Sabtu, 04 Maret 2017

MENJADI KATOLIK INDONESIA UNTUK PERDAMAIAN

MENJADI KATOLIK INDONESIA UNTUK PERDAMAIAN

Berhentilah menjadi Katolik bermuka dua yang mengagungkan kedamaian dan persatuan namun terus menebar kebencian atau cemoohan bagi yang lain melalui status-status di FB atau medsos lainnya.

Sebagai orang Indonesia dan Katolik saya merasa bangga bahwa keberadaan Gereja Katolik di Indonesia ikut memberikan sumbangsih berharga bagi perdamaian dan persatuan bangsa Indonesia yang majemuk.

Semangat ke-Katolikan dan ke-Indonesiaan sebagaimana yang digaungkan oleh Mgr. Soegiapranoto SJ 100% Katolik; 100 % Indonesia menjadi spirit Misioner bagi Gereja Katolik untuk bermisi membangun Perdamaian dan Persatuan bagi seluruh masyarakat Indonesia. Di tengah hiruk pikuk cemoohan dan label “kafir” yang diberikan berdasarkan tafsir oknum kelompok tertentu kepada Gereja Katolik tidak mengendurkan semangat dan misi Gereja Katolik untuk hadir untuk membumikan, merawat dan memperjuangkan perdamaian secara konkret; “AKU DATANG MEMBAWA PERDAMAIAN DAN BUKAN PERPECAHAN” melalui institusi maupun perorangan umat Katolik Indonesia.

Keterlibatan dan peran (yang tentu masih ada kekurangan) Gereja Katolik dalam usaha menjaga dan mewartakan perdamaian demi Keutuhan NKRI adalah bentuk penyangkalan diri Gereja; “melepaskan segala bentuk keegoisan diri” dan masuk dalam Salib (Solidaritas) hidup masyarakat dan bangsa Indonesia untuk kedamaian bersama.

Kehadiran ketiga Bapak Uskup (Mgr. Suharyo, Mgr. Antonius dan Mgr. Paskalis Bruno OFM)  yang secara resmi diundang oleh Presiden Jokowi bersama tokoh lintas agama lainnya untuk bertemu dengan Raja Salman adalah kehadiran umat dan Gereja Katolik yang semakin menegaskan Peran, Misi dan Tanggungjawab Gereja Katolik Indonesia dalam mewartakan Perdamaian dan menjaga Keutuhah NKRI.

Kehadiran ketiga Bapak Uskup bukan sekedar mewakili namun kehadiran seluruh Umat dan Gereja Katolik Indonesia merupakan tindakan aktif Gereja Katolik yang menjadikan Kegembiraan dan Harapan, duka dan kecemasan bangsa Indonesia sebagai Kegembiraan dan Harapan, duka dan kecemasan Gereja Katolik dalam memperjuangkan perdamaian dan kesatuan bangsa dalam kemajemukan.

Pengalaman berharga ini tentunya tidak hanya melahirkan rasa bangga bagi kita sebagai Umat dan Gereja Katolik Indonesia tetapi paling penting adalah menjadi spirit bagi kita semua untuk terlibat aktif dalam menjaga dan memperjuangan Perdamaia, Keadilan dan Kebenaran dalam aksi dan tindakan nyata demi keutuhan NKRI; misalnya berhenti menuliskan hujatan, cemoohan dan status-status di FB atau cuitan di twitter dan medsos lainnya yang bernuansa sentimen dan fanatisme.

JIKA KITA MASIH SAJA MENULISKAN STATUS ATAU APAPUN YANG BERNUANSA SENTIMEN DAN FANATISME; ARTINYA KITA JUGA TERMASUK KELOMPOK TERORIS DAN KAUM RADIKAL YANG MEMECAH BELAH PERSATUAN DAN MERUSAK PERDAMAIAN.

KITA JADIKAN MASA PUASA DAN PANTANG SEBAGAI KETERLIBATAN AKTIF MENJAGA DAN MEMPERJUANGAN PERDAMAIAN DAN KESATUAN BAGI SEMUA. Berhentilah menjadi Katolik bermuka dua yang mengagungkan kedamaian dan persatuan namun terus menebar kebencian atau cemoohan bagi yang lain melalui status-status di FB atau medsos lainnya. Semoga.

Manila: Marso-04-2017
Fr. Juan Tuan MSF

0 komentar:

Posting Komentar