Paus Fransiskus sebagai Person of The Year 2013 oleh majalah Time

Baru 9 bulan menjabat, Paus dipilih menjadi Tokoh Terpilih 2013

Selamat Datang di Gereja Katolik Blog

Gabunglah di Twitter kami: https://twitter.com/Katolik_ku

Selamat Datang di Gereja Katolik Blog

Terimakasih atas kunjungannya, semoga blog ini bermanfaat untuk meningkatkan iman Katolik kita.

Selamat Datang di Gereja Katolik Blog

Terimakasih atas kunjungannya, semoga blog ini bermanfaat untuk meningkatkan iman Katolik kita.

Selamat Datang di Gereja Katolik Blog

Terimakasih atas kunjungannya, semoga blog ini bermanfaat untuk meningkatkan iman Katolik kita.

Selamat Datang di Gereja Katolik Blog

Terimakasih atas kunjungannya, semoga blog ini bermanfaat untuk meningkatkan iman Katolik kita.

Selamat Datang di Gereja Katolik Blog

Terimakasih atas kunjungannya, semoga blog ini bermanfaat untuk meningkatkan iman Katolik kita.

Kamis, 24 Maret 2016

WAJAH KEMANUSIAAN YANG TERLUKA

WAJAH KEMANUSIAAN YANG TERLUKA

oleh I Suharyo
Kompas,  24 Maret 2016

Dalam artikel berjudul "Zaman Edan" (Kompas, Minggu, 20 Maret 2016) diceritakan tentang seorang perempuan muda bernama Ayak, berusia 18 tahun, yang bernasib malang.

Dia kehilangan kedua orangtuanya ketika pemberontak menyerang desanya di Sudan. Ketika berusaha menyelamatkan diri, Ayak ditangkap pemberontak dan diperkosa ramai-ramai. Karena itu, ia hamil dan mengidap HIV. Meskipun demikian, ia siap memelihara anaknya yang selanjutnya menjadi satu-satunya anggota keluarganya.

Ada sekian banyak kisah tentang kemanusiaan yang terluka ketika martabat manusia direndahkan serta hak-hak dasarnya disangkal demi kekuasaan, uang, dan berbagai kepentingan lainnya. Meskipun kehormatannya dicederai, Ayak tampil sebagai pribadi yang sungguh-sungguh bermartabat. Sementara mereka yang tampaknya berkuasa, sebenarnya menyandang luka-luka kemanusiaan yang bernanah.

Luka kemanusiaan

Luka-luka kemanusiaan seperti itu merupakan salah satu unsur dominan yang mewarnai Pekan Suci yang setiap tahun dirayakan umat Kristiani.

Pada Minggu, 20 Maret 2016, Pekan Suci dimulai. Dalam Ibadah Sabda dibacakan Kisah Sengsara Yesus (Lukas 22: 63-23: 56). Luka-luka ini tampak dalam beberapa episode, misalnya dalam diri orang-orang yang menahan Yesus, mengolok-oloknya, menutupi matanya, kemudian memukulnya sambil bertanya, "Coba katakan, siapakah yang memukul engkau?"

Mereka adalah orang-orang bawahan yang biasa tidak dihargai, direndahkan, dan harus melakukan kehendak yang punya kuasa atas mereka. Ketika ada kesempatan, luka-luka mereka tampak dalam kekerasan yang mereka lakukan, sekadar untuk menunjukkan bahwa mereka juga punya kekuasaan.

Luka-luka seperti itu tidak hanya tampak dalam orang-orang bawahan, tetapi juga dalam diri pembesar, seperti para anggota Mahkamah Agama, Pilatus, dan Herodes. Dengan ringannya, tanpa perasaan bersalah sedikit pun, mereka mendakwa Yesus dengan dakwaan dan-tentu saja-saksi-saksi palsu.

Merendahkan martabat

Demikian juga Pilatus. Ia mempunyai wewenang penuh untuk membebaskan Yesus, tetapi tidak melakukannya karena kepentingan pribadinya.

Sementara itu, Herodes Antipas menunjukkan luka jenis lain lagi. Herodes secara harfiah berarti mulia, tetapi kelakuannya sama sekali tidak mulia. Ia, antara lain, menceraikan istrinya dan merebut istri saudaranya yang bernama Herodes Philipus.

Yang ia lakukan terhadap Yesus sama sekali tidak menunjukkan wibawanya sebagai pemimpin. Sebaliknya yang terungkap adalah luka-luka batinnya. Tokoh-tokoh ini semua sadar atau tidak sadar merendahkan martabat mereka sendiri.

Di dalam kisah selanjutnya (Lukas 23: 33-43) ditampilkan konfrontasi antara kemanusiaan yang terluka dan kemanusiaan yang sejati secara amat indah. Konfrontasi ini terasa dalam dialog antara dua penjahat yang disalibkan bersama Yesus dan Yesus yang tergantung di salib. Luka-luka kemanusiaan terbaca dalam kata-kata salah seorang penjahat yang, ketika tergantung di salib, masih menghujat dan berkata, "Bukankah engkau adalah Kristus? Selamatkanlah dirimu dan kami!"

Penjahat yang satu lagi mengungkap luka-luka kemanusiaan yang sama, tetapi dalam proses disembuhkan. Ia berkata kepada kawannya, "Kita layak dihukum sebab kita menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan kita, tetapi orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah".

Dalam saat-saat yang sangat menentukan, terjadi konfrontasi antara kemanusiaan yang terluka yang diwakili oleh penjahat yang menghujat dan kemanusiaan sejati yang tampak dalam diri Yesus yang diam. Dalam diri penjahat yang lain, konfrontasi ini menyadarkan dirinya bahwa ada kemanusiaan yang berwajah lain. Lebih daripada itu, konfrontasi ini juga menggerakkan proses transformasi dalam dirinya. Buahnya terungkap dalam kata-kata yang ditujukan dengan tulus kepada Yesus yang tergantung di salib, "Yesus, ingatlah akan aku apabila engkau datang sebagai raja". Luka-lukanya disembuhkan dan ia menjadi sahabat dalam penderitaan.

Tahun ini, umat Katolik merayakan Paskah ketika Gereja sedunia merayakan Tahun Suci Luar Biasa Kerahiman Allah. Logo yang diciptakan dalam rangka Tahun Suci ini menyampaikan pesan amat kuat mengenai luka-luka kemanusiaan. Logo itu menggambarkan Yesus yang menggendong seseorang di bahunya. Luka-luka yang tergambar jelas pada kedua kaki dan tangan Yesus menjadi lambang luka-luka kemanusiaan dengan berbagai macam wajahnya.

Mata belas kasih

Salah satu mata dari orang yang digendong tidak tampak, berada di belakang mata Yesus sehingga, meskipun ada dua orang, mata yang tergambar hanya tiga. Pesannya jelas, yaitu agar umat Kristiani memandang luka-luka kemanusiaan itu dengan mata Yesus, yaitu mata yang berbelas kasih, mata yang berbela rasa, mata yang mencerminkan wajah Allah yang Maharahim dan menyembuhkan.

Berita sehari-hari yang termuat dalam koran dan disiarkan oleh radio dan televisi mengajak kita untuk menyadari dengan jujur bahwa banyak luka kemanusiaan dengan berbagai wajahnya, baik secara terbuka maupun tersembunyi, ada di tengah-tengah kehidupan bersama kita sebagai bangsa.

Luka-luka itu bisa disebabkan oleh peristiwa-peristiwa getir di masa lampau ataupun di masa sekarang. Semoga perayaan Pekan Suci yang berpuncak pada Paskah menyadarkan umat Kristiani akan adanya luka-luka itu dan memahaminya dengan mata bela rasa.

Dan semoga kesadaran ini mendorong terjadinya proses penyembuhan bukan hanya penyembuhan pribadi, melainkan juga penyembuhan kolektif. Selamat merayakan Pekan Suci.

I SUHARYO

Uskup Keuskupan Agung Jakarta

Jumat, 18 Maret 2016

TIDAK MUDAH JADI SUAMI Belajarlah dari Josep (RD Josep Susanto)

TIDAK MUDAH JADI SUAMI
Belajarlah dari Josep
(RD Josep Susanto)

Yang saya maksud adalah Santo Josep yang pestanya akan kita rayakan setiap tanggal 19 Maret.

Saya tergelitik untuk membahas Matius 1:19-20

19. Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum, ia bermaksud MENCERAIKANNYA dengan diam-diam.
20. Tetapi ketika ia MEMPERTIMBANGKAN maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi.....

Jujur, saya tidak pernah sepenuhnya membayangkan apa yang dipikirkan/dirasakan oleh para suami.

Cuma satu hal yang bisa saya perhatikan dari para suami yang saya kenal, yaitu: SUNGGUH TIDAK MUDAH MENJADI SEORANG SUAMI (YANG BAIK DAN SETIA).

Kadang saya kasihan dengan suami-suami ini ketika harus menanggung tanggungjawab yang luar biasa berat.

Meski katanya laki-laki selalu pakai rasionya dalam berpikir dan bertindak, tetapi saya yakin laki-laki pasti juga punya hati dan perasaan. Cuma kadang laki-laki tidak pintar dalam menggunakan perasaannya.

Suami adalah kepala keluarga.
Sudah selayaknya ia dihormati, didengar, dihargai dan diakui sebagai pemimpin di dalam rumah tangga.
Tetapi kadang istri, anak-anak, (juga kadang mertua) tidak bisa menunjukkan hal itu dengan baik.

Setahun dua tahun mungkin seorang suami yang tidak dihargai masih bisa bertahan. Tetapi entah sampai berapa lama ia sanggup bertahan.

Dan parahnya, para suami tidak punya teman untuk mengungkapkan apa yang ia rasakan itu.

Kalau ia cerita kepada orang lain (teman-temannya), harga dirinya pasti akan hancur seketika karena akan dianggap rendah oleh mereka. Kadang gengsinya lebih kuat di atas perasaannya.

Dan kalau ia bercerita kepada ORANG YANG SALAH, ia akan masuk ke jurang yang disebut orang "perselingkuhan."

Para suami juga manusia biasa, kadang bisa salah dalam bertindak, bertutur kata, ataupun dalam menggambil keputusan.

Tidak selamanya para suami ada di puncak:

Terkadang mereka juga harus menerima kenyataan aliran rejekinya sedang kering, berada di bawah dan terpuruk.

Terkadang egonya sebagai laki-laki membakar pikiran, kata-kata dan tindakannya.

Terkadang ia tidak tahan dengan sikap dan perlakuan istrinya yang sudah dipendam sekian lamanya.

Terkadang ia harus berhadapan pada ketidakmampuan dan keterbatasannya sendiri dalam membahagiakan istri dan mendidik anak-anaknya.
Sungguh sebuah siksaan ketika suami menyadari hal itu dan tidak bisa berbuat apa-apa.

Terkadang ia hanya bertahan pasrah, mencoba hanya diam, hanya karena tidak mau saling menyakiti.

Untuk para suami, belajarlah dari Santo Josep, laki-laki yang berjuang sekuat tenaga untuk baik dan setia.

Santo Josep pun sama seperti Anda,
ia berjuang keras untuk memahami,
dan menerima kenyataan yang sulit diterimanya.

Santo Josep pun sama seperti Anda, mencari jalan keluar manusawi yang terbaik sejauh yang ia mampu pikirkan (pergi/menceraikan Maria diam-diam), asal ia tidak menyakiti Maria.

Tetapi ada 1 hal yang membedakan Santo Josep dari para suami kebanyakan:

Ia melibatkan Tuhan,
Ia mempertimbangkan segala sesuatu bersama Tuhan,
Tuhan menyadarkannya pada TUGAS UTAMA yang dipercayakan Tuhan kepadanya, yaitu Melindungi Keluarga Kudus Nazaret.
Dan Santo Josep menjalani tugas itu dengan segala resikonya, sampai ia menutup mata.

Untuk para istri,
Hormati, sayangi, hargai suamimu,
selagi ia masih berada di sisimu.

Santo Josep, Pelindung Keluarga Kudus, DOAKANLAH KAMI.

Selamat Pesta Santo Josep
Sabtu, 19 Maret.

Kamis, 10 Maret 2016

Telah pulang ke rumah Bapa Mgr Andreas Henrisoesanta SCJ

Telah pulang ke rumah Bapa 

Mgr Andreas Henrisoesanta SCJ - 

Uskup Emeritus Tanjung Karang - 
pada 10 Maret 2016 pukul 14. 20 
di RS St Carolus - Jakarta.

Misa Requiem di Katedral Tanjung Karang direncanakan pada:
hari Minggu tgl 13 Maret 2016, 
pkl 11 WIB. 
Mohon doanya.

Kamis, 03 Maret 2016

HOAX: Berita tentang INDULGENSI

Shalom Sahabat2 Kristus 😊😊
Ada info dari Romo Jost Kokoh, Pr mengenai Pengakuan Dosa tgl. 4 & 5 Mar 2016 yg dilakukan secara serentak oleh Gereja Katolik Roma di seluruh dunia.


JUST INFO

Beredar info seperti ini di WA dan BBM.

---------------------------
INDULGENSI
Tg 4 & 5 Maret Gereja Katolik  di seluruh dunia  akan membuka Holy door (pintu utama Gereja tsb)  utk pengakuan dosa selama 24 jam penuh. Orang2 yg mengaku dosa selama tgl tsb hrs masuk lwt pintu utama/holy door (tidak boleh masuk lewat pintu samping) dan yg mengaku dosa di 2 hari tsb akan mendapatkan indulgensi/pengampunan penuh thd dosa seberat apapun (kecuali dosa menghujat Roh Kudus← dosa yg tdk akan diampuni sm sekali oleh Allah).

Pengampunan dosa seperti ini diadakan hanya per 50 thn sekali /25 thn sekali sehubungan dgn tahun yubelium/tahun rahmat.

NB: kita perlu mendoakan leluhur2 kita jg. Kita kdg tdk tahu sejarahnya perbuatan apa sj yg tlh dilakukan  leluhur kita. Jikalah leluhur kita dl adl org yg menyembah berhala/peramal/pezinah /penjudi dsb kutuknya akan sampai ke generasi ke 3-7 (bs cek di Alkitab), mari kita doakan agar Allah mengampuni leluhur kita tsb, shingga Allah mau memutuskan kutuk2 tsb biar tdk ditimpakan ke kita dan keturunan kita.
Segera cari info Gereja mana yang ditunjuk di kota Anda.
-----------------------------

TANGGAPAN:
Info itu baik tapi tidak seluruhnya benar,  apalagi tidak ada pengirimnya yang jelas tercantum di sana (misal komlit atau kuria, dsb).

Beberapa hal yang kurang tepat, misalnya:
1. Membuka Holy Door tgl. 4-5 Maret.
Holy Door itu dibuka pada awal tahun Yubileum (8 Des 2015) dan akan ditutup pada penutupan tahun Yubileum  (20 Nov 2016).

2. Holy Door juga bukan pintu utama.

3. 4-5 Maret adalah hari doa, 24 jam untuk Tuhan.
Ada kesempatan pengakuan dosa. Tapi untuk indulgensi, pengakuan hanyalah salah satu syarat. Setiap Keuskupan setempat biasanya sudah menerbitkan booklet tentang Tahun Yubileum Kerahiman ini.

4. Katekese SKI - Sekolah Kerahiman Ilahi seputar "4 dan 5 Maret 2016,
24 jam untuk Tuhan"

Dalam rangka Yubileum “Tahun Kerahiman Ilahi”- Kerahiman Allah yang Memerdekakan- ,
Paus meminta supaya semua Gereja terbuka 24 jam pada hari Jumat dan Sabtu sebelum Minggu Prapaskah IV, yaitu pada tgl 4 dan 5 Maret 2016 bagi umat Katolik yang entah mau berdoa, bermeditasi, ber adorasi, ber-rekonsiliasi dll.

"...Gagasan "24 jam untuk Tuhan" yang harus dirayakan pada hari Jumat dan Sabtu sebelum Minggu Prapaskah IV, hendaknya dilaksanakan di setiap keuskupan. Begitu banyak orang, sedang kembali ke Sakramen Rekonsiliasi; Lewat pengalaman rekonsiliasi ini, mereka menemukan kembali jalan pulang kepada Tuhan, menghayati saat doa yang sungguh khusyuk, dan menemukan makna dari kehidupan. Marilah kita menempatkan Sakramen Rekonsiliasi pada pusat kehidupan kita sehingga sakramen ini akan memampukan manusia menyentuh keagungan belas kasihan Allah dengan tangan mereka sendiri. Bagi setiap petobat, sakramen ini akan menjadi sumber damai batin yang sejati.."
- Paus Fransiskus, MV 17

KONTEKS
Paus Fransiskus menghimbau diadakannya “HARI DOA”: rekoleksi, refleksi dan rekonsiliasi selama dua hari itu.

Paus juga meminta agar gereja-gereja membuka pintunya selama 24 jam untuk setiap umat yang mau datang kepada Kerahiman Ilahi.

Pada dua hari itu yang adalah hari “Jumat Pertama” dan “Sabtu Pertama”, kita diberi kesempatan untuk mengaku dosa, untuk berdoa di hadapan Allah sekaligus ber-rekonsiliasi dengan Tuhan, sesama dan semesta.

Paus menambahkan, ini adalah kesempatan untuk berdoa bersama-sama dengan seluruh Gereja, seluruh dunia. Tak tahukah kamu betapa kuat dan dahsyatnya kekuatan doa bersama dan serentak ini?

Tentang Sakramen Tobat, Paus Fransiskus mengatakan bahwa:
“Mengaku dosa bukanlah memasuki sebuah ruang penghakiman/pengadilan yang mengerikan; gunung kerahiman Allah begitu besar, kita saja yang malas untuk datang memohon kerahiman Tuhan; janganlah takut untuk mengaku dosa. Manusia bisa saja jatuh dalam dosa, pergilah, menyesal, bertobat, kita diampuni, kita lalu bangkit lagi. Saya sendiri setiap 15 hari mengaku dosa, sebab saya juga seorang pendosa.”

PRAKTEK:
Pelbagai tempat, pelbagai Gereja tentunya dapat memilih cara dan bentuknya sendiri, sesuai dengan situasi dan keadaan khusus mereka. Yang bisa dibuat selain mengaku dosa pastinya, adalah sebuah “gerakan iman” berpola “ABCD”, yakni:
A: Adorasi
B: Baca kitab suci
C: Cintai ekaristi
D: Doa doa devosi

Beberapa inisiatif lain yang bisa dilakukan untuk mengisi “24 jam”, misalnya: renungan khusus tentang kerahiman ilahi, refleksi tentang sakramen pengampunan, tersedianya buku/bacaan rohani, doa jalan salib, penampilan vocal group atau paduan suara/kor lagu-lagu tobat/kerahiman, menonton film/video tentang kain Kafan, doa meditatif dengan lagu-lagu Taize, doa Brevir bersama umat pada pagi, siang, sore dan malam (Laudes - Hora Media – Vesperae – Completorium), dll.

Bisa juga dihadirkan pelbagai katekese tentang kerahiman Tuhan, kerahiman dalam keluarga, membangun budaya kerahiman dalam hidup bersama; katekese tentang sakramen rekonsiliasi.

Salam HIKers,
Tuhan berkati & Bunda merestu