “balok”!

Jika tidak, aku tak mungkin mengoreksi orang itu.
Aku malah akan meneguhkannya dalam yang jahat.
Sebab marahku akan membuat dia membela diri.

Menegur orang lain, sungguh suatu perbuatan mulia.
Namun, sebelum menegur, aku sendiri harus menerimanya
tanpa syarat, sama seperti aku pun diterima tanpa syarat.
Jika demikian, nasihat akan diterima
sebab dirasakan sebagai teguran saudara yang mengasihi.

Mengkritik orang lain sebaiknya diganti 
dengan mengkritik diri sendiri.
Sebab dalam diriku bersarang banyak dosa
yang harus kupertanggungjawabkan kelak.
Allah itu maharahim, 
maka aku pun harus berbelas kasihan.
Belas kasihan menjadikan manusia solider
dengan setiap manusia dan Allah Bapa sendiri!

©SL 23 Juni 2014

Jumat, 20 Juni 2014

Renungan Katolik Benih Sabda - 21 Juni 2014 BAPAMU YANG DI SURGA TAHU…


Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (6:24-34)
   
"Janganlah khawatir akan hari esok."
   
Dalam khotbah di bukit, berkatalah Yesus, “Tak seorang pun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain.

Kalian tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon. Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, apa yang hendak kalian makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, apa yang hendak kalian pakai. Bukankah hidup itu lebih penting daripada makanan, dan tubuh itu lebih penting daripada pakaian?

Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai, dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, toh diberi makan oleh Bapamu yang di surga. Bukankah kalian jauh melebihi burung-burung itu?

Siapakah di antara kalian yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya?

Dan mengapakah kalian kuatir akan pakaian?

Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal. Namun Aku berkata kepadamu, Salomo dalam segala kemegahannya pun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu.

Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan esok dibunag ke dalam api, tidakkah Ia akan lebih lagi mendandani kalian, hai orang yang kurang percaya?

Maka janganlah kalian kuatir dan berkata, ‘Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum?

Apakah yang akan kami pakai?

Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah.

Akan tetapi Bapamu yang di surga tahu, bahwa kalian memerlukan semuanya itu. Maka carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.

Sebab itu janganlah kalian kuatir akan hari esok, karena hari esok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.”

Inilah Injil Tuhan kita!

U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!
   

Renungan Katolik Benih Sabda - 21 Juni 2014

BAPAMU YANG DI SURGA TAHU…

Mat 6:31
“Janganlah kamu khawatir dan berkata,
“Apa yang akan kami makan?”, “Apa yang akan kami minum?”,
“Apa yang akan kami pakai?”
Semua itu dikejar bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah,
tetapi Bapamu yang di surga sudah tahu
bahwa kamu memerlukan semua hal itu.”

Apa yang disabdakan Sang Guru sebelumnya,
dalam ayat ini dijadikan semacam kesimpulan:
Makanan, minuman, pakaian sangat dikejar
oleh orang segala ras yang tidak mengenal Allah.

Alasannya utama mengapa mereka repot sekali
mengejar dan menyimpan benda-benda materi ialah:
Hidup mereka sepenuhnya terarah pada yang di bumi.
Mereka tidak sadar akan adanya peluang luar biasa
berupa mengandalkan Allah sebagai bapak pemelihara.

Seluruh alam dengan tata tertibnya yang luar biasa
selayaknya membuat manusia yakin
akan kebaikan Allah sebagai Pencipta.
Tetapi, yang paling meyakinkan ialah sabda Sang Guru
yang menunjukkan kepada manusia tujuan hidupnya
serta membuka jalan menuju Kerajaan Allah.

Pengikut Sang Guru sadar betapa pentingnya
makanan, minuman, pakaian, dan lain-lain.
Tetapi, mereka lebih mengandalkan Tuhan
yang tidak pernah meninggalkan anak-anak-Nya.

©SL 21 Juni 2014

Kamis, 19 Juni 2014

Renungan Harian Katolik Benih Sabda - 20 Juni 2014, SIMPANLAH… HARTA DI SURGA



Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (6:19-23)  
    

"Di mana hartamu berada, di situ pula hatimu."
    

Dalam khotbah di bukit, berkatalah Yesus, "Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya. 

Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya. 

Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada. Mata adalah pelita tubuh. 

Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu; jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu. 

Jadi jika terang yang ada padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan itu.


Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Benih Sabda - 20 Juni 2014

SIMPANLAH… HARTA DI SURGA

Mat 6:20
“Tetapi simpanlah bagi dirimu harta di surga,
karena ngengat dan karat tidak dapat merusaknya
dan pencuri pun tidak dapat membongkar serta mencurinya.”

Siapa yang menyimpan bagi dirinya harta kekal?
Orang yang dengan syukur menerima pemberian Allah
dan berbagi pemberian itu dengan saudaranya.
Dengan cara ini, segala jenis harta duniawi,
yang menjamin kelangsungan hidup fisik,
mendapat nilai harta surgawi.
Sebab tidak disimpan bagi diri sendiri saja!

Kediaman kekal yang benar-benar harta,
diperjuangkan dan didapat di bumi ini.
Dengan cara apa?
Dengan cara menggunakannya secara benar,
bukan sebagai pemilik yang bodoh,
melainkan sebagai administrator yang bijaksana.
Nafsu memiliki adalah awal segala kejahatan.

Apa saja yang ada di bumi: makanan, pekaian, benda,
bahkan tubuh manusiawi, akhirnya rusak, hancur.
Hal yang sama berlaku buat apa yang dikumpulkan
lalu tidak pernah dibagikan dengan saudara.
Apa yang dibagi-bagikan, menciptakan benih kekekalan.

Semuanya yang tampak indah, menjadi biasa saja,
ketika manusia berusaha tidak memandang dunia ini saja.

©SL 20 Juni 2014

Rabu, 18 Juni 2014

Renungan Harian Katolik Benih Sabda- 19 Juni 2014 AMPUNILAH KAMI

 Renungan Harian Katolik Benih Sabda- 19 Juni 2014  AMPUNILAH KAMI


Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (6:7-15) 
 
"Berdoalah kalian demikianlah."
  
Dalam khotbah di bukit berkatalah Yesus, “Bila kalian berdoa janganlah bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka doanya akan dikabulkan karena banyaknya kata-kata. 

Jadi janganlah kalian seperti mereka. Karena Bapamu tahu apa yang kalian perlukan, sebelum kalian minta kepada-Nya. Maka berdoalah kalian demikian, ‘Bapa kami, yang ada di surga, dimuliakanlah nama-Mu.

 Datanglah kerajaan-Mu. Jadilah kehendak-Mu di atas bumi seperti di surga. Berilah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya, dan ampunilah kesalahan kami, seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami. 

Dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan. Tetapi bebaskanlah kami dari yang jahat. Amin.’ Karena, jikalau kalian mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di surga akan mengampuni kalian pula. 

Tetapi jikalau kalian tidak mengampuni orang, Bapamu pun tidak akan mengampuni kesalahanmu.” 
Inilah Injil Tuhan kita!

U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!


Renungan Harian Katolik Benih Sabda- 19 Juni 2014

AMPUNILAH KAMI

Mat 6:12
“Ampunilah kami karena kesalahan kami,
seperti kami sudah mengampuni orang
yang bersalah kepada kami.”

Setiap dosa, apa lagi yang serius, adalah beban
yang mempersulit kehidupan manusia.
Tetapi, Allah “menyuruhnya pergi”, mengampuninya.
Allah adalah Bapa karena setiap saat Ia mengampuni.
Pengampunan adalah “roti” harian Allah di surga.
Ia hidup karena selalu memberi dan mengampuni.

Orang yang mengucapkan Doa Tuhan ini,
berdoa bukan bagi dirinya saja,
tetapi juga bagi setiap saudaranya.
Kalau ia tidak mau berdoa untuk mereka,
maka doanya tidak pernah akan sampai
ke sumber pengampunan, yaitu kasih Bapa pada semua.

Kata “kesalahan” hampir searti dengan “utang”.
Allah adalah pemilik segala sesuatu
yang ada pada manusia, termasuk dirinya sendiri.
Apa saja yang ada pada manusia, berasal dari Dia.

Namun, ini bukan “utang” yang perlu dikembalikan!
Ini pemberian Allah supaya manusia hidup!
Pemberian bagi mereka yang bersyukur atasnya.

Hidup dalam dosa adalah hidup dalam utang.
Maka, orang yang mau selamat,
hendaknya keluar dari cengkeraman dosa
demi meraih hidup dalam pengampunan.

©SL 19 Juni 2014

Selasa, 17 Juni 2014

Renungan Harian Katolik Benih Sabda - 18 Juni 2014 TANGAN KIRI… TANGAN KANAN

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (6:1-6.16-18)
  
"Bapamu yang melihat yang tersembunyi, akan mengganjar engkau."

Dalam khotbah di bukit, Yesus bersabda, "Hati-hatilah, jangan sampai melakukan kewajiban agamamu di depan orang supaya dilihat. Sebab jika demikian, kalian takkan memperoleh upah dari Bapamu yang di surga. 

Jadi, apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang-orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong, supaya dipuji orang. Aku berkata kepadamu, 'Mereka sudah mendapat upahnya. 

Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah tangan kirimu tahu apa yang diperbuat tangan kananmu. Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu." 

"Dan apabila kalian berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan di tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu, 'Mereka sudah mendapat upahnya.' Tetapi jikalau engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu, dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. 

Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu." "Dan apabila kalian berpuasa, janganlah muram mukamu, seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. 

Aku berkata kepadamu, 'Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.' Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu, supaya jangan dilihat orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. 

Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu."

Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Renungan Harian Katolik Benih Sabda - 18 Juni 2014

TANGAN KIRI… TANGAN KANAN

Mat 6:3 
“Tetapi engkau, jangan sampai tangan kirimu tahu
apa yang diperbuat oleh tangan kananmu 
pada waktu engkau memberi sedekah.”

Di beberapa negara, kata-kata Sang Guru ini
telah menjadi pepatah: Perbuatlah demikian rupa,
supaya tangan kirimu jangan tahu
apa yang diperbuat oleh tangan kananmu!

Kata-kata ini jangan diartikan seolah-olah sedekah
harus dilakukan tanpa berefleksi terlebih dahulu!
Artinya sederhana: Jangan seorang sanakmu pun
tahu tentang sedekah Anda!
Artinya kedua: Alasan untuk memberi sedekah
hendaknya satu saja: Orang tertentu perlu ditolong!

Ada juga interpretasi lain lagi, yaitu:
Sedekah hendaknya diberikan tanpa bisa diperhatikan,
dengan satu tangan saja, sebab jika tidak demikian,
sedekah itu akan diketahui orang lain.

Memang, di zaman dulu, juga oleh umat Gereja,
tangan kiri dianggap kikir dan serakah.
Tetapi, lama kelamaan pendapat ini berubah…
Tangan kiri justru dianggap sahabat terdekat.

Maka, sabda ini boleh diartikan begini juga:
terhadap sahabat paling dekat sekalipun,
sedekah perlu diberi tanpa bisa dilihat olehnya.

©SL 18 Juni 2014

Senin, 16 Juni 2014

Renungan Katolik Benih Sabda - 17 Juni 2014


Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (5:43-48)   
    
"Kasihilah musuh-musuhmu."
     
Dalam khotbah di bukit, Yesus berkata, “Kalian telah mendengar bahwa disabdakan, ‘Kasihilah sesamamu manusia, dan bencilah musuhmu’. 

Tetapi Aku berkata kepadamu, ‘Kasihilah musuh-musuhmu, dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kalian’. Karena dengan demikian kalian menjadi anak-anak Bapamu di surga. 

Sebab Ia membuat matahari-Nya terbit bagi orang yang jahat, dan juga bagi orang yang baik. Hujan pun diturunkan-Nya bagi orang yang benar dan juga bagi orang yang tidak benar. 

Apabila kalian mengasihi orang yang mengasihi kalian, apakah upahmu? 

Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? 

Dan apabila kalian hanya memberi salam kepada saudaramu saja, apakah lebihnya dari perbuatan orang lain?

 Bukankah orang yang tak mengenal Allah pun berbuat demikian? 

Karena itu kalian harus sempurna sebagaimana Bapamu di surga sempurna adanya.”

Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.


Renungan Harian Katolik 
Benih Sabda - 17 Juni 2014

APA PAHALAMU?

Mat 5:46-47 
“Jika kamu hanya mengasihi orang yang mengasihi kamu,
apakah pahalamu? Bukankah pemungut cukai pun 
melakukan hal yang sama? Jika kamu hanya memberi salam 
kepada saudaramu, apa istimewanya perbuatanmu itu?”

Kasih yang benar selalulah cuma-cuma, gratis.
Jika ada pembayaran, kasih menguap, tidak ada. 
Dalam kasih yang dibayar, yang penting ialah
apa yang bisa diberikan orang lain kepadaku.

Orang Yahudi bicara tentang upah, pahala,
kalau Hukum dipraktikkan dengan sempurna.
Sang Guru bicara tentang ‘upah’ lain: 
Menjadi serupa dengan Bapanya, Sang Kasih,
yang tidak pernah mau dibayar, selalu memberi saja.

Mengasihi demi bisnis, mendapat sesuatu,
dipraktikkan oleh semua orang, juga para pendosa.
Ini serupa dengan prostitusi batiniah.
Namun, mengasihi musuh, adalah penyataan jelas
akan kasih Allah tanpa syarat.

Jika “Salam” disampaikan hanya kepada orang tertentu,
maka dia yang mengucapkannya, tidak mengenal Bapa.
Bapa yang di surga selalu mengucapkan salam kasih
kepada semua orang, yang baik maupun yang tidak baik.

Cukupkah sudah umat Gereja merenungkan sabda ini?

©SL 17 Juni 2014

Sabtu, 14 Juni 2014

Renungan Katolik Benih Sabda - 15 Juni 2014


Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (3:16-18)
   
"Allah mengutus Anak-Nya untuk menyelamatkan dunia."
      
Dalam percakapan-Nya dengan Nikodemus, Yesus berkata, “Begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.

Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya.

Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; tetapi barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak tunggal Allah.” 

Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.
  

Renungan Katolik Benih Sabda - 15 Juni 2014

YANG PERCAYA, YANG TAK PERCAYA

Yoh 3:18
“Orang yang percaya kepada-Nya, tidak akan dihukum,
tetapi orang yang tidak percaya, telah berada di bawah hukuman,
sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah.”

Orang yang sungguh melekat pada Sang Guru,
sungguh kudus dan benar juga.
Hidupnya sama dengan hidup Sang Putra,
sehingga ia ikut serta dalam kemuliaan Bapa dan Putra.

Lain halnya dengan orang yang tidak percaya…
Tidak percaya apa? Bahwa Sang Putra
selaku Anak Manusia membawa kasih total kepada dunia.
Maka, yang tidak percaya, mengucilkan dirinya
dari kasih dan hidup ilahi.
Tidak melekat pada Sang Guru,
sama dengan menyangkal dirinya sebagai anak Allah.

Ya, keputusan untuk percaya akan Sang Guru
menjadikan manusia lahir “dari atas”.
Inilah yang menjadi masalah Nikodemus,
tetapi sampai sekarang menjadi masalah tiap orang.

Manusia harus memilih: merangkul pahamnya sendiri
atau dengan rendah hati menerima
apa yang diwahyukan Allah melalui Anak-Nya.

Allah telah menjadi sejarah. Ia berdaging manusiawi!
Betapa pentingnya masing-masing manusia-daging
menyatakan kebenaran yang menyelamatkan ini!

©SL 15 Juni 2014

Rabu, 11 Juni 2014

Renungan Katolik Benih Sabda - 12 Juni 2014 BERDAMAI DENGAN LAWANMU

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (5:20-26)
   
"Barangsiapa marah terhadap saudaranya, harus dihukum."
   
Dalam khotbah di bukit, berkatalah Yesus, “Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar daripada hidup keagamaan para ahli Taurat dan orang-orang Farisi, kalian tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga. 

Kalian telah mendengar apa yang disabdakan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum. 

Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya, harus dihukum! Barangsiapa berkata kepada saudaranya: ‘Kafir!’ harus dihadapkan ke mahkamah agama, dan siapa yang berkata: ‘Jahil!’ harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala. 

Sebab itu jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah, dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu. 

Segeralah berdamai dengan lawanmu selama engkau bersama-sama dia di tengah jalan, supaya lawanmu jangan menyerahkan engkau kepada hakim, dan hakim itu menyerahkan engkau kepada pembantunya, dan engkau dilemparkan ke dalam penjara. 

Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya engkau tidak akan keluar dari sana, sebelum engkau membayar utangmu sampai lunas.”


Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!



Renungan Katolik Benih Sabda - 12 Juni 2014

BERDAMAI DENGAN LAWANMU

Mat 5:25 
“Segeralah berdamai dengan lawanmu 
selama engkau bersama-sama dengan dia di tengah jalan, 
supaya lawanmu itu jangan menyerahkan engkau 
kepada hakim dan hakim itu menyerahkan engkau 
kepada pengawal dan engkau dilemparkan ke dalam penjara.”

Sabda ini diucapkan Sang Guru
pada saat ia berbicara tentang persembahan
yang tidak sinkron dengan kasih kepada sesama.
Sungguh tidak masuk di akal menyembah altar,
dan serentak bermusuhan dengan saudara.

Padahal, kiranya banyak orang rajin beribadat,
tetapi lebih rajin lagi menyakiti orang yang terdekat.
Dalam kitab Imamat pun sudah tertulis
bahwa persembahan bisa batal
jika manusia bersalah terhadap Allah.

“Pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu!”
Sebab tidak adanya kasih kepada saudara pun
menjadikan persembahan tidak bernilai.
Kebencian menghancurkan kasih
dan mengantarkan manusia kepada pembunuhan.

Dengan cara ini Sang Guru menyentuh buruknya dosa
hingga akarnya, yaitu hati. Tak cukup berhenti membenci.
Yang harus diusahakan ialah berdamai, berekonsiliasi.
Kasih saja menjadikan manusia anak Allah.

©SL 12 Juni 2014

Selasa, 10 Juni 2014

Renungan Harian Katolik Benih Sabda - 11 Juni 2014 MASUK KOTA… RUMAH


Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (10:7-13)
     
"Kamu telah menerima dengan cuma-cuma; karena itu berilah dengan cuma-cuma pula."
    
Sekali peristiwa Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, "Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan Surga sudah dekat.

Sembuhkanlah orang-orang sakit, bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang kusta, usirlah setan-setan! Kamu telah menerima dengan cuma-cuma; karena itu berilah dengan cuma-cuma pula!

Janganlah kamu membawa emas atau perak atau tembaga dalam ikat pinggangmu.

Janganlah kamu membawa bekal dalam perjalanan, janganlah kamu membawa baju dua helai, kasut atau tongkat, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya.

Apabila kamu masuk kota atau desa, carilah di situ seorang yang layak, dan tinggallah padanya sampai kamu berangkat.

Apabila kamu masuk rumah orang, berilah salam kepada mereka. Jika mereka layak menerimanya, salammu itu turun ke atasnya; jika tidak, salammu itu kembali kepadamu.

Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Renungan Harian Katolik Benih Sabda - 11 Juni 2014

MASUK KOTA… RUMAH

Mat 10:11-13
“Apabila kamu masuk kota atau desa, carilah di situ seorang
yang layak dan tinggallah padanya sampai kamu berangkat.

Dalam menjalankan tugasnya di kota ataupun desa,
para utusan Sang Guru memerlukan tempat tinggal.
Menurut petunjuk Sang Guru,
mereka harus berhati-hati
dalam memilih rumah tinggal sementara.

Maka, setelah sampai, mereka perlu mencari tahu
siapa yang “layak” menerima utusan Sang Guru.

Yang “layak” bukan orang saleh ataupun tokoh agama,
melainkan orang yang dengan tulus menerima tamu.
Sebab yang terbuka terhadap tamu,
terbuka pula terhadap pribadi yang mengutus rasulnya.
Menerima rasul senilai menerima Sang Guru sendiri.
Dengan menerima rasul, pemilik rumah menjadi ‘layak’.

Lalu ditegaskan bahwa rasul harus tinggal
di rumah yang menerimanya
hingga hari keberangkatannya.
Mengapa hal ini sungguh diingat sehingga dicatat?
Mungkin karena pengalaman pahit rasul-rasul tertentu.

Rasul jangan mencari tempat yang nyaman
dan jangan pula memberi kesan ia tidak betah.
Sebagai utusan Tuhan, sendiri, ia harus hidup sederhana.

©SL 11 Juni 2014