Paus Fransiskus sebagai Person of The Year 2013 oleh majalah Time

Baru 9 bulan menjabat, Paus dipilih menjadi Tokoh Terpilih 2013

Selamat Datang di Gereja Katolik Blog

Gabunglah di Twitter kami: https://twitter.com/Katolik_ku

Selamat Datang di Gereja Katolik Blog

Terimakasih atas kunjungannya, semoga blog ini bermanfaat untuk meningkatkan iman Katolik kita.

Selamat Datang di Gereja Katolik Blog

Terimakasih atas kunjungannya, semoga blog ini bermanfaat untuk meningkatkan iman Katolik kita.

Selamat Datang di Gereja Katolik Blog

Terimakasih atas kunjungannya, semoga blog ini bermanfaat untuk meningkatkan iman Katolik kita.

Selamat Datang di Gereja Katolik Blog

Terimakasih atas kunjungannya, semoga blog ini bermanfaat untuk meningkatkan iman Katolik kita.

Selamat Datang di Gereja Katolik Blog

Terimakasih atas kunjungannya, semoga blog ini bermanfaat untuk meningkatkan iman Katolik kita.

Sabtu, 22 Maret 2014

Rupa-rupa bentuk salib




Kamis, 06 Maret 2014

MEMPERSIAPKAN MASA PRAPASKAH DENGAN BAIK: PERTOBATAN


"Alangkah indahnya, betapa pentingnya pertobatan."
–Sto. Fransiskus Assisi



Pertobatan adalah topik yang tidak populer sekarang ini. Mungkin itu karena kita telah menjadi lembek, cengeng, memberikan sebuah nilai yang melebihi apapun pada kenyamanan. Mungkin juga karena upaya kita yang tidak terarah supaya kita tampak tidak kaku dan legalistik. Atau mungkin karena kita tidak berpikir bahwa kita memiliki dosa yang harus kita sesalkan.

Apapun alasannya, pertobatan seharusnya tidak boleh diabaikan. Ia sangat penting bagi kehidupan rohani, dan tidak ada masa yang lebih baik untuk mempraktekkannya selain masa Prapaskah.

Namun, apakah pertobatan itu sebenarnya? Apakah hanya 40 hari puasa dan pantang? Mari kita menuju ke inti masalahnya.

APA ITU PERTOBATAN?

Ketika berbicara tentang pertobatan, kita biasanya berpikir tentang melakukan sesuatu yang memang bagian dari pertobatan itu. Namun, tindakan kita adalah sia-sia, bahkan berbahaya, jika tidak didahului oleh pertobatan yang muncul dari dalam hati kita. Tobat adalah sebuah penyesalan dari dalam hati yang kemudian terlihat melalui tindakan-tindakan lahiriah.

Pertobatan sejati mengalir dari kasih akan Allah dan pengakuan akan betapa beratnya dosa. Jika kita tidak menyadari betapa baik dan penuh kasih Tuhan kita, dan jika kita tidak secara bersamaan menyadari betapa jahatnya dosa itu, kita tidak akan dapat benar-benar bertobat. Kita hanya akan berpikiran bahwa Allah adalah seorang penguasa lalim yang sedang marah yang mana kita ingin redakan amarah-Nya dengan melakukan suatu daftar tindakan baik.

Namun, Ia bukanlah seorang penguasa lalim. Bapa kita mencurahkan berkat dan rahmat kepada kita setiap hari, dan Dia mengasihi kita dengan sungguh-sungguh. Dia telah memberikan kepada kita segala apa yang dapat Ia berikan -dan yang terutama, diri-Nya sendiri. Namun, setiap hari kita membalas kebaikan-Nya dengan tidak tahu berterima kasih dan dengan ketidakpedulian kita, melukai-Nya dan menyalibkan Putra-Nya dengan dosa hawa nafsu, kemarahan, fitnah, kesombongan, dan banyak lagi yang lain. Kita adalah anak-anak terburuk dari seorang Bapa terbaik.

Ketika kita membiarkan pikiran ini mengendap, ketika kenyataan ini menembus kebebalan hati kita, kita digerakkan kepada pertobatan.

TUJUAN

Kamu mungkin masih bertanya-tanya mengapa tindakan-tindakan lahiriah diperlukan, bukankah Allah hanya melihat isi hati kita? Tentu saja! Namun, dengan setiap dosa yang kita perbuat, kerusakan terjadi secara rohani DAN jasmani, dan keduanya harus diperbaiki. Contoh berikut akan membantu menggambarkan prinsip ini.

Beberapa minggu yang lalu, sebuah biola yang tak ternilai harganya, sebuah Stradivarius, telah dicuri dari master konser orkestra lokal kami. Nah, biola ini bukan biola biasa -harganya sekitar 6 milyar sampai 10 milyar dollar. Akan lebih tepat jika dikatakan bahwa biola ini tak ternilai, karena pembuatnya telah lama meninggal dan kualitas uniknya tidak akan dapat direproduksi. Untungnya, biola itu dapat ditemukan dengan cepat dan dikembalikan kepada pemiliknya.

Sekarang bayangkan jika para kriminal yang mencuri biola tidak menjaganya dengan baik. Bayangkan jika biola itu sudah dirusak, hancur berkeping-keping. Sungguh ngeri membayangkannya -namun itulah yang dilakukan dosa pada jiwa kita!

Jiwa kita memiliki nilai yang tidak terbatas! Yesus membelinya dengan Darah-Nya dan memperkayanya dengan rahmat-Nya. Tritunggal Mahakudus berdiam di sana. Dengan setiap dosa yang kamu perbuat, kamu merusak dan menghancurkan harta yang tak ternilai ini, bait Allah dalam jiwamu. Lebih dari itu, kamu juga merusak hubunganmu dengan Tuhan kita. Sangat penting untuk diingat bahwa tidak ada dosa yang terisolasi ketika kamu menjadi anggota tubuh Kristus. Entah kamu dapat melihatnya atau tidak, dosamu merusak dan menghancurkan realitas rohani dari tubuh mistik Kristus.

Sekarang kerusakan ini harus diperbaiki, dan ia dapat diperbaiki melalui pertobatan. Jika aku berdebat dengan istriku dan mengatakan hal-hal yang aku sesali, aku akan menunjukkan penyesalanku dengan membelikannya bunga dan cokelat. Analogi yang aku gunakan ini buruk, namun bayangkanlah bahwa pertobatan adalah bunga dan cokelat bagi hidup rohani kita, yang memulihkan relasi dengan Yesus yang telah kita rusak dan memperbaiki kerusakan yang telah kita lakukan terhadap tubuh mistik-Nya dan jiwa kita.

IDE-IDE UNTUK MELAKUKAN PERTOBATAN

Setelah mengetahui makna pertobatan dan tujuannya, kita dapat membahas bagaimana cara untuk memasukkannya ke dalam masa Prapaskah, dan hidup kita sehari-hari.

Ingatlah bahwa untuk memutuskan cara tobat apa yang sebaiknya kamu lakukan adalah sebuah pertanyaan bagaimana kamu dapat menunjukkan dengan paling baik kepada Yesus bahwa kamu mengasihi-Nya, dan mengakui bahwa pengorbanan adalah inti dari kasih. Tentu, pengorbanan-pengorbanan terbaik kita tidak ada apa-apanya dibandingkan apa yang telah Ia berikan -hidup-Nya- untuk menunjukkan kepada kita bahwa Ia sungguh mengasihi kita. Ingatlah hal itu ketika kamu mempersiapkan diri untuk masa Prapaskah ini.

Berikut ini beberapa ide untuk pertobatan kita pada masa Prapaskah ini:

Berpuasa - Puasa adalah cara tobat tradisional Gereja. Kamu dapat berpuasa, makan kenyang sekali sehari, juga berpantang terhadap makanan kecil (camilan), rokok, garam, atau hal-hal lain yang kamu sukai. Pastikan juga untuk secara bersamaan kamu lakukan puasa rohani atas dosa, karena jika tidak puasa jasmanimu tidak akan berarti apa-apa.

Bangun pagi - Bangun pagi itu sulit. Sebuah cara tobat yang baik (sebagaimana direkomendasikan oleh Sto. Josemaria Escriva), ialah dengan bangun pagi, mungkin 30 menit dari waktu biasanya kamu bangun. Segeralah bangun dari tempat tidur saat alarm-mu berbunyi, jangan memberikan kenyamanan bagi dirimu dengan mematikannya dan melanjutkan tidur lagi.

Mandi air dingin - Bagi yang memiliki kebiasaan mandi air hangat.

Beri perhatian ekstra - Seringkali kita tidak memberikan perhatian penuh kepada orang lain, entah itu suami, istri, anak-anak, atau rekan kerja kita. Lakukan pengorbanan kecil, sisihkan waktumu untuk memberi mereka perhatian lebih melalui kata-kata dan kepedulianmu.

Puasa dari TV dan media sosial - Kerapkali kita menenggelamkan jiwa kita dalam keramaian media. Kita tidak mempunyai waktu untuk berefleksi karena aliran masukan yang kencang dari Facebook, Twitter, musik, atau TV. Matikan semuanya dan habiskan waktumu yang biasa kamu habiskan untuk menonton TV dan membaca posting Facebook dengan membaca bacaan rohani atau dengan doa.

Salib harian - Setiap hari kita mengalami gangguan. Entah itu kemacetan lalu lintas, ban gembos, rencana yang kacau, atau kaki yang terkilir. Terimalah salib-salib ini dengan sabar dan hati yang damai, daripada menolaknya dengan rasa kesal.

KESIMPULAN

Pertobatan merupakan bagian dari masa Prapaskah dan hidup rohani kita. Ia hanya akan menjadi nyata dan berharga jika mengalir dari kasih kita akan Allah dan duka akan realitas dosa kita. Melalui pertobatan, kita memperbaiki kerusakan rohani yang telah kita lakukan, memperbaiki jiwa kita yang terluka dan hubungan kita dengan Yesus.

Selamat mempersiapkan diri untuk masa Prapaskah!

---

PS. Ada baiknya jika selain memberikan jempol "suka"/"like" pada post ini, sahabat juga turut membagikannya (share) agar teman-teman sahabat juga dapat memahami arti dan pentingnya pertobatan kita, terutama dalam masa Prapaskah juga dalam hidup kita sehari-hari.

Diterjemahkan secara bebas oleh admin VLV dari situs Catholic Gentlemanhttp://catholicgentleman.net/2014/03/02/preparing-for-a-good-lent-penance/ dengan perubahan seperlunya.

-- Veritas liberabit vos!

Minggu, 02 Maret 2014

Masa Prapaskah

Rabu Abu adalah hari pertama Masa Prapaskah, yang menandai bahwa kita memasuki masa tobat 40 hari sebelum Paskah.

Angka “40″ selalu mempunyai makna rohani sebagai lamanya persiapan. Misalnya, Musa berpuasa 40 hari lamanya sebelum menerima Sepuluh Perintah Allah (lih. Kel 34:28), demikian pula Nabi Elia (lih. 1 raj 19:8). Tuhan Yesus sendiri juga berpuasa selama 40 hari 40 malam di padang gurun sebelum memulai pewartaan-Nya (lih. Mat 4:2).

1. Mengapa hari Rabu?

Gereja Katolik menerapkan masa puasa ini selama 6 hari dalam seminggu (hari Minggu tidak dihitung, karena hari Minggu dianggap sebagai peringatan Kebangkitan Yesus), maka masa Puasa berlangsung selama 6 minggu ditambah 4 hari, sehingga genap 40 hari. Dengan demikian, hari pertama puasa jatuh pada hari Rabu. (Paskah selalu terjadi pada hari Minggu, dikurangi 36 hari (6 minggu), lalu dikurangi lagi 4 hari, dihitung mundur, jatuh pada hari Rabu).

Jadi penentuan awal masa Prapaskah pada hari Rabu disebabkan karena penghitungan 40 hari sebelum hari Minggu Paskah, tanpa menghitung hari Minggu.

2. Mengapa Rabu “Abu”?

Abu adalah tanda pertobatan. Kitab Suci mengisahkan abu sebagai tanda pertobatan, misalnya pada pertobatan Niniwe (lih. Yun 3:6).

Di atas semua itu, kita diingatkan bahwa kita ini diciptakan dari debu tanah (lih. Kej 2:7), dan suatu saat nanti kita akan mati dan kembali menjadi debu. Olah karena itu, pada saat menerima abu di gereja, kita mendengar ucapan dari Romo, “Bertobatlah, dan percayalah kepada Injil” atau, “Kamu adalah debu dan akan kembali menjadi debu” (you are dust, and to dust you shall return).”

3. Tradisi Ambrosian

Namun demikian, ada tradisi Ambrosian yang diterapkan di beberapa keuskupan di Italia, yang menghitung Masa Prapaskah selama 6 minggu, termasuk hari Minggunya, di mana kemudian hari Jumat Agung dan Sabtu Sucinya tidak diadakan perayaan Ekaristi, demi merayakan dengan lebih khidmat Perayaan Paskah