Sesudah itu Yesus mengambil roti itu, mengucap syukur dan membagi-bagikannya kepada mereka yang duduk di situ, demikian juga dilakukan-Nya dengan ikan-ikan itu, sebanyak yang mereka kehendaki.
Manusia “mengambil” roti, lambang kehidupan.
Tetapi, Sang Guru mengambilnya dengan cara khusus.
Ia tidak mengambilnya untuk dirinya sendiri,
melainkan langsung membuka tangannya
untuk membagi-bagikannya kepada orang banyak.
Jika roti melambangkan kehidupan,
maka memberi roti searti dengan meneruskan kehidupan,
bukan menahannya bagi diri sendiri
seperti biasa dilakukan pencuri dan perampok.
Sang Guru “mengambil” roti itu dengan syukur
sebab ia tahu bahwa kehidupan adalah pemberian Bapa.
Sama seperti Bapa-Nya, demikian pun Sang Guru
selalu membagi-bagikan apa yang dimilikinya.
Manusia lain hidup, karena hidup dibagi-bagikan.
Tentu saja, sebelum dibagi-bagi, roti itu dipecah-pecah.
Pemecahan roti melambangkan salib, kematian.
Pembagian roti melambangkan sukacita partisipasi
dalam kehidupan yang memuncak dalam kebangkitan.
Ekaristi melambangkan semuanya ini bersama-sama.
©SL 2 Mei 2014
+Powered by the Holy Trinity+
0 komentar:
Posting Komentar