Paus Fransiskus sebagai Person of The Year 2013 oleh majalah Time

Baru 9 bulan menjabat, Paus dipilih menjadi Tokoh Terpilih 2013

Selamat Datang di Gereja Katolik Blog

Gabunglah di Twitter kami: https://twitter.com/Katolik_ku

Selamat Datang di Gereja Katolik Blog

Terimakasih atas kunjungannya, semoga blog ini bermanfaat untuk meningkatkan iman Katolik kita.

Selamat Datang di Gereja Katolik Blog

Terimakasih atas kunjungannya, semoga blog ini bermanfaat untuk meningkatkan iman Katolik kita.

Selamat Datang di Gereja Katolik Blog

Terimakasih atas kunjungannya, semoga blog ini bermanfaat untuk meningkatkan iman Katolik kita.

Selamat Datang di Gereja Katolik Blog

Terimakasih atas kunjungannya, semoga blog ini bermanfaat untuk meningkatkan iman Katolik kita.

Selamat Datang di Gereja Katolik Blog

Terimakasih atas kunjungannya, semoga blog ini bermanfaat untuk meningkatkan iman Katolik kita.

Sabtu, 31 Mei 2014

Benih Sabda - 1 Juni 2014 INILAH HIDUP YANG KEKAL

Yoh 17:3
“Inilah hidup yang kekal,
yaitu bahwa mereka mengenal Engkau,
sebagai satu-satunya Allah yang benar,
dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus.”

Sang Guru menjelaskan arti ungkapan “hidup yang kekal”.
Hidup itu adalah pemberiannya!
Intinya ialah relasinya sendiri dengan Bapanya.
Relasi itu ada karena ia mengenal dan mengasihi Bapa.

Jadi, hidup yang kekal ialah mengenal Allah sebagai Bapa,
mengenal-Nya dengan cara sama seperti Sang Guru.
Ini bukan pengetahuan intelektual biasa,
melainkan pengalaman nyata tentang relasi kasih
antara Allah Bapa dengan Anak-Nya.

Sang Guru datang untuk memperkenalkan Bapa
dan menganugerahkan relasinya sendiri dengan Bapa.
Sebab Bapa mengasihi para pengikutnya
sebagaimana Anak mengasihi mereka,
sedangkan Anak mengasihi mereka dengan kasih sama
sebagaimana ia dikasihi Bapa-Nya.

Injil dituliskan supaya manusia tahu anugerah Bapa ini.
Perlukah ini diketahui semua orang? Sangat perlu!
Sebab kalau manusia tidak mengenal Bapa,
ia tidak mengenal dirinya, orang lain, bahkan dunia ini.
Inilah sebabnya kata “mengenal” begitu penting di sini!

©SL 1 Juni 2014

Jumat, 30 Mei 2014

Benih Sabda - 31 Mei 2014 MEMBERI SALAM KEPADA ELISABET

Luk 1:39-40
Segera setelah itu, Maria bersiap-siap
lalu bergegas pergi ke pegunungan, ke sebuah kota di Yudea.
Ia masuk ke rumah Zakharia
dan memberi salam kepada Elisabet.

Maria bergegas untuk mengunjungi Elisabet.
Ia tidak ke sana karena ingin tahu ataupun ragu-ragu!
Ia ke sana karena hatinya bersukacita! Ia penuh iman.
Ia juga ingin menunjukkan cintanya kepada Elisabet.

Setelah masuk ke rumah Zakharia, Maria memberi salam.
Salam atau syalom ini searti dengan, “Damai!”
Maria yang memberkati mereka yang menerimanya.
Di Israel, tamu diperlakukan sebagai utusan Allah.
Dengan memberkati, manusia serupa dengan Allah.

Maria memberkati secara istimewa sekali.
Sebab ia bahkan membawa Anak Allah dalam rahimnya!
Inilah anugerahnya, sebab ia percaya pada sabda Tuhan.
Elisabet pun percaya, maka tersentuh oleh-Nya.
Ia yakin bahwa dalam diri Maria tinggal Dia
yang sepanjang sejaharnya dinantikan bangsa Israel.

Selama ini, tidak ada seorang pun yang tahu
karya besar macam apa diwujudkan Tuhan dalam Elisabet.
Tidak diketahui pula seorang pun
apa yang terjadi dalam rahim Maria.
Tuhan tidak pernah pamer, tetapi Ia dapat dikenal orang
yang seperti kedua perempuan ini percaya kepada-Nya.

©SL 31 Mei 2014

Kamis, 29 Mei 2014

Benih Sabda - 30 Mei 2014 DUKACITA … BERGEMBIRA

Yoh 16:22
“Saat ini kamu memang berdukacita,
tetapi Aku akan menjumpai kamu lagi
sehingga hatimu akan bergembira
dan tidak ada seorang pun yang dapat mengambil
kegembiraanmu itu darimu.”

Sebelum dibunuh, Sang Guru bersabda dengan jelas,
“Saat ini kamu memang berdukacita”. Mengapa?
Murid-muridnya memang sama sekali tidak menduga
bahwa Guru mereka, dan mereka bersama dengannya,
akan mengalami masa krisis yang dahsyat.

Dan, benar! Pada hari Jumat,
mereka masih melihat Guru, tetapi sudah disalibkan.
Pada hari Sabtu, mereka tidak melihatnya lagi,
sebab sudah dimakamkan. Dua hari itu mereka berduka.
Dua hari itu terasa sebagai beban tak terpikulkan.

Namun, pada hari Paskah, semuanya akan berubah.
Pada hari itu, pengikut Sang Guru akan bersukacita
sebab akan mengerti bahwa segala kesedihan dan derita
dapat mereka persatukan dengan Kristus.
Mereka akan yakin bahwa kebangkitan
bukan hanya tersedia bagi Sang Guru,
melainkan bahwa mereka sendiri akan mengalaminya.

Pengikut Kristus ialah orang yang berjalan bersama Dia
dan bersama dengan-Nya melewati kematian.
Benih dapat tumbuh dan berbuah, setelah ia mati saja.

©SL 30 Mei 2014

Rabu, 28 Mei 2014

Benih Sabda - 29 Mei 2014 AKU MENYERTAI KAMU

Mat 28:20
“Ajarlah mereka memelihara segala sesuatu
yang telah Kuperintahkan kepadamu.
Dan ingatlah, Aku menyertai kamu
sampai kesudahan zaman."

Sejak awal sejarah, manusia mau jadi seperti Allah.
Dapatkah ini terjadi? Dapat, asal dipakai cara yang benar.
Caranya ialah melakukan kehendak Bapa
seturut pengajaran Anaknya, Sang Guru.
Inilah tema utama Injil Matius
yang diperkembangkannya dalam lima wejangannya.

‘Segala sesuatu yang harus dipelihara’ ialah:
mengasihi Bapa dan semua manusia
dengan kasih sama dengan kasih Sang Guru.
Orang yang melakukannya, tak pernah akan sendirian.
Sang Guru, sebagai saudara, selalu akan menyertainya.

Sang Guru menjamin, “Aku menyertai kamu
sampai kesudahan zaman!” Ini sabda Sang Guru
yang disalibkan dan dibangkitkan. Ia selalu hadir.
Setiap saat ia mendekati masing-masing orang
yang dengan setia mendengarkan dan mewujudkan
apa yang dikatakan dan dilakukannya.

Akhir jalan manusia ialah tinggal bersama Sang Guru.
Hal ini terjadi jika semua orang menjadi anak Allah.

©SL 29 Mei 2014

Benih Sabda - 28 Mei 2014 MASIH BANYAK HAL

Yoh 16:12
“Masih banyak hal yang hendak Kukatakan kepadamu,
tetapi sekarang kamu belum dapat menanggungnya.”

Mengapa Sang Guru berkata demikian?
Hal-hal apa saja yang belum dikatakannya?
Apakah yang sudah disampaikannya
cukup untuk menempuh jalan tepat ke ‘Rumah Bapa’?

Dengan pergi kepada Bapa melalui kematiannya,
Sang Guru sungguh mengatakan segala-galanya!
Tak ada apa pun lagi yang dapat dikatakan
maupun dilakukannya bagi umat manusia.

Namun, kasih tidak pernah dibatasi oleh akal budi.
Kasih melampaui segenap pemahaman
sehingga selalu ada sesuatu ‘lebih’ untuk mengerti,
padahal sebenarnya tidak dapat dikatakan.

Yang belum dikatakan oleh Sang Guru
akan diperkenalkan pada waktunya oleh Roh Kudus.
Kata-kata yang sudah disampaikan Sang Guru
akan dibuat dipahami oleh Roh kasih yang hidup.

Seluruh sejarah menggenapi wahyu Sang Anak
tetapi melalui kasih yang selalu memperdalam paham
dan memperluasnya karena meningkatnya kasih.
Sabda Sang Guru berbobot lebih dari segala sesuatu.

©SL 28 Mei 2014

Minggu, 25 Mei 2014

Benih Sabda - 25 Mei 2014 PENOLONG YANG LAIN

Yoh 14:16-17a
“Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan
kepadamu seorang Penolong yang lain
untuk menyertai kamu selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran.”

Setelah wafat di salib, Sang Guru menjadi “jembatan”
antara umat manusia dan Allah dan saudara-pengantara.
Ia membuka pintu menuju Bapa dan anugerah-Nya.
Masa depan manusia ada di “balik pintu” yang satu ini.

Sang Guru akan minta anugerah yang definitif,
yaitu Roh Penolong. Permohonannya pasti dikabulkan.
Manusia masa kini tidak perlu mohon agar Roh itu diberi.
Sebab Ia sudah diberi. Yang belum sempurna
ialah sikap hati manusia untuk menerimanya.
Perubahan sikap hati itulah yang perlu diminta.

Roh Penolong memang tersedia untuk menolong,
mendampingi pengikut Sang Guru dalam perjalanannya.
Tanpa Dia, manusia sering mengalami kesepian.
Roh itu diberi oleh Bapa dan berbeda dengan Putra.
Ia diberi kepada mereka yang mengasihi Anak
dan mematuhi perintah kasihnya.

Roh itu disebut juga “Roh Kebenaran”. Mengapa?
Sebab Roh itu memberi kehidupan Allah sendiri.
Kehidupan itu diberi kembali kepada manusia
yang mengenal dan mengasihi Sang Guru.
Kehidupan itu membebaskan manusia dari kebohongan.

©SL 25 Mei 2014


Sabtu, 24 Mei 2014

Benih Sabda - 25 Mei 2014 PENOLONG YANG LAIN

Yoh 14:16-17a 
“Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan 
kepadamu seorang Penolong yang lain 
untuk menyertai kamu selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran.” 

Setelah wafat di salib, Sang Guru menjadi “jembatan”
antara umat manusia dan Allah dan saudara-pengantara.
Ia membuka pintu menuju Bapa dan anugerah-Nya.
Masa depan manusia ada di “balik pintu” yang satu ini.

Sang Guru akan minta anugerah yang definitif,
yaitu Roh Penolong. Permohonannya pasti dikabulkan.
Manusia masa kini tidak perlu mohon agar Roh itu diberi.
Sebab Ia sudah diberi. Yang belum sempurna
ialah sikap hati manusia untuk menerimanya.
Perubahan sikap hati itulah yang perlu diminta.

Roh Penolong memang tersedia untuk menolong,
mendampingi pengikut Sang Guru dalam perjalanannya.
Tanpa Dia, manusia sering mengalami kesepian.
Roh itu diberi oleh Bapa dan berbeda dengan Putra.
Ia diberi kepada mereka yang mengasihi Anak
dan mematuhi perintah kasihnya.

Roh itu disebut juga “Roh Kebenaran”. Mengapa?
Sebab Roh itu memberi kehidupan Allah sendiri.
Kehidupan itu diberi kembali kepada manusia
yang mengenal dan mengasihi Sang Guru.
Kehidupan itu membebaskan manusia dari kebohongan.

©SL 25 Mei 2014

Jumat, 23 Mei 2014

Benih Sabda - 24 Mei 2014 KAMU PUN AKAN MEREKA ANIAYA


Yoh 15:20 
“Ingatlah apa yang telah Kukatakan kepadamu: 
Seorang hamba tidak lebih besar daripada tuannya. 
Jika mereka telah menganiaya Aku, 
niscaya kamu pun akan mereka aniaya.”

Seusai membasuh kaki semua muridnya,
Sang Guru telah bersabda, “Seorang hamba
tidak lebih besar daripada tuannya” (13:16).
Sekarang ia mengulanginya lagi. Buat apa?
Supaya para muridnya meneladani dia,
menjadi seperti dia yang datang untuk menjadi hamba.

Ia mengulanginya pula demi memberitahukan
masa depan para muridnya: Mereka akan dianiaya.
Keterus-terangan Sang Guru sungguh mengagumkan!
Sebab pimpinan biasanya banyak berjanji
dan menutupi kemungkinan-kemungkinan buruk.

Murid-murid Sang Guru akan dianiaya 
pada saat mereka akan serupa dengan Tuannya.
Kapan? Kalau mereka akan hidup sebagai hamba!
Murid yang meneladani Sang Guru
adalah hamba karena ia sendiri memutuskan jadi hamba.

Jadi, ia bukan egois; ia justru mengasihi!
Ia berbuat apa saja supaya dirinya hidup, bukan mati.
Ia mengembangkan segala kemampuannya
untuk menyelamatkan orang lain. Maka ia dibenci.
Sebab ia tidak sama dengan manusia dunia ini.

©SL 24 Mei 2014

Kamis, 22 Mei 2014

Benih Sabda - 23 Mei 2014 SALING MENGASIHI

Yoh 15:12
“Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi,
seperti Aku telah mengasihi kamu.”

Untuk bertahan dalam kasih Sang Guru,
perlu berpegang pada perintah-perintahnya.
Ajaibnya, banyak perintah itu menjadi satu saja:
“Kamu harus saling mengasihi!” Ini kasih persaudaraan.

Kasih itu tidak pernah genap,
selama tidak menemukan timbal baliknya.
Padahal, kasih yang tidak timbal balik
dapat ditemukan di segala pelosok bumi ini.
Kasih yang tidak seimbang ini tak mungkin berbuah,
tak mungkin memuliakan Allah,
tak mungkin menjadi sumber sukacita.

Sumber kasih para pengikut Sang Guru
ialah kasih yang ditunjukkannya di salib.
Seperti Sang Guru bertahan dalam kasih Bapa
dengan mengasihi semua manusia,
demikian pun para pengikutnya bertahan
dalam kasih Sang Guru yang mengasihi sesamanya.

Mengasihi Bapa sama dengan mengasihi sesama.
Sebab kasih kepada Bapa dan kasih kepada sesama
tak terpisahkan! Inilah misteri agung:
kasih Anak kepada Bapa
sama dengan kasih Bapa dan Anak kepada manusia.

©SL 23 Mei 2014

Rabu, 21 Mei 2014

Benih Sabda - 22 Mei 2014 TINGGAL DI DALAM KASIH

Yoh 15:10 

“Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, 
niscaya kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku, 
sama seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku 
dan tinggal di dalam kasih-Nya.”

Sang Guru dengan sangat jelas menegaskan
bahwa untuk tinggal di dalam kasihnya
tidak cukup mendengarkan dan memahami sabdanya!
Sabda itu harus dituruti! Sebab hanya dengan cara ini
pengikutnya menempuh jalan Sang Guru sendiri.

Memang, ada macam-macam perintah dan sabda.
Tetapi, yang menjadi motivator dan pengatur
setiap tindakan pengikut Sang Guru ialah kasih.
Maka, orang yang tidak mengasihi,
dengan sendirinya tidak tinggal dalam kasih,
dalam kasih yang ada pada Sang Guru kepada manusia.

Manusia mampu mengasihi karena Allah mengasihinya.
Manusia mampu menaati perintah-Nya
karena Sang Guru lebih dulu taat kepada kehendak-Nya.

Sang Guru adalah orang pertama
yang sungguh tinggal di dalam kasih Bapa.
Dia sungguh Anak yang melakukan kehendak-Nya,
karena ia mengasihi semua saudaranya.
Pengikut Sang Guru tinggal di dalam kasihnya
jika mereka saling mengasihi seperti dia mengasihi.

©SL 22 Mei 2014

Selasa, 20 Mei 2014

Benih Sabda - 21 Mei 2014 POKOK ANGGUR YANG BENAR Yoh 15:1  "Akulah pokok anggur yang benar  dan Bapa-Kulah pengusahanya.”

AKU ADA – demikianlah Allah memperkenalkan diri-Nya
kepada Musa (Kel 3:14). Nama ini diberikan Sang Guru
kepada dirinya sendiri, tetapi dengan tambahan:
AKU ADAlah Pokok Anggur yang benar!

Dari ayat-ayat selanjutnya diketahui
bahwa pokok anggur itu bercabang dan beranting,
dan semua cabang dan ranting itu ialah para pengikutnya.
Jadi, AKU ADA pada awal sabda ini
dapat dibaca begini: Aku ada bagimu, hai sahabatku!

Sang Guru adalah Pokok Anggur yang “benar”.
Mengapa? Sebab ia selalu menghasilkan buah.
Ia bukan pokok anggur yang mandul, tak berfaedah.
Justru karena ia subur kekal, maka dalam dirinyalah
terjadi persatuan antara Pencipta dan segenap ciptaan.
Sejarah dosa berakhir dengan dan dalam dirinya.
Sang Guru memberi kehidupan baru kepada semuanya.

“Bapa-Ku pengusahanya”… 
Selaku Pokok Anggur, Sang Guru dipelihara Bapa sendiri.
Mengapa? Sebab tak ada kasih tanpa derita.
Kasih menangis, terluka, dikecewakan, bahkan ditolak…
Bapa tahu, Pokok Anggur-Nya pasti akan menderita. 
Maka, ia mendampinginya dengan kasih yang kuat.

©SL 21 Mei 2014

Senin, 19 Mei 2014

Benih Sabda - 20 Mei 2014 BAPA LEBIH BESAR DARI AKU Yoh 14:28


“Sekiranya kamu mengasihi Aku, kamu tentu akan bersukacita
karena Aku pergi kepada Bapa-Ku, 
sebab Bapa lebih besar daripada Aku.”

Kasih berhubungan erat dengan memahami sesama.
Juga pada saat paham itu tidak mungkin sempurna.
Menyadari hakikat kasih itu, Sang Guru berkata
bahwa murid-muridnya seharusnya bersukacita
mendengar berita tentang kematiannya
yang olehnya sendiri dianggap “kepergian” sementara saja.

Jika Sang Guru “pergi”, ia pasti pergi kepada Bapanya.
Inilah alasan lebih kuat lagi agar para murid bersukacita.
Sebab Bapa adalah sukacita seluruh hidup Sang Guru.

Setelah itu, Sang Guru mengucapkan kalimat
yang membuat orang berpikir keras, bahkan bingung.
Bapa lebih besar dari Anak-Nya? Masuk akalkah ini?

Injil Yohanes bukan buku traktat teologi ilmiah.
Biarpun demikian, penulisnya selalu menegaskan
bahwa Putra Allah dan Bapanya sederajat (5:19-30).

Jika Sang Guru menyebut Bapanya lebih besar,
ia menyatakannya sebagai Anak Bapa!
Bapa memang lebih besar sebab Anak dilahirkan Bapa! 
Alasan kedua: Dia yang mengasihi, 
selalu memperlakukan pribadi yang dikasihinya
sebagai yang lebih besar daripada dirinya.

©SL 20 Mei 2014

Minggu, 18 Mei 2014

Benih Sabda - 19 Mei 2014 DIALAH YANG MENGASIHI AKU Yoh 14:21


“Orang yang berpegang pada perintah-Ku dan mematuhinya, dialah yang mengasihi Aku.  Orang yang mengasihi Aku, akan dikasihi oleh Bapa-Ku dan Aku pun akan mengasihinya serta akan menyatakan diri-Ku kepadanya."

“Berpegang pada  perintah-perintah” Sang Guru searti dengan menjadikannya pedoman hidup. Soalnya, orang bisa saja dengan senang hati mendengarkan sabda Tuhan, tanpa mematuhinya. Contohnya Raja Herodes! Ia suka mendengarkan Yohanes Pembaptis, tetapi memenggal kepalanya.

Seperti digambarkan dalam Injil Matius (7:26+), orang yang membangun rumah hidupnya di atas pasir, akan menyaksikan rumahnya roboh berantakan. Siapa yang mengasihi Sang Guru? Orang yang mematuhi perintah-perintahnya!

Kasih membuat manusia hidup seperti Sang Guru. Hidup seturut teladannya ialah kasih yang terwujud. Bagaimana dengan Allah? Allah mengasihi semua orang.

Termasuk mereka yang tak peduli atau menolak-Nya. Namun, hanya orang yang mengasihi Sang Guru, yaitu Anak-Nya, mengalami betapa Bapa mengasihinya.

Kasih Allah Bapa itu diiringi kasih Anak-Nya pula. Hanya orang yang mengasihi, mengenal Kasih Allah!

©SL 19 Mei 2014 Powered by The Holy Trinity®

Sabtu, 17 Mei 2014

Perayaan Syukur Kanonisasi St. Johanes Paulus II dan St. Yohanes XXIII

Perayaan Syukur Kanonisasi St. Johanes Paulus II dan St. Yohanes XXIII

Syukur Kanonisasi 2 santo, St. Johanes Paulus II dan St. Yohanes XXIII, Gerakan Rohani Yohanes Paulus II bersama Paroki Kristus Raja Pejompongan, PWKI (Persatuan Wartawan Katolik Indonesia) ,Cultura di Vita dan Komunitas Tobit bekerjasama menyelenggarakan

SEMINAR DAN EKPOSISI dengan para pembicara Lintas Agama, para Intelektual dan Tokoh dengan tema

"KETIKA AGAMA-AGAMA BERSATU MELAWAN BUDAYA KEMATIAN"

pada hari Minggu,

18 Mei 2014,
waktu : pk. 15.30 - 17.30 .

Acara ini di tutup dengan Perayaan Ekaristi. Tempat : Gereja Kristus Raja, Jl. Danau Toba no 56 , Jakarta Pusat .

Benih Sabda - 18 Mei 2014 DI TEMPAT AKU BERADA Yoh 14:3


“Jika Aku pergi dan menyediakan tempat  bagimu, maka Aku akan kembali lagi dan Aku membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat Aku berada, kamu pun berada.”

Sang Guru mengucapkan kata-kata ini dalam rangka mempersiapkan murid-muridnya akan saat kematiannya di kayu salib. Kepergiannya, yaitu kematiannya,  mempersiapkan bagi mereka tempat di “rumah Bapa”.

Sebab pada saat itulah mereka akan mampu menerima kasihnya yang ada dalam dirinya selaku Anak Manusia dan Putra Allah.

Sebenarnya, kematian Sang Guru dapat dilihat pula sebagai kedatangannya kembali kepada para muridnya. Ini bukan kedatangan kembali pada akhir zaman, tetapi kedatangan langsung setelah ia wafat sebagai kasihnya yang mengalahkan kuasa maut.

Pada saat itulah Kerajaan Allah tercipta di dunia dan pada saat itulah Sang Guru menjadi Jalan pula.

Ini memang suatu kedatangan baru, yang menghasilkan persatuan kasih sempurna antara para muridnya dengan Bapa.

Manusia memang tak mungkin berada di tempat Sang Guru berada, sebelum ia mati. Dia yang mengasihi sampai mati, harus membuka jalan dulu.

©SL 18 Mei 2014 Powered by The Holy Trinity®

Jumat, 16 Mei 2014

Benih Sabda - 17 Mei 2014 PEKERJAAN YANG LEBIH BESAR Yoh 14:12-13

“Siapa saja yang percaya kepada-Ku, ia akan melakukan juga pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar daripada itu.

Sebab Aku pergi kepada Bapa; dan apa pun yang kamu minta dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya, supaya Bapa dimuliakan di dalam Anak.

”Kata-kata Sang Guru ini tampak berlebihan. Sebab siapa yang dapat melebihi karyanya?

Namun, pernahkah Sang Guru bohong? Tak pernah!Lalu, bagaimana mengartikan sabdanya yang ini? Sang Guru bicara tentang orang yang percaya kepadanya.

Dia pasti orang yang tak khawatir dan tidak bingung.  Sebab iman membebaskan dari segala kecemasandan menjadikan manusia sungguh anak dan saudara.

Setelah itu Sang Guru menjamin: setelah dia pergi, mereka yang percaya kepadanya akan melakukan pekerjaan lebih besar dari dia. Kiranya semua setuju bahwa tidak ada murid yang dapat memperganda lima roti untuk ribuan orang.

Tetapi, apakah ini pekerjaan luar biasa? Bukan! Sebenarnya tidak ada apa pun yang besar yang bisa dilakukan oleh pengikut Sang Guru.

Namun, yang lebih besar dari segalanya ialah kasih. Dan, kasih adalah senantiasa bersatu dengan Kasih. Adakah yang lebih besar dari menjadi ilahi?

©SL 17 Mei 2014Powered by The Holy Trinity®

Kamis, 15 Mei 2014

Benih Sabda - 16 Mei 2014 BANYAK TEMPAT TINGGAL Yoh 14:2 


“Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal.  Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu.” Apa yang menjadi rumah Allah Bapa?  Putra-Nya! Sebab Sang Putra selalu menyembah Allah dalam Roh dan Kebenaran (Yoh 4:24).

Dua murid Yohanes Pembaptis pernah bertanya, “Di manakah Engkau tinggal?” Mereka yang mengikuti Sang Guru di masa kini, kiranya tahu di mana ia tinggal. 

Cukuplah menatap Sang Guru saat ia membasuh kaki dan memberi sepotong roti kepada Yudas.Tempat tinggalnya ialah kasih Allah sendiri!

Bapa tidak pernah lepas dari Putra, dan Putra selalu bersatu dengan Bapa. Jadi, dalam diri Sang Guru ada tempat bagi semua: satu-satu bagi masing-masing saudaranya.

Siapa saja yang menerima Sang Guru dan yang mengasihi sesamanya demi Sang Guru, diberi kesempatan untuk menjadi anak Allah.

Jadi, Sang Guru adalah Sanktuarium, tempat setiap manusia menemui Allah dan menemukan wajah yang menjadi gambarnya. Inilah tempat Allah berada di tengah-tengah manusia.

©SL 16 Mei 2014+Powered by the Holy Trinity+

Rabu, 14 Mei 2014

Benih Sabda - 15 Mei 2014 IA MENERIMA AKU Yoh 13:19


“Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Siapa saja yang menerima orang yang Kuutus, ia menerima Aku, dan siapa saja yang menerima Aku, ia menerima Dia yang mengutus Aku."

Semua orang yang dipilih Sang Guru adalah sahabatnya.Kasih Sang Guru selalu setia, tak pernah berubah,biarpun orang pilihannya mengkhianatinya.

Sebab kata-kata yang tertera di atas,diucapkan Sang Guru dalam konteks pemberitahuannyatentang pengkhianatan Yudas yang sudah dekat.

Inilah misteri kasih Allah: Pilihan-Nya kekal!Sepanjang sejarahnya, Gereja ditinggalkan banyak orangyang pernah menjadi pilihan Allah sendiri.

Mereka tetap pilihan-Nya biarpun mereka tidak setia.

Apa konsekuensinya? Setiap orang yang jatuh ituharus diterima seperti Sang Guru sendiri diterima!Sang Guru selalu menyamakan dirinyadengan orang yang paling hina dan berdosa.

Ia bergaul dengan mereka biarpun dicela para musuhnya.Dengan demikian ia menyatakan kasih Bapa sendiri.Gereja tidak pernah boleh lupabahwa setiap dosa dan kesalahan manusiamenjadi bagian penyelamatan dunia.Allah justru menyelamatkan yang jatuh dan berdosa!

©SL 15 Mei 2014Powered by The Holy Trinity®

Selasa, 13 Mei 2014

Seminar Evangelii Gaudium. Narasumber: Prof. Dr. A. Eddy Kristiyanto OFM

Paus Fransiskus selama ini sering mengeluarkan pernyataan yg dianggap kontroversial, terkadang sulit untuk dipahami dan sering kali salah diartikan.

Mari ikuti:

Seminar Evangelii Gaudium
Narasumber: Prof. Dr. A. Eddy Kristiyanto OFM

Minggu, 8 Juni 2014
09.00 - 14.00 WIB

Function Hall St. Vincentius Putera
Jln. Kramat Raya No. 134
Jakarta Pusat.

Rp. 50.000,-

Info dan pendaftaran: 

Rinto 0818 0697 1722
Sandra 0813 1411 5836
Selmi 0878 8342 0052



Benih Sabda - 14 Mei 2014 AKULAH YANG MEMILIH KAMU Yoh 15:16

“Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap…”.

Apa yang menjadi  pedoman  Sang Guru pada saat ia memilih murid atau pengikutnya? Kasih semata-mata!  Kasihnya selalu cuma-cuma.

Dan ia memilih bukan untuk menjadikan manusia budak melainkan sahabat Allah dan saudaranya sendiri.

Pada saat Sang Guru mengurbankan nyawanya, hidupnya sendiri ia hadiahkan kepada semua muridnya. Hadiah itu diberi kepada semua orang yang memutuskan untuk merangkul dan mengasihinya.

Mereka wajib meneruskan hidup dan kasih Sang Guru kepada semua anak manusia sepanjang masa. Buah yang disebut Sang Guru ialah kasih yang tercurah pada dunia di saat ia mati di salib. Inilah buah yang tiada duanya, buah yang tetap.

Buah ini dihasilkan tiap orang yang mengasihi sesamanya sebagai saudara. Kasih itulah dengan jelas memperkenalkan Sang Guru!

Jadi, pemberitaan penting,  karya penting juga, namun ciri khas pengikut Sang Guru ialah kasih. Kasih itu harus bercahaya dan menarik setiap orang.

©SL 14 Mei 2014Powered by The Holy Trinity®

Senin, 12 Mei 2014

Benih Sabda - 13 Mei 2014 TETAPI KAMU TIDAK PERCAYA Yoh 10:24-25

“Berapa lama lagi Engkau membiarkan kami dalam kebimbangan?  Jikalau Engkau Mesias, katakanlah terus terang kepada kami." Yesus menjawab,  "Aku telah mengatakannya,  tetapi kamu tidak percaya…”

Sang Guru dikelilingi para pemuka Yahudi. Inilah konfrontasinya yang terakhir dengan mereka sebelum ia divonis dan dihukum mati di salib.

“Jikalau Engkau Mesias,  katakanlah terus terang kepada kami!” – desak mereka.

Sebelumnya, Sang Guru menyatakan dirinya Gembala, bahkan Gembala segenap umat Allah. Tetapi, sabdanya malah dianggap skandal.

Maka, sama seperti di hadapan Mahkamah Agama nanti Sang Guru menjawab, “Sudah kukatakan, tetapi kamu tidak percaya !

Perhatikan pekerjaanku!” Saat itu Sang Guru kiranya mengingat orang buta yang belum lama ini dia pulihkan penglihatannya.

Seandainya para pemuka Israel mau percaya, hati mereka akan melek dan mampu melihat terang.

Tak lama kemudian ia akan membangkitkan Lazarus. Seandainya para pemuka Israel menerimanya, mereka akan mampu menjadi manusia merdeka.

Sabda Sang Guru menjelaskan makna perbuatannya! Hm, akhirnya semuanya tergantung dari percaya.

©SL 13 Mei 2014Powered by The Holy Trinity®

Minggu, 11 Mei 2014

Benih Sabda - 12 Mei 2014 DOMBA-KU MENGENAL AKU Yoh 10:13-14

“Ia lari karena ia seorang upahan dan tidak memperhatikan domba-domba itu. Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku.”

Ada gembala umat yang mengurusi umatdemi kepentingan dan keuntungannya sendiri,dan ada gembala yang siap mati demi kebahagiaan umat.

Gembala jenis pertama disebut “gembala upahan”.Semua orang bisa tahu nilai dan mutu sahabatnya,pada saat ia sungguh membutuhkan pertolongannya.  Rakyat sangat pandai menilai mutu pimpinannya. Sang Guru memperhatikan domba-domba, dan menguntungkan mereka.

Sebab apa yang paling berharga dalam dirinya,yaitu pengenalan dan kasihnya kepada Bapa,ia siap hadiahkan kepada setiap dombanya.Antara dia dengan domba ada relasi kasih sejati.

Tiap domba dipanggilnya dengan namanya yang unik.Kawanan domba baginya bukan kawanan saja!

Dengan masing-masing domba ia jalin relasi khusus.“Aku telah memanggil engkau dengan namamu, engkau ini kepunyaan-Ku – sabda Allah  (Yes 43) –    Engkau berharga  di mata-Ku dan mulia!”

©SL 12 Mei 2014Powered by The Holy Trinity®

Sabtu, 10 Mei 2014

Benih Sabda - 11 Mei 2014 PENCURI… PERAMPOK Yoh 10:1

"Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Siapa yang masuk ke dalam kandang domba tanpa melalui pintu,  tetapi dengan memanjat dari tempat lain, ia adalah seorang pencuri dan seorang perampok.”

Setiap kali Sang Guru mengucapkan kalimat, “Sesungguhnya Aku berkata kepadamu…”, sabda yang menyusulnya senilai wahyu dari Allah. Kali ini, sasaran sabdanya ialah para pemuka Israel yang seharusnya menjaga “kawanan domba”, yaitu umat beriman, namun justru merampoknya.

Seandainya para pemuka menjalankan fungsinya sesuai dengan kehendak Allah dan kerinduan umat, mereka pasti akan mampu menghadapi Sang Guru dengan tenang dan mendengarkannya tanpa curiga.

Tetapi, justru terjadi sebaliknya; mereka membencinya. Dari pada umat dibina dalam paham tepat tentang Allah, para pemuka Yahudi hanya mementingkan diri sendiri tanpa pedulikan umat yang merindukan kesejahteraan.

Bait Suci pun dijadikan tempat bisnis! Bukan demikian halnya dengan Sang Guru. Ia justru mencerahkan, membuka hati. Ia tidak pernah mencuri, tetapi memberi.

Ia tidak pernah memeras apalagi membunuh, sebab ia selalu memberi kehidupan dan kemerdekaan.

Anda seorang gembala? Renungkanlah sabda ini!

©SL 11 Mei 2014Powered by The Holy Trinity®

Jumat, 09 Mei 2014

Benih Sabda - 10 Mei 2014 MENGGUNCANGKAN KAMU? Yoh 6:61-63

"Apakah perkataan itu mengguncangkan kamu? Bagaimana jika kamu melihat Anak Manusia naik ke tempat di mana Ia sebelumnya berada?

Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tak berguna.”Awalnya, sabda Sang Guru mengagetkan orang Yahudi. Tetapi selanjutnya, murid-muridnya sendiri terguncang.Dan keguncangan ini terjadi sepanjang masa…

Sebab sabda Tuhan selalu lurus dan jujur,sedangkan telinga yang mendengarnyadan hati yang diminta menerimanya, justru menolak!

Manusia sangat sulit menerima rancangan Allah yang selalu memikirkan keselamatannya.

Mengapa? Sebab manusia tidak mampu mengertibahwa tubuh Sang Guru yang dimatikan di salibdapat menjadi makanan yang justru memberi kehidupan.

Bagi semua generasi, salib Sang Guru adalah skandal,kebodohan, kuburan bagi segala harapan.Padahal, bagi Allah, salib itu adalah puncak kekuatandan puncak kebijaksanaan kasih sejati.

Siapa yang menerima tubuh Sang Guru,menerima keselamatan.Dapatkah ini dibuktikan hitam atas putih?

Tidak! Sebab seandainya dapat, maka Allah bukan misteri, Allah bukan Yang Tak Terpahami dalam kasih-Nya!

©SL 10 Mei 2014 Powered by The Holy Trinity®

Kamis, 08 Mei 2014

Benih Sabda - 9 Mei 2014 JIKA TIDAK MAKAN… MINUM Yoh 6:53


"Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu.”

Orang-orang Yahudi bertengkar antar sesama mereka. Mereka kaget, “Ia mau beri dagingnya untuk dimakan?” Sang Guru langsung, dengan wibawa ilahinya, mengucapkan sebuah kalimat yang sangat serius.

Isi utamanya: Tidak makan dagingnya dan tidak minum darahnya sama dengan tidak hidup!

Sebagai Anak Manusia yang disalibkan, Sang Guru jugalah “daging” Anak Domba, makanan yang mampu mencabut manusia dari perbudakan dosa.

Dagingnya adalah kehidupan yang sejak kekal telah disediakan Allah untuk anak-anak-Nya.

Saat disalibkan, darah Sang Guru, yang sesungguhnya adalah hidupnya sendiri, mengalirkan kehidupan yang dimiliki Allah saja.

Siapa saja minum darah ilahi itu, ia dipenuhi Roh Kasih Allah. Kalimat yang sungguh serius ini  perlu direnungkan… Tidak cukup mengikuti ibadah ekaristi. Bahkan tidak cukup menerima komuni.  Sebab, “Benarkah aku mau bersatu dengan Sang Guru?”

©SL 9 Mei 2014Powered by The Holy Trinity®

Rabu, 07 Mei 2014

Benih Sabda - 8 Mei 2014 AKULAH ROTI YANG HIDUP. Yoh 6:51


“Akulah roti yang hidup yang telah turun dari surga. Jikalau seseorang makan roti ini, ia akan hidup selamanya, dan roti yang akan Kuberikan itu adalah daging-Ku yang akan Kuberikan untuk hidup dunia."

Dalam ayat 48, Sang Guru menyebut dirinya:“Akulah roti kehidupan”; di sini: “Akulah roti yang hidup”.Roti yang hidup selalu menyalurkan kehidupan.Jadi, hidup yang ada dalam Sang Guru sama dengan hidup “Bapa yang hidup” (ayat 57).

Dalam ayat 50 dikatakan bahwa “Roti itu  turun”, tetapi di sini ditegaskan: “Roti yang telah turun, konkretnya turun pada saat Sang Guru mati di salib. Ia turun juga pada saat ia dikandung ibunya, tetapi sesungguhnya ia turun supaya lewat wafatnya  segenap umat manusia diselamatkan.“Jikalau seseorang makan roti ini, ia akan hidup selamanya”, tegas Sang Guru.

Mengapa? Sebab dengan makan roti itu, ia menerima hidup ilahi.Ia hidup sebagai anak Allah sehingga akan dibangkitkan.

Hidup macam apakah ini? Persatuan kasih dengan Sang Guru yang tidak pernah dapat dibinasakan oleh maut. Persatuan itu justru akan tergenapi dengan sempurna pada saat manusia akan mengalami kematian fisik.

©SL 8 Mei 2014Powered by The Holy Trinity®

Selasa, 06 Mei 2014

Benih Sabda - 7 Mei 2014 KEHENDAK DIA YANG MENGUTUS Yoh 6:38-39

“Aku telah turun dari surga bukan utk melakukan kehendak-Ku melainkan kehendak Dia yang telah mengutus Aku. Inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang.”

Sang Guru adalah Roti yang turun dari surga. Ia diutus oleh Bapanya dan ia selalu berelasi dengan-Nya. Bukan demi kesenangannya sendiri, melainkan demi memberi kehidupan kepada manusia.

Jika ia turun dari surga, dan telah menjadi manusia, tujuannya satu saja: Memperkenalkan Bapa dan sekaligus memberi Bapa, yaitu hidup Allah sendiri. Inilah kehendak Allah yang mengagumkan!

Sebab adakah sesuatu yang lebih luar biasa daripada diikutsertakan dalam kehidupan Allah sendiri? Padahal, dengan turun dari surga, justru inilah yang diwujudkan Sang Guru. Inilah karya Bapa-Nya!

Pada saat kehendak Bapa ini kelak terwujud dengan sempurna, tidak akan ada seorang pun hilang atau mati selamanya. Sebab siapa saja mengasihi Sang Guru, pasti akan dibangkitkannya.

Dalam diri manusia yang mengasihi Bapa dan yang mengasihi tiap saudaranya demi Sang Guru, sudah ada benih kebangkitan dan kehidupan kekal.

©SL 7 Mei 2014 Powered by The Holy Trinity®

Senin, 05 Mei 2014

Benih Sabda - 11 April 2014 BAPA DI DALAM AKU Yoh 10:38

“Percayalah akan pekerjaan-pekerjaan itu, supaya kamu boleh mengetahui dan mengerti bahwa Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa."

Dalam perdebatan dengan para lawannya, Sang Guru berkali-kali menunjukkan karyanya, yang di sini disebut “pekerjaan-pekerjaan”. Ia memang yakin bahwa pekerjaan-pekerjaannya merupakan alasan secukupnya untuk percaya kepadanya.

Perbuatan-perbuatan manusia menyatakan nilainya. Perbuatan-perbuatan Sang Guru pun berperan sebagai gambaran Sang Bapa di surga. Untuk mengkonkretkannya, Sang Guru berkata, “Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa.” Bapa adalah kediaman Sang Guru.

Bagaimana memahaminya? Sebenarnya, manusia tinggal di mana hatinya paling betah, di tempat ia mengasihi dan dikasihi. Bapa dan Sang Guru saling mengasihi, sehingga baik Bapa dan Putra tinggal bersama, menjadi kesatuan yang tidak terpisahkan.

Inilah jatidiri Sang Guru dan ia memaklumkannya! Ia Bait Suci, ia kediaman Allah di tengah manusia, ia diutus untuk menyelamatkan dunia.

Ia menyelamatkannya dengan dibunuh oleh bangsanya, padahal lewat kematian ia mencurahkan kasih Bapa dan kasihnya sendiri kepada para pembunuhnya.

©SL 11 April 2014 Powered by The Holy Trinity®

Minggu, 04 Mei 2014

Benih Sabda - 10 April 2014 TIDAK AKAN MENGALAMI MAUT Yoh 8:51-52

“Aku berkata kepadamu: Siapa saja menuruti firman-Ku,ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya. "Kata para pemuka Yahudi kepada-Nya, "Sekarang kami tahu bahwa Engkau kerasukan setan…”

Sebelum mengucapkan kata-kata ini, Sang Guru disebut “Orang Samaria” (ay 48) yang searti dengan “sesat”, bahkan kafir.

Selanjutnya ia disebut “kerasukan roh jahat” sebab, katanya, “Siapakah di antaramu yang membuktikan bahwa Aku berbuat dosa?”Dengan menegaskan bahwa orang yang menuruti ajarannya, tidak pernah akan mengalami maut, Sang Guru membenarkan ke-Allahannya. Mengapa?

Sebab hidup kekal dihadiahkan Allah kepada setiap orang yang menuruti Sabda-Nya. Jadi, biarpun manusia mati, ia akan tetap hidup! Daripada merenungkan kata-kata ini, para musuh Sang Guru makin tenggelam dalam kesombongan dan penolakannya.

‘Sekarang sudah jelas kau kerasukan!’ – kata mereka. Yang menyedihkan pada manusia, bukan argumentasinya, melainkan ketertutupan hatinya untuk menerima Allah yang bukan hasil bayangan sendiri.

©SL 10 April 2014 Powered by The Holy Trinity®

Sabtu, 03 Mei 2014

Benih Sabda - 4 Mei 2014 MEREKA PUN MENGENAL DIA Luk 24:30


"Waktu Ia duduk makan dengan mereka, Ia mengambil roti,
mengucap syukur, lalu memecah-mecahkannya
dan memberikannya kepada mereka.
Ketika itu terbukalah mata mereka dan mereka pun
mengenal Dia, tetapi Ia lenyap dari tengah-tengah mereka."

Kisah tentang perjalanan dua murid Sang Guru ke Emaus
adalah gambaran hidup sehari-hari semua muridnya.

Sebab sama seperti kedua murid itu,
setiap pengikut Sang Guru harus menghadapi hidup ini
sebagai suatu perjalanan yang bertahap-tahap.
Mereka dipanggil untuk semakin menemukan
lalu memberi kesaksian tentang IMAN mereka
akan Sang Guru yang sekaligus Tuhan.

Mereka dipanggil juga untuk selalu BERHARAP
sambil menghadapi berbagai pertanyaan
dan berani berdialog dengan siapa saja
yang dijumpai dalam perjalanan kehidupan ini.
Sambil berjalan mereka belajar mengartikan Kitab Suci,
agar mereka kuat menghadapi segala kekecewaan
yang memang tidak mungkin dihindari.

Mereka dipanggil juga untuk menunjukkan KASIH,
menerima setiap orang sebagai utusan Tuhan.
Dengan demikian mereka akan bertemu
dengan Sang Guru dalam saudara yang mereka terima.

©SL 4 Mei 2014

Jumat, 02 Mei 2014

Balada Kisah Gereja Katolik 'Bawah Tanah' Negeri China

Tak ada papan nama, juga tanpa nama.
Hanya ada papan kecil bertulisan
“masuk dan silakan lihat”. Pada suatu
hari akhir Maret lalu, ratusan orang
berkumpul di dalam gedung itu. Sebagian du­
duk berdesakan di kursi, sebagian lagi terpaksa
bersila di lantai karena jumlah bangkunya tak
mencukupi.

Walaupun berjubel di ruangan sempit, me­
reka takzim menyimak khotbah sang pastor.
Pastor muda berusia 30 tahun itu menuturkan
kunjungannya ke rumah seorang penderita
kanker yang setahun sebelumnya divonis
dokter tak lama lagi akan mati. “Tapi, karena i­
mannya, dia masih hidup sampai hari ini,” sang
pastor berkhotbah.

Ya, bangunan tanpa nama di pinggir jalan
raya sekitar 120 kilometer arah tenggara dari
Beijing itu merupakan Gereja Katolik “bawah
tanah”. Menurut sang pastor, gereja gelap itu
berdiri sejak 1989 dan kini memiliki jemaah se­
kitar 2.000 orang. Mereka hanya patuh kepada
Vatikan dan menolak tunduk kepada otoritas
gereja yang dikendalikan pemerintah Tiongkok.
Setiap dua pekan, polisi setempat dan petu­
gas keamanan singgah untuk sekadar mena­
nyakan kegiatan mereka.

Sekali waktu, polisi
membubarkan kelas agama yang dia ajar. Alas­
annya, sang pastor tak terdaftar di administrasi
pemerintah. Namun, belakangan, pengawasan
tak lagi seketat beberapa tahun lalu. “Mungkin
ada kaitannya dengan perubahan kepemimpin­
an di Tiongkok,” dia menduga.

Dia ingat betul saat masih bersekolah di
seminari gelap di satu tempat di Provinsi
Hebei. Ada sepuluh siswa di sekolah “bawah
tanah” itu. Supaya tak terendus polisi dan intel
pemerintah, mereka terpaksa menutup semua
jendela dengan selimut.

Sekarang ada sekitar
20 Gereja Katolik gelap di sekitar Kota Tianjin,
ibu kota Provinsi Hebei.
Menurut Or Yan Yan, juru
bicara Komisi Hukum dan
Keadilan di Diosis Katolik
Hong Kong, ada lima pastor
yang mendekam di penjara di
seluruh Hebei. Sekarang po­
lisi memang tak lagi segalak
dulu, tapi masih ada ancam­
an lain bagi Gereja­gereja Ka­
tolik gelap di Tiongkok, yakni
Asosiasi Katolik Patriotik Ti­
ongkok. Inilah otoritas Gereja
Katolik di Negeri Panda yang direstui penguasa
di Beijing.

Pastor muda itu mengatakan, selama dua
tahun terakhir, petugas Asosiasi Katolik terus­
menerus datang untuk membujuknya berga­bung dengan mereka. “Mereka mengancam
akan menangkap dan mengirimku ke penjara.

Aku bilang kepada mereka: Maaf, aku tidak bisa
melakukannya. Imanku mengatakan aku tak
bisa mengikutinya,” kata sang pastor.


Sejak Partai Komunis berkuasa di daratan
Tiongkok pada 1949, seluruh kegiatan agama
dikendalikan sangat ketat oleh pemerintah
di Beijing lewat Departemen Administrasi
Hubungan Religius.

Hubungan Gereja Katolik
dengan Paus di Vatikan diputus. Pastor yang
menolak memutus hubungan dengan Vatik­
an dijebloskan ke penjara. Selama Revolusi
Kebudayaan, Gereja­gereja Katolik dirusak atau
dialihfungsikan.

Satu­-satunya otoritas Katolik yang diakui ha­
nyalah Asosiasi Katolik Patriotik Tiongkok. Otori­
tas ini membawahkan 70 keuskupan dan sekitar
6.000 gereja di seluruh daratan Tiongkok.

●●●

Hari itu, 7 Juli 2012, mestinya hari yang
sungguh istimewa bagi Thaddeus Ma Daqin,
kala itu 46 tahun. Hari itu Ma Daqin seharus­nya ditahbiskan sebagai Uskup Shanghai oleh
Asosiasi Katolik Patriotik, yang bertempat
di Katedral Santo Ignatius.

Dia sangat dekat
dengan Uskup Shanghai sebelumnya, Aloysius
Jin Luxian. “Harapannya, dia menjadi pemimpin gereja yang patuh, menjadi yes man,” kata Jim
Mulroney, pastor dan redaktur koran Katolik di
Hong Kong, Sunday Examiner.

Uskup Jin dan dua Uskup lainnya siap mena­
ruh tangan mereka di kepala Ma Daqin, yang
tengah berlutut sebagai pemberkatan. Namun
Ma Daqin malah berdiri dan merangkul ketiga­
nya. Dia kemudian melangkah ke arah jemaah
dan berkata, ”Hari ini, dari Diosis kita, ada se­jumlah saudara kita yang tak bisa hadir pada
acara ini karena pelbagai alasan.

Aku ingin ber­
kata, aku mencintai mereka,” kata Ma Daqin.

Menurut Ma Daqin, sebagai uskup, dia akan
berfokus melayani jemaahnya ketimbang
mengerjakan tugas­tugas birokrasi sebagai
wakil dari Asosiasi Katolik Patriotik. “Karena
itu, mulai hari ini, aku merasa tak lagi nyam­
an menjadi anggota Asosiasi Katolik Patriotik,”
katanya. Tepuk tangan
bergemuruh.

Semua
orang terpana mende­
ngar pernyataan uskup
baru tersebut. Tak ada
yang menyangka.
Terang pernyataan
Uskup Ma Daqin
membuat panas oto­
ritas Gereja Katolik di
Tiongkok. Pengangkat­
annya dibatalkan, Ma Daqin juga diasingkan
selama 20 bulan dan dikembalikan ke seminari
untuk mempelajari kembali doktrin komunis­
me.

Entah apa yang terjadi sehingga Ma Daqin
memutuskan membangkang melawan otoritas
Katolik di Tiongkok. Kabarnya, dia sebenarnya
sangat mengagumi Joseph Fan Zhongliang,
pastor gereja bawah tanah yang karismatik.


Dua tahun setelah Ma Daqin menjalani hu­
kuman, penguasa di Beijing juga telah berubah.
Menurut seorang sumber di Vatikan, ada sinyal
dari Beijing bahwa Ma Daqin mungkin bakal
dipilih kembali sebagai uskup di Shanghai.

Dua
pastor yang loyal kepada Takhta Suci Vatikan
yang sudah bertahun­tahun dibui mungkin
juga bakal dibebaskan.

Supaya tak membuat marah pemerintah di
Shanghai, yang masih jengkel terhadap tindak­
an Ma Daqin dua tahun lalu, pemulihan status­
nya akan dilakukan secara bertahap. Utusan
tak resmi dari Beijing sudah berkunjung ke
Vatikan. “Kali ini aku merasa lebih positif,” kata
sang sumber.

Namun suara dari Asosiasi Katolik Patriotik
masih tetap keras. “Dia sudah berbohong kepa­
da Uskup dan menipu pemerintah. Bagaimana
mungkin orang seperti ini bertanggung jawab
terhadap keuskupan sebesar Shanghai? Terang
dia berada di bawah pengaruh orang asing,” An­
thony Liu Bainian, pemimpin Asosiasi Katolik, mengkritik Ma Daqian. Tak jelas siapa “orang
asing” yang dia maksud.

Belum tampak sinyal terang­benderang yang
menunjukkan kemesraan hubungan antara Va­
tikan dan Beijing. Beberapa pekan lalu, kepada
harian Italia, Corriere della Sera, Paus Fransiskus
mengatakan sempat berkirim surat kepada
Presiden Tiongkok Xi Jinping dua tahun lalu.

Ketika itu, Xi baru tiga hari terpilih menjadi pre­
siden. “Kami dekat dengan Tiongkok.... Mereka
orang­orang baik yang aku sayangi,” kata Paus
Fransiskus.

Wakil Presiden Asosiasi Katolik Patriotik, Liu
Yuanlong, memperingatkan Vatikan supaya tak
mencampuri urusan pemilihan uskup di Tiongkok.
“Kami akan menjaga kedaulatan negeri ini dan tak
mengizinkan kekuatan asing turut campur dalam
urusan agama,” kata Yuanlong, menanggapi wa­
wancara Paus Fransiskus.

■ SaPtO PradityO | reuterS |
telegraPH | Cnn | glOBal tiMeS | iBt | Cna

Dicopy dari: Majalah detik 28 april - 4 mei 2014

Benih Sabda - 15 April 2014 SEORANG AKAN MENYERAHKAN AKU Yoh 13:21


Setelah Yesus berkata demikian Ia sangat terharu, lalu bersaksi, "Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, salah seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku."
Terjemahan ungkapan “sangat terharu”, kurang tepat. Ada terjemahan yang lebih tepat: “terkoyak hatinya”.
Apa yang menyebabkan terkoyaknya hati Sang Guru? Kesadaran bahwa ia akan dikhianati seorang murid. Sang Guru merasakan, bahkan mengalami kejahatan yang dilakukan manusia pada saat ia berbuat jahat.
Allah seolah-olah disalibkan kembali setiap kali manusia menolak-Nya dan mencelakakan dirinya sendiri. Memang, penkhianatan yang dilakukan Yudas diketahui Allah dari semula.
Allah menerimanya! Hal ini memang tidak masuk akal manusia yang melihat hidupnya sebatas kemampuannya.
Namun, buat apa Allah mengutus Sang Guru ke dunia? Supaya ia memberitakan Injil dan membawa keselamatan! Injil itu tiada gunanya, seandainya manusia tak berdosa.
Jadi, di mana ada dosa, pasti ada Injil, dan sebaliknya. Yang sangat pahit dan menyengsarakan ialah: dosa pengkhianatan ini dilakukan seorang yang oleh Sang Guru disebut “di antara kita”, sahabatnya!
Yudas jangan dilihat sebagai Yudas saja. Dia wakil setiap manusia yang mengkhianati Allah.
©SL 15 April 2014 Powered by The Holy Trinity®

Benih Sabda - 18 April 2014MEREKA MENYALIBKAN DIA Yoh 19:18

Di situ mereka menyalibkan Dia. Bersama-sama dengan Dia disalibkan juga dua orang lain, sebelah-menyebelah, sedangkan Yesus di tengah-tengah.
Pada awal Injil Yohanes, dua murid Yohanes Pembaptis bertanya, "Rabi (artinya: Guru), di manakah Engkau tinggal?" Sekarang mereka tahu tempat Raja Israel, Putra Allah tinggal: di salib!
Salib melambangkan dua kontradiksi dunia: bumi dan surga, timur dan barat.
Tetapi, setelah penyaliban Sang Guru, salib menjadi pula lambang siksaan yang diciptakan manusia untuk menyingkirkan Allah.
Sejak awal mula Allah memanggil, “Di manakah engkau, hai Adam?” Usaha mencari Adam diakhiri-Nya di kayu salib.
Di situ Mempelai Laki-laki dan Perempuan bersatu dalam kasih yang lebih kuat dari sang maut.
Salib, tahkta Sang Guru, sekaligus ranjang pernikahan, tempat kasih Allah kepada manusia tergenapi. Sang Guru di salib tidak sendirian. Ia didampingi dua orang yang mewakili segenap umat manusia yang melalui kematian mendampingi Sang Guru. Manusia dekat Sang Guru sebab dia dekat manusia.
©SL 18 April 2014 Powered by The Holy Trinity®

Benih Sabda - 2 Mei 2014 MEMBAGI-BAGIKAN Yoh 6:11 


Sesudah itu Yesus mengambil roti itu, mengucap syukur  dan membagi-bagikannya kepada mereka yang duduk di situ, demikian juga dilakukan-Nya dengan ikan-ikan itu,  sebanyak yang mereka kehendaki.
Manusia “mengambil” roti, lambang kehidupan. Tetapi, Sang Guru mengambilnya dengan cara khusus. Ia tidak mengambilnya untuk dirinya sendiri, melainkan langsung membuka tangannya untuk membagi-bagikannya kepada orang banyak.
Jika roti melambangkan kehidupan, maka memberi roti searti dengan meneruskan kehidupan, bukan menahannya bagi diri sendiri seperti biasa dilakukan pencuri dan perampok.
Sang Guru “mengambil” roti itu dengan syukur sebab ia tahu bahwa kehidupan adalah pemberian Bapa. Sama seperti Bapa-Nya, demikian pun Sang Guru selalu membagi-bagikan apa yang dimilikinya.
Manusia lain hidup, karena hidup dibagi-bagikan.
Tentu saja, sebelum dibagi-bagi, roti itu dipecah-pecah. Pemecahan roti melambangkan salib, kematian.
Pembagian roti melambangkan sukacita partisipasi  dalam kehidupan yang memuncak dalam kebangkitan. Ekaristi melambangkan semuanya ini bersama-sama.
©SL 2 Mei 2014 +Powered by the Holy Trinity+

Benih Sabda - 16 April 2014 UNTUK MENYERAHKAN Mat 26:15-16

Yudas berkata, "Apa yang hendak kamu berikan kepadaku, supaya aku menyerahkan Dia kepada kamu?"
Mereka membayar tiga puluh uang perak kepadanya. Mulai saat itu ia mencari kesempatan yang baik untuk menyerahkan Yesus.
Pada saat perempuan mengurapi Sang Guru dengan minyak narwastu yang harum semerbak, hatinya menjadi satu dengan hati Sang Mempelainya. Sejak saat itu manusia terbagi dua: ada yang senang meminyaki Sang Guru dengan kasih, dan tentu memuji perbuatan perempuan itu, dan ada yang marah kalau itu dilakukan seseorang, sehingga hatinya selalu marah dan penuh dengki.
Yudas termasuk kelompok orang yang sangat marah. Ia langsung pergi kepada para pemuka agama seolah-olah untuk mencari pembenaran atas tindakannya. Padahal, motivasinya sungguh buruk. Duit yang dipikirkannya!
Sejauh mana ia budak uang? Demi duit, orang siap mengkhianati sahabatnya sendiri!
Selanjutnya, prosesnya berlangsung cepat: Yudas menyerahkan Sang Guru kepada imam-imam, mereka menyerahkannya kepada Pilatus, Pilatus menyerahkannya kepada massa yang berteriak, “Salibkan dia!” Massa selalu haus akan darah.
©SL 16 April 2014 Powered by The Holy Trinity®

Benih Sabda - 3 Mei 2014 JALAN, KEBENARAN, HIDUP Yoh 14:6

Kata Yesus kepadanya, "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup.
Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, 
kalau tidak melalui Aku.”

Penulis Injil Yohanes suka sekali 
memperkenalkan Sang Guru sebagai AKU ADA.
Namun, dalam ayat ini identitasnya dijelaskan lebih lanjut.
Sebagai Putra terkasih Bapa
yang mengasihi Bapa dan semua saudara (=manusia),
Sang Guru adalah JALAN keselamatan,
sebab ia menyatakan KEBENARAN
tentang Allah dan manusia.

Dialah KEBENARAN karena memberi manusia HIDUP,
termasuk hidup Allah sendiri.
Dia sebenarnya HIDUP bagi segala sesuatu yang ada.
Seperti Bapanya, ia memiliki dan memberi kehidupan.

Dia bukan jalan sembarangan,
melainkan pribadi untuk diteladani, diikuti.
Selaku kebenaran dia bukan gagasan abstrak,
melainkan manusia yang siap berelasi dengan yang lain.
Inti hidupnya bukan soal biologi,
melainkan kasih untuk dikasihi selama-lamnya.

Ia JALAN yang mengantarkan kepada Bapa.
KEBENARANnya ialah tubuhnya yang menunjukkan Bapa.
HIDUPnya ialah kasih antara Bapa dan Putra.

©SL 3 Mei 2014

Kamis, 01 Mei 2014

Jum'at Pertama, bagi Karyawan di Jakarta yang belum Sempat Misa Pagi

Hari ini 02-Mei Jum'at Pertama, bagi Usahawan dan Karyawan yang belum Sempat Misa Pagi dan ingin ke Misa/ Perayaan Ekaristi Siang Pkl.12:00 Silahkan ke Gedung Shekinah Duta Merlin-Harmoni Jakarta Kapasitas 300 Orang,

atau Bisa Juga ke Gererja2 Jakarta:

Katedral Jakarta,
Theresia,
Bonaventura,
RS.Carolus Jkt,
RS.Husada(14:00) Mangga Besar Jkt.
LBI Saharjo Tebet,  

Tangerang:

Gereja Helena,

atau Misa Sore : diParoki Masing2 Sesuai Jadwal, Selamat Merayakan Bersama Hati Jesus Yang Maha Kudus.

BENIH SABDA - 8 April 2014 YANG DIAJARKAN BAPA KEPADA-KU Yoh 8:28


Kata Yesus, "Apabila kamu telah meninggikan Anak Manusia, barulah kamu tahu bahwa Akulah Dia, dan bahwa Aku tidak berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri, tetapi Aku berbicara tentang hal-hal, sebagaimana diajarkan Bapa kepada-Ku."

Identitas Sang Guru dipertanyakan para pemuka Yahudi. Maka, ia menjawab, walaupun dengan cara tak terduga. Mula-mula ia menyatakan dirinya AKU ADA.

Setelah itu ia mengingatkan tokoh dari kitab Daniel, yaitu Anak Manusia yang bukan anak manusia biasa. Sebab ia akan ditinggikan, artinya dipaku pada salib, sesuai dengan Hamba Tuhan dari kitab Yesaya (52:13).

Karena tidak mengenal Allah Bapa, manusia tak mengenal Guru sebagai Anak Manusia juga. Karena itulah manusia meninggikannya di salib dengan mengucapkan dalil: Ia menghujat Allah! Tetapi, justru setelah menyalibkannya, manusia tahu bahwa Dia adalah AKU ADA, kasih total kepada manusia.

Seperti dulu Israel di gurun memandang ular tembaga lalu disembuhkan dari pagutan ular, demikian pula siapa saja yang memandang Anak Manusia, akan disembuhkan dari racun Iblis yang membawa dosa ke dalam bumi ini.

Dengan memandang Sang Guru di salib, manusia akan tahu bahwa semua kata dan tindakannya sesuai dengan kehendak Bapanya: Demi manusia!

©SL 8 April 2014 Powered by The Holy Trinity®