Paus Fransiskus sebagai Person of The Year 2013 oleh majalah Time

Baru 9 bulan menjabat, Paus dipilih menjadi Tokoh Terpilih 2013

Selamat Datang di Gereja Katolik Blog

Gabunglah di Twitter kami: https://twitter.com/Katolik_ku

Selamat Datang di Gereja Katolik Blog

Terimakasih atas kunjungannya, semoga blog ini bermanfaat untuk meningkatkan iman Katolik kita.

Selamat Datang di Gereja Katolik Blog

Terimakasih atas kunjungannya, semoga blog ini bermanfaat untuk meningkatkan iman Katolik kita.

Selamat Datang di Gereja Katolik Blog

Terimakasih atas kunjungannya, semoga blog ini bermanfaat untuk meningkatkan iman Katolik kita.

Selamat Datang di Gereja Katolik Blog

Terimakasih atas kunjungannya, semoga blog ini bermanfaat untuk meningkatkan iman Katolik kita.

Selamat Datang di Gereja Katolik Blog

Terimakasih atas kunjungannya, semoga blog ini bermanfaat untuk meningkatkan iman Katolik kita.

Sabtu, 04 Maret 2017

MENJADI KATOLIK INDONESIA UNTUK PERDAMAIAN

MENJADI KATOLIK INDONESIA UNTUK PERDAMAIAN

Berhentilah menjadi Katolik bermuka dua yang mengagungkan kedamaian dan persatuan namun terus menebar kebencian atau cemoohan bagi yang lain melalui status-status di FB atau medsos lainnya.

Sebagai orang Indonesia dan Katolik saya merasa bangga bahwa keberadaan Gereja Katolik di Indonesia ikut memberikan sumbangsih berharga bagi perdamaian dan persatuan bangsa Indonesia yang majemuk.

Semangat ke-Katolikan dan ke-Indonesiaan sebagaimana yang digaungkan oleh Mgr. Soegiapranoto SJ 100% Katolik; 100 % Indonesia menjadi spirit Misioner bagi Gereja Katolik untuk bermisi membangun Perdamaian dan Persatuan bagi seluruh masyarakat Indonesia. Di tengah hiruk pikuk cemoohan dan label “kafir” yang diberikan berdasarkan tafsir oknum kelompok tertentu kepada Gereja Katolik tidak mengendurkan semangat dan misi Gereja Katolik untuk hadir untuk membumikan, merawat dan memperjuangkan perdamaian secara konkret; “AKU DATANG MEMBAWA PERDAMAIAN DAN BUKAN PERPECAHAN” melalui institusi maupun perorangan umat Katolik Indonesia.

Keterlibatan dan peran (yang tentu masih ada kekurangan) Gereja Katolik dalam usaha menjaga dan mewartakan perdamaian demi Keutuhan NKRI adalah bentuk penyangkalan diri Gereja; “melepaskan segala bentuk keegoisan diri” dan masuk dalam Salib (Solidaritas) hidup masyarakat dan bangsa Indonesia untuk kedamaian bersama.

Kehadiran ketiga Bapak Uskup (Mgr. Suharyo, Mgr. Antonius dan Mgr. Paskalis Bruno OFM)  yang secara resmi diundang oleh Presiden Jokowi bersama tokoh lintas agama lainnya untuk bertemu dengan Raja Salman adalah kehadiran umat dan Gereja Katolik yang semakin menegaskan Peran, Misi dan Tanggungjawab Gereja Katolik Indonesia dalam mewartakan Perdamaian dan menjaga Keutuhah NKRI.

Kehadiran ketiga Bapak Uskup bukan sekedar mewakili namun kehadiran seluruh Umat dan Gereja Katolik Indonesia merupakan tindakan aktif Gereja Katolik yang menjadikan Kegembiraan dan Harapan, duka dan kecemasan bangsa Indonesia sebagai Kegembiraan dan Harapan, duka dan kecemasan Gereja Katolik dalam memperjuangkan perdamaian dan kesatuan bangsa dalam kemajemukan.

Pengalaman berharga ini tentunya tidak hanya melahirkan rasa bangga bagi kita sebagai Umat dan Gereja Katolik Indonesia tetapi paling penting adalah menjadi spirit bagi kita semua untuk terlibat aktif dalam menjaga dan memperjuangan Perdamaia, Keadilan dan Kebenaran dalam aksi dan tindakan nyata demi keutuhan NKRI; misalnya berhenti menuliskan hujatan, cemoohan dan status-status di FB atau cuitan di twitter dan medsos lainnya yang bernuansa sentimen dan fanatisme.

JIKA KITA MASIH SAJA MENULISKAN STATUS ATAU APAPUN YANG BERNUANSA SENTIMEN DAN FANATISME; ARTINYA KITA JUGA TERMASUK KELOMPOK TERORIS DAN KAUM RADIKAL YANG MEMECAH BELAH PERSATUAN DAN MERUSAK PERDAMAIAN.

KITA JADIKAN MASA PUASA DAN PANTANG SEBAGAI KETERLIBATAN AKTIF MENJAGA DAN MEMPERJUANGAN PERDAMAIAN DAN KESATUAN BAGI SEMUA. Berhentilah menjadi Katolik bermuka dua yang mengagungkan kedamaian dan persatuan namun terus menebar kebencian atau cemoohan bagi yang lain melalui status-status di FB atau medsos lainnya. Semoga.

Manila: Marso-04-2017
Fr. Juan Tuan MSF

Rabu, 01 Maret 2017

Aksi Kasih dan Puasa

15 aksi kasih sederhana yang menjadi perwujudan konkret dari cinta:
1. TERSENYUMLAH. Seorang Katolik selalu ceria.
2. Katakan TERIMA KASIH/BERSYUKURLAH untuk hal-hal sekecil apapun (bahkan jika kita tidak memilikinya)
3. Ingatkan yang lain bagaimana kamu sungguh MENCINTAI mereka.
4. BERI SALAM SUKACITA kepada orang2 yang kamu jumpai tiap hari
5. DENGARKAN cerita orang lain tanpa menghakimi, tapi dengan cinta.
6. Berhentilah jika ada yang membutuhkan bantuanmu. Jangan CUEK.
7. Cobalah untuk BANGKITKAN SEMANGAT orang-orang di sekitarmu.
8. RAYAKAN KESUKSESAN DAN KEBERHASILAN orang lain, hindarilah menjadi iri dan cemburu.
9. TATALAH barang-barang yang sudah tidak digunakan atau tidak dibutuhkan, dan BERIKAN ke mereka yang membutuhkan.
10. SIAP SEDIALAH UNTUK MEMBANTU ketika kamu dibutuhkan sehingga orang lain bisa beristirahat.
11. KOREKSILAH ORANG LAIN DENGAN CINTA, sesedikit mungkin jangan sampai membuat ia takut.
12. RAWATLAH relasi yang baik dengan mereka di dekatmu
13. JAGALAH KEBERSIHAN barang-barang yang kamu gunakan di rumah
14. TOLONGLAH yang lain mengatasi hambatan mereka
15. TELPONLAH ORANGTUAMU sesering mungkin.

Pilihan Puasa yang menjadi rekomendasi untuk kita semua:

1. Puasa mengeluarkan kata-kata yang menyerang dan ubahlah dengan kata-kata yang manis dan lembut
2. Puasa kecewa/tidak puas, dan penuhilah dirimu dengan rasa syukur.
3. Puasa marah dan penuhi dirimu dengan sikap taat dan sabar.
4. Puasa pesimis. Penuhilah dengan OPTIMIS
5. Puasa khawatir dan penuhilah dirimu dengan percaya pada Tuhan.
6. Puasa Meratap/Mengeluh dan nikmatilah hal-hal sederhana dalam kehidupan.
7. Puasa stress dan penuhilah dirimu dengan DOA
8. Puasa dari kesedihan dan kepahitan. Penuhilah hatimu dengan Sukacita.
9. Puasa egois, dan gantilah dengan bela rasa pada yang lain
10. Puasa dari sikap ga bisa mengampuni dan balas dendam. gantilah dengan pendamaian dan pengampunan.
11. Puasa ngomong banyak, dan penuhilah dirimu dengan keheningan dan siap sedia mendengarkan orang lain.

Jika kita semua mempraktikkan gaya berpuasa ini, setiap hari-hari kita akan dipenuhi dengan kedamaian, sukacita, dan percaya satu dengan yang lain, dan HIDUP.