Rabu, 10 Februari 2016
PESAN BAPA SUCI PAUS FRANSISKUS UNTUK HARI ORANG SAKIT SEDUNIA KE-24 2016
Selasa, 09 Februari 2016
✅MENJADi MANUSIA YANG BAHAGIA By: Rm. Ignatius Ismartono, SJ.
Satu lagi dari Sri Paus Franciskus yang sangat menginspirasi.
✅MENJADi MANUSIA YANG BAHAGIA oleh Paus Fransiskus
By: Rm. Ignatius Ismartono, SJ.
👌"Engkau mungkin memiliki kekurangan, merasa gelisah dan kadangkala hidup tak tenteram, namun jangan lupa hidupmu adalah sebuah proyek terbesar di dunia ini. Hanya engkau yang sanggup menjaga agar tidak merosot. 🍃Ada banyak orang membutuhkanmu, mengagumimu dan mencintaimu. 💛💙
☝Aku ingin mengingatkanmu bahwa menjadi bahagia bukan berarti memiliki langit tanpa badai, atau jalan tanpa musibah, atau bekerja tanpa merasa letih, ataupun hubungan tanpa kekecewaan. 💦Menjadi bahagia adalah mencari kekuatan untuk memaafkan, mencari harapan dalam perjuangan, mencari rasa aman di saat ketakutan, mencari kasih di saat perselisihan.
✅Menjadi bahagia bukan hanya menyimpan senyum, tetapi juga mengolah kesedihan.
👋Bukan hanya mengenang kejayaan, melainkan juga belajar dari kegagalan.
👋Bukan hanya bergembira karena menerima tepuk tangan meriah, tetapi juga bergembira meskipun tak ternama.
🍂Menjadi bahagia adalah mengakui bahwa hidup ini berharga, meskipun banyak tantangan, salah paham dan saat-saat krisis.
🌻Menjadi bahagia bukanlah sebuah takdir, yang tak terelakkan, melainkan sebuah kemenangan bagi mereka yang mampu menyongsongnya dengan menjadi diri sendiri.
🍀Menjadi bahagia berarti berhenti memandang diri sebagai korban dari berbagai masalah, melainkan menjadi pelaku dalam sejarah itu sendiri.
👋Bukan hanya menyeberangi padang gurun yang berada diluar diri kita, tapi lebih dari pada itu, mampu mencari mata air dalam kekeringan batin kita.
🍄Menjadi bahagia adalah mengucap syukur setiap pagi atas mukjizat kehidupan.
🌾Menjadi bahagia bukan merasa takut atas perasaan kita. Melainkan bagaimana membawa diri kita. Untuk menanggungnya dengan berani ketika diri kita ditolak.
🌿Untuk memiliki rasa mantab ketika dikritik, meskipun kritik itu tidak adil.
✅Dengan mencium anak-anak, merawat orang tua, menciptakan saat-saat indah bersama sahabat-sahabat, meskipun mereka pernah menyakiti kita.
⛄Menjadi bahagia berarti membiarkan hidup anak yang bebas, bahagia dan sederhana yang ada dalam diri kita; memiliki kedewasaan untuk mengaku "saya salah"🌝, memiliki keberanian untuk berkata "maafkan saya". 😔🙌
🌟Memiliki kepekaan untuk mengutarakan "Aku membutuhkan kamu" ; memiliki kemampuan untuk berkata "Aku....
👌Dengan demikian hidupmu menjadi sebuah taman yang penuh dengan kesempatan untuk menjadi bahagia.
🍃Di musim semi-mu, jadilah pecinta keriangan. Di musim dingin-mu, jadilah seorang sahabat kebijaksanaan.
💦Dan ketika engkau melakukan kesalahan, mulailah lagi dari awal. Dengan demikian engkau akan lebih bersemangat dalam menjalankan kehidupan.
🍀Dan engkau akan mengerti bahwa kebahagiaan bukan berarti memiliki kehidupan yang sempurna, melainkan menggunakan airmata untuk menyirami toleransi, menggunakan kehilangan untuk lebih memantabkan kesabaran, kegagalan untuk mengukir ketenangan hati, penderitaan untuk dijadikan landasaan kenikmatan, kesulitan untuk membuka jendela kecerdasan.
💙Jangan menyerah... Jangan berhenti menghasihi orang orang yang engkau cintai. Jangan menyerah untuk menjadi bahagia karena kehidupan adalah sebuah pertunjukan yang menakjubkan.
Dan engkau adalah seorang manusia yang luar biasa!"👍
- Paus Fransiskus. -Sekali lagi mungkin iman kita berbeda tapi jangan mencari keperbedaannya kita bisa renungkan esensi filosofi yg terkandung.🌟🎀💗
MAKNA ABU MENURUT KITAB SUCI (RM Josep Susanto, Pr.)
MAKNA ABU
MENURUT KITAB SUCI
(RM Josep Susanto, Pr.)
Sebelum kita menerima Abu di dahi kita di Hari Rabu Abu, ada baiknya kita mengerti makna dibalik simbol ABU dalam tradisi Kitab Suci.
Kata ABU beberapa kali muncul bersamaan dengan kata DEBU. Dua kata ini berasal dari akar kata yang sama. APAR = Debu, IPER= Abu.
Debu adalah benda terkecil (pada zaman itu, sebelum ditemukan atom atau partikel), sifatnya: tidak ada artinya, mengotori, tak berguna dan tak bermanfaat, namun masih bisa dilihat.
Sementara Abu mengacu pada sisa-sisa benda-benda yang dibakar. Mengacu pada kemusnahan sesuatu yang ada menjadi tiada, kesia-siaan, dan tidak punya arti lagi.
Abraham ketika Ia berbicara dengan Tuhan, mengakui dirinya hanyalah debu dan abu (Kej 18:27).
Debu dan abu adalah benda yang mempunyai derajat paling rendah di antara benda-benda lainnya.
Dalam kitab Samuel dikatakan debu dan abu adalah tempat tinggal orang-orang miskin dan orang lemah. Allah mengangkat mereka dari debu dan abu. 1Sam 2:8.
Ada beberapa tokoh dalam Kitab Suci yang menggunakan ritual pertobatan dengan menggunakan debu dan abu:
1. Ayub. 42:6 "Ayub bertobat dalam debu dan abu"
2. Nabi Yehezkiel menyerukan pertobatan kepada Israel dengan menaruh abu di atas kepala dan berguling dalam debu. (Yeh 27:30)
3. Raja Niniwe setelah mendengar nubuat penghukuman yang disampaikan Yunus. Raja ini menyesal dan duduk di atas debu (Yun 3:6).
Dari beberapa contoh kemunculan debu dan abu di atas, kita bisa menarik inspirasi dari tindakan pertobatan dengan penerimaan abu di dahi kita:
PERTAMA
Kita melihat SIAPA DIRI KITA di hadapan Allah. Tuhan lah Allah, Raja atas diri kita, sementara kita bukanlah apa-apa, tidak berarti, seorang hamba sahaya, tetapi DIKASIHI olehNya.
KEDUA
Debu dan abu adalah simbol hancurnya hati dan diri kita setelah kita menyadari betapa DOSA TELAH MERUSAK DIRI KITA sedemikian rupa.
Kita menjadi tidak bisa berpikir jernih, penuh nafsu dan tipu daya, pintar bersandiwara, melakukan kebohongan demi kebohongan.
Karena dosa kita lupa bahwa kita membutuhkan Tuhan dan sesama. Kita menjadi sedemikian sombong, angkuh dan congkak hati.
KETIGA
Menjadi debu dan abu artinya kita meninggalkan kedirian kita, dengan segala kesombongan, sifat egois, segala hal-hal yang merusak identitas kita sebagai anak-anak Allah, yang telah ditebus oleh Darah Anak Allah.
KEEMPAT
Kesadaran bahwa diri kita adalah debu membantu kita untuk melihat orang lain.
Kita semua berasal dari debu tanah dan akan kembali menjadi debu, maka tidak perlu ada yang disombongkan lagi. Tidak perlu seorang pun merasa lebih hebat dari orang lain lalu memandang rendah orang lain.
KELIMA
Sebutir debu tidak akan terlihat oleh mata. Debu akan terlihat bila dikumpulkan bersama debu lainnya.
Bukankah dunia ini berasal dari kumpulan milyaran debu. Maka diriku yang adalah debu, akan lebih menemukan eksistensi dan maknanya, ketika aku berada bersama yang lain.
Aku memerlukan orang lain, dan orang lain pun memerlukan aku.
Selamat memasuki MASA PENUH KERAHIMAN ALLAH.