Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (5:43-48)
"Kasihilah musuh-musuhmu."
Dalam khotbah di bukit, Yesus berkata, “Kalian telah mendengar bahwa disabdakan, ‘Kasihilah sesamamu manusia, dan bencilah musuhmu’.
Tetapi Aku berkata kepadamu, ‘Kasihilah musuh-musuhmu, dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kalian’. Karena dengan demikian kalian menjadi anak-anak Bapamu di surga.
Sebab Ia membuat matahari-Nya terbit bagi orang yang jahat, dan juga bagi orang yang baik. Hujan pun diturunkan-Nya bagi orang yang benar dan juga bagi orang yang tidak benar.
Apabila kalian mengasihi orang yang mengasihi kalian, apakah upahmu?
Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian?
Dan apabila kalian hanya memberi salam kepada saudaramu saja, apakah lebihnya dari perbuatan orang lain?
Bukankah orang yang tak mengenal Allah pun berbuat demikian?
Karena itu kalian harus sempurna sebagaimana Bapamu di surga sempurna adanya.”
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.
Renungan Harian Katolik
Benih Sabda - 17 Juni 2014
APA PAHALAMU?
Mat 5:46-47
“Jika kamu hanya mengasihi orang yang mengasihi kamu,
apakah pahalamu? Bukankah pemungut cukai pun
melakukan hal yang sama? Jika kamu hanya memberi salam
kepada saudaramu, apa istimewanya perbuatanmu itu?”
Kasih yang benar selalulah cuma-cuma, gratis.
Jika ada pembayaran, kasih menguap, tidak ada.
Dalam kasih yang dibayar, yang penting ialah
apa yang bisa diberikan orang lain kepadaku.
Orang Yahudi bicara tentang upah, pahala,
kalau Hukum dipraktikkan dengan sempurna.
Sang Guru bicara tentang ‘upah’ lain:
Menjadi serupa dengan Bapanya, Sang Kasih,
yang tidak pernah mau dibayar, selalu memberi saja.
Mengasihi demi bisnis, mendapat sesuatu,
dipraktikkan oleh semua orang, juga para pendosa.
Ini serupa dengan prostitusi batiniah.
Namun, mengasihi musuh, adalah penyataan jelas
akan kasih Allah tanpa syarat.
Jika “Salam” disampaikan hanya kepada orang tertentu,
maka dia yang mengucapkannya, tidak mengenal Bapa.
Bapa yang di surga selalu mengucapkan salam kasih
kepada semua orang, yang baik maupun yang tidak baik.
Cukupkah sudah umat Gereja merenungkan sabda ini?
©SL 17 Juni 2014
0 komentar:
Posting Komentar