Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (8:18-22)
"Ikutlah Aku."
Pada suatu hari banyak orang mengerumuni Yesus. Melihat hal itu Yesus menyuruh bertolak ke seberang.
Lalu datanglah seorang ahli Taurat dan berkata kepada-Nya, “Guru, aku akan mengikuti Engkau, ke mana saja Engkau pergi.”
Yesus berkata kepadanya, “Serigala mempunyai liang, dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya.”
Seorang lain, yaitu salah seorang murid-Nya berkata kepada-Nya, “Tuhan, izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan ayahku.”
Tetapi Yesus berkata kepada-Nya, “Ikutilah Aku, dan biarlah orang-orang mati menguburkan orang-orang mati mereka.”
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.
U. Terpujilah Kristus.
Renungan Benih Sabda - 30 Juni 2014
MEMAKAMKAN AYAHKU
Mat 8:21-22
Seorang pengikutnya yang lain berkata kepada-Nya,
"Tuhan, izinkanlah aku pergi memakamkan ayahku
terlebih dahulu." Tetapi Yesus berkata kepadanya,
"Ikutlah Aku, dan biarkanlah orang-orang mati
memakamkan mereka yang mati."
Arti “mengikut Yesus” digambarkan dalam kisah ini.
Pertama-tama, bagi murid Sang Guru,
Yesus bukan Guru saja, melainkan “Tuhan” sendiri.
Murid sungguh hidup
jika Yesus adalah hidupnya sendiri (Flp 1:21).
Namun, murid yang sudah memahami banyak sekalipun
sulit memahami Sang Guru dalam arti penuh.
Sebab ia mengerti bahwa Sang Guru
tak dapat berperan dalam hidupnya sebagai Nomor Dua.
Seandainya itu mungkin, maka Guru bukan Tuhan.
Seorang perempuan mengandung; ia punya bayi.
Tetapi, suatu saat nanti bayi itu harus keluar dari rahim.
Seorang ayah berkuasa penuh atas anaknya.
Tetapi, anak itu harus lepas darinya kelak,
untuk hidup secara benar-benar dewasa.
Apa saja yang menyenangkan
sehingga menurunkan kedudukan Sang Guru,
harus dilepaskan. Pelepasan ini adalah kemerdekaan.
Hanya dengan mengasihi Tuhan, manusia merdeka!
©SL 30 Juni 2014
MEMAKAMKAN AYAHKU
Mat 8:21-22
Seorang pengikutnya yang lain berkata kepada-Nya,
"Tuhan, izinkanlah aku pergi memakamkan ayahku
terlebih dahulu." Tetapi Yesus berkata kepadanya,
"Ikutlah Aku, dan biarkanlah orang-orang mati
memakamkan mereka yang mati."
Arti “mengikut Yesus” digambarkan dalam kisah ini.
Pertama-tama, bagi murid Sang Guru,
Yesus bukan Guru saja, melainkan “Tuhan” sendiri.
Murid sungguh hidup
jika Yesus adalah hidupnya sendiri (Flp 1:21).
Namun, murid yang sudah memahami banyak sekalipun
sulit memahami Sang Guru dalam arti penuh.
Sebab ia mengerti bahwa Sang Guru
tak dapat berperan dalam hidupnya sebagai Nomor Dua.
Seandainya itu mungkin, maka Guru bukan Tuhan.
Seorang perempuan mengandung; ia punya bayi.
Tetapi, suatu saat nanti bayi itu harus keluar dari rahim.
Seorang ayah berkuasa penuh atas anaknya.
Tetapi, anak itu harus lepas darinya kelak,
untuk hidup secara benar-benar dewasa.
Apa saja yang menyenangkan
sehingga menurunkan kedudukan Sang Guru,
harus dilepaskan. Pelepasan ini adalah kemerdekaan.
Hanya dengan mengasihi Tuhan, manusia merdeka!
©SL 30 Juni 2014
0 komentar:
Posting Komentar