Hanya ada papan kecil bertulisan
“masuk dan silakan lihat”. Pada suatu
hari akhir Maret lalu, ratusan orang
berkumpul di dalam gedung itu. Sebagian du
duk berdesakan di kursi, sebagian lagi terpaksa
bersila di lantai karena jumlah bangkunya tak
mencukupi.
Walaupun berjubel di ruangan sempit, me
reka takzim menyimak khotbah sang pastor.
Pastor muda berusia 30 tahun itu menuturkan
kunjungannya ke rumah seorang penderita
kanker yang setahun sebelumnya divonis
dokter tak lama lagi akan mati. “Tapi, karena i
mannya, dia masih hidup sampai hari ini,” sang
pastor berkhotbah.
Ya, bangunan tanpa nama di pinggir jalan
raya sekitar 120 kilometer arah tenggara dari
Beijing itu merupakan Gereja Katolik “bawah
tanah”. Menurut sang pastor, gereja gelap itu
berdiri sejak 1989 dan kini memiliki jemaah se
kitar 2.000 orang. Mereka hanya patuh kepada
Vatikan dan menolak tunduk kepada otoritas
gereja yang dikendalikan pemerintah Tiongkok.
Setiap dua pekan, polisi setempat dan petu
gas keamanan singgah untuk sekadar mena
nyakan kegiatan mereka.
Sekali waktu, polisi
membubarkan kelas agama yang dia ajar. Alas
annya, sang pastor tak terdaftar di administrasi
pemerintah. Namun, belakangan, pengawasan
tak lagi seketat beberapa tahun lalu. “Mungkin
ada kaitannya dengan perubahan kepemimpin
an di Tiongkok,” dia menduga.
Dia ingat betul saat masih bersekolah di
seminari gelap di satu tempat di Provinsi
Hebei. Ada sepuluh siswa di sekolah “bawah
tanah” itu. Supaya tak terendus polisi dan intel
pemerintah, mereka terpaksa menutup semua
jendela dengan selimut.
Sekarang ada sekitar
20 Gereja Katolik gelap di sekitar Kota Tianjin,
ibu kota Provinsi Hebei.
Menurut Or Yan Yan, juru
bicara Komisi Hukum dan
Keadilan di Diosis Katolik
Hong Kong, ada lima pastor
yang mendekam di penjara di
seluruh Hebei. Sekarang po
lisi memang tak lagi segalak
dulu, tapi masih ada ancam
an lain bagi Gerejagereja Ka
tolik gelap di Tiongkok, yakni
Asosiasi Katolik Patriotik Ti
ongkok. Inilah otoritas Gereja
Katolik di Negeri Panda yang direstui penguasa
di Beijing.
Pastor muda itu mengatakan, selama dua
tahun terakhir, petugas Asosiasi Katolik terus
menerus datang untuk membujuknya bergabung dengan mereka. “Mereka mengancam
akan menangkap dan mengirimku ke penjara.
Aku bilang kepada mereka: Maaf, aku tidak bisa
melakukannya. Imanku mengatakan aku tak
bisa mengikutinya,” kata sang pastor.
Sejak Partai Komunis berkuasa di daratan
Tiongkok pada 1949, seluruh kegiatan agama
dikendalikan sangat ketat oleh pemerintah
di Beijing lewat Departemen Administrasi
Hubungan Religius.
Hubungan Gereja Katolik
dengan Paus di Vatikan diputus. Pastor yang
menolak memutus hubungan dengan Vatik
an dijebloskan ke penjara. Selama Revolusi
Kebudayaan, Gerejagereja Katolik dirusak atau
dialihfungsikan.
Satu-satunya otoritas Katolik yang diakui ha
nyalah Asosiasi Katolik Patriotik Tiongkok. Otori
tas ini membawahkan 70 keuskupan dan sekitar
6.000 gereja di seluruh daratan Tiongkok.
●●●
Hari itu, 7 Juli 2012, mestinya hari yang
sungguh istimewa bagi Thaddeus Ma Daqin,
kala itu 46 tahun. Hari itu Ma Daqin seharusnya ditahbiskan sebagai Uskup Shanghai oleh
Asosiasi Katolik Patriotik, yang bertempat
di Katedral Santo Ignatius.
Dia sangat dekat
dengan Uskup Shanghai sebelumnya, Aloysius
Jin Luxian. “Harapannya, dia menjadi pemimpin gereja yang patuh, menjadi yes man,” kata Jim
Mulroney, pastor dan redaktur koran Katolik di
Hong Kong, Sunday Examiner.
Uskup Jin dan dua Uskup lainnya siap mena
ruh tangan mereka di kepala Ma Daqin, yang
tengah berlutut sebagai pemberkatan. Namun
Ma Daqin malah berdiri dan merangkul ketiga
nya. Dia kemudian melangkah ke arah jemaah
dan berkata, ”Hari ini, dari Diosis kita, ada sejumlah saudara kita yang tak bisa hadir pada
acara ini karena pelbagai alasan.
Aku ingin ber
kata, aku mencintai mereka,” kata Ma Daqin.
Menurut Ma Daqin, sebagai uskup, dia akan
berfokus melayani jemaahnya ketimbang
mengerjakan tugastugas birokrasi sebagai
wakil dari Asosiasi Katolik Patriotik. “Karena
itu, mulai hari ini, aku merasa tak lagi nyam
an menjadi anggota Asosiasi Katolik Patriotik,”
katanya. Tepuk tangan
bergemuruh.
Semua
orang terpana mende
ngar pernyataan uskup
baru tersebut. Tak ada
yang menyangka.
Terang pernyataan
Uskup Ma Daqin
membuat panas oto
ritas Gereja Katolik di
Tiongkok. Pengangkat
annya dibatalkan, Ma Daqin juga diasingkan
selama 20 bulan dan dikembalikan ke seminari
untuk mempelajari kembali doktrin komunis
me.
Entah apa yang terjadi sehingga Ma Daqin
memutuskan membangkang melawan otoritas
Katolik di Tiongkok. Kabarnya, dia sebenarnya
sangat mengagumi Joseph Fan Zhongliang,
pastor gereja bawah tanah yang karismatik.
Dua tahun setelah Ma Daqin menjalani hu
kuman, penguasa di Beijing juga telah berubah.
Menurut seorang sumber di Vatikan, ada sinyal
dari Beijing bahwa Ma Daqin mungkin bakal
dipilih kembali sebagai uskup di Shanghai.
Dua
pastor yang loyal kepada Takhta Suci Vatikan
yang sudah bertahuntahun dibui mungkin
juga bakal dibebaskan.
Supaya tak membuat marah pemerintah di
Shanghai, yang masih jengkel terhadap tindak
an Ma Daqin dua tahun lalu, pemulihan status
nya akan dilakukan secara bertahap. Utusan
tak resmi dari Beijing sudah berkunjung ke
Vatikan. “Kali ini aku merasa lebih positif,” kata
sang sumber.
Namun suara dari Asosiasi Katolik Patriotik
masih tetap keras. “Dia sudah berbohong kepa
da Uskup dan menipu pemerintah. Bagaimana
mungkin orang seperti ini bertanggung jawab
terhadap keuskupan sebesar Shanghai? Terang
dia berada di bawah pengaruh orang asing,” An
thony Liu Bainian, pemimpin Asosiasi Katolik, mengkritik Ma Daqian. Tak jelas siapa “orang
asing” yang dia maksud.
Belum tampak sinyal terangbenderang yang
menunjukkan kemesraan hubungan antara Va
tikan dan Beijing. Beberapa pekan lalu, kepada
harian Italia, Corriere della Sera, Paus Fransiskus
mengatakan sempat berkirim surat kepada
Presiden Tiongkok Xi Jinping dua tahun lalu.
Ketika itu, Xi baru tiga hari terpilih menjadi pre
siden. “Kami dekat dengan Tiongkok.... Mereka
orangorang baik yang aku sayangi,” kata Paus
Fransiskus.
Wakil Presiden Asosiasi Katolik Patriotik, Liu
Yuanlong, memperingatkan Vatikan supaya tak
mencampuri urusan pemilihan uskup di Tiongkok.
“Kami akan menjaga kedaulatan negeri ini dan tak
mengizinkan kekuatan asing turut campur dalam
urusan agama,” kata Yuanlong, menanggapi wa
wancara Paus Fransiskus.
■ SaPtO PradityO | reuterS |
telegraPH | Cnn | glOBal tiMeS | iBt | Cna
Dicopy dari: Majalah detik 28 april - 4 mei 2014
0 komentar:
Posting Komentar