Paus Fransiskus sebagai Person of The Year 2013 oleh majalah Time

Baru 9 bulan menjabat, Paus dipilih menjadi Tokoh Terpilih 2013

Selamat Datang di Gereja Katolik Blog

Gabunglah di Twitter kami: https://twitter.com/Katolik_ku

Selamat Datang di Gereja Katolik Blog

Terimakasih atas kunjungannya, semoga blog ini bermanfaat untuk meningkatkan iman Katolik kita.

Selamat Datang di Gereja Katolik Blog

Terimakasih atas kunjungannya, semoga blog ini bermanfaat untuk meningkatkan iman Katolik kita.

Selamat Datang di Gereja Katolik Blog

Terimakasih atas kunjungannya, semoga blog ini bermanfaat untuk meningkatkan iman Katolik kita.

Selamat Datang di Gereja Katolik Blog

Terimakasih atas kunjungannya, semoga blog ini bermanfaat untuk meningkatkan iman Katolik kita.

Selamat Datang di Gereja Katolik Blog

Terimakasih atas kunjungannya, semoga blog ini bermanfaat untuk meningkatkan iman Katolik kita.

Minggu, 29 Juni 2014

Bacaan Injil dan Renungan Benih Sabda hari ini, Senin 30 Juni 2014

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (8:18-22)

"Ikutlah Aku."
Pada suatu hari banyak orang mengerumuni Yesus. Melihat hal itu Yesus menyuruh bertolak ke seberang.

Lalu datanglah seorang ahli Taurat dan berkata kepada-Nya, “Guru, aku akan mengikuti Engkau, ke mana saja Engkau pergi.”

Yesus berkata kepadanya, “Serigala mempunyai liang, dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya.”

Seorang lain, yaitu salah seorang murid-Nya berkata kepada-Nya, “Tuhan, izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan ayahku.”

Tetapi Yesus berkata kepada-Nya, “Ikutilah Aku, dan biarlah orang-orang mati menguburkan orang-orang mati mereka.”

Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.



Renungan Benih Sabda - 30 Juni 2014

MEMAKAMKAN AYAHKU

Mat 8:21-22 
Seorang pengikutnya yang lain berkata kepada-Nya, 
"Tuhan, izinkanlah aku pergi memakamkan ayahku 
terlebih dahulu." Tetapi Yesus berkata kepadanya, 
"Ikutlah Aku, dan biarkanlah orang-orang mati 
memakamkan mereka yang mati."

Arti “mengikut Yesus” digambarkan dalam kisah ini.
Pertama-tama, bagi murid Sang Guru,
Yesus bukan Guru saja, melainkan “Tuhan” sendiri.
Murid sungguh hidup
jika Yesus adalah hidupnya sendiri (Flp 1:21).

Namun, murid yang sudah memahami banyak sekalipun
sulit memahami Sang Guru dalam arti penuh.
Sebab ia mengerti bahwa Sang Guru
tak dapat berperan dalam hidupnya sebagai Nomor Dua.
Seandainya itu mungkin, maka Guru bukan Tuhan.

Seorang perempuan mengandung; ia punya bayi.
Tetapi, suatu saat nanti bayi itu harus keluar dari rahim.
Seorang ayah berkuasa penuh atas anaknya.
Tetapi, anak itu harus lepas darinya kelak,
untuk hidup secara benar-benar dewasa.

Apa saja yang menyenangkan
sehingga menurunkan kedudukan Sang Guru,
harus dilepaskan. Pelepasan ini adalah kemerdekaan.
Hanya dengan mengasihi Tuhan, manusia merdeka!

©SL 30 Juni 2014

Jumat, 27 Juni 2014

Injil hari ini, Minggu, 29 Juni 2014 Hari Raya St. Petrus dan St. Paulus, Rasul

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (16:13-19)
     
"Engkau adalah Petrus, kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Surga."
            
Sekali peristiwa Yesus tiba di daerah Kaisarea Filipi. Ia bertanya kepada murid-murid-Nya, “Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?” 

Jawab mereka, “Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia, dan ada pula yang mengatakan: Yeremia atau salah seorang dari para nabi.” 

Lalu Yesus bertanya kepada mereka, “Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?” Maka jawab Simon Petrus, “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!” 

Kata Yesus kepadanya, “Berbahagialah engkau Simon bin Yunus, sebab bukan manusia yang mengatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di surga. 

Dan Aku pun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus, dan di atas batu karang ini akan Kudirikan Gereja-Ku, dan alam maut tidak akan menguasainya. 

Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Surga, dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di surga.”
Inilah Injil Tuhan kita!

U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Senin, 23 Juni 2014

Injil dan Renungan Benih Sabda hari ini, 25 Juni 2014

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (1:57-66.80)
  
"Namanya adalah Yohanes."
     
Pada waktu itu, genaplah bulannya bagi Elisabet untuk bersalin, dan ia melahirkan seorang anak laki-laki.

Ketika para tetangga serta sanak saudaranya mendengar bahwa Tuhan telah menunjukkan rahmat-Nya yang begitu besar kepada Elisabet, bersukacitalah mereka bersama-sama dengan dia.

Maka datanglah mereka pada hari yang kedelapan untuk menyunatkan anak itu, dan mereka hendak menamai dia Zakharia menurut nama bapanya.

Tetapi Elisabet, ibunya, berkata, “Jangan, ia harus dinamai Yohanes.” Kata mereka kepadanya, “Tidak ada di antara sanak saudaramu yang bernama demikian.”

Lalu mereka memberi isyarat kepada Zakharia untuk bertanya nama apa yang hendak ia berikan kepada anaknya itu.

Zakharia meminta batu tulis, lalu menuliskan kata-kata ini, “Namanya adalah Yohanes.”

Dan mereka pun heran semuanya.

Seketika itu juga terbukalah mulut Zakharia, dan terlepaslah lidahnya, lalu ia berkata-kata dan memuji Allah.

Maka ketakutanlah semua orang yang tinggal di sekitarnya, dan segala peristiwa itu menjadi buah tutur di seluruh pegunungan Yudea.

Semua yang mendengarnya, merenungkannya dan berkata, “Menjadi apakah anak ini nanti?”

Sebab tangan Tuhan menyertai dia. Anak itu bertambah besar dan makin kuat rohnya.

Ia kemudian tinggal di padang gurun sampai tiba harinya ia harus menampakkan diri kepada Israel.

Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Renungan Benih Sabda - 24 Juni 2014

MELIMPAHKAN RAHMAT-NYA

Luk 1:58-59
Tetangga-tetangganya dan kaum keluarganya
mendengar bahwa Tuhan telah melimpahkan rahmat-Nya
kepada Elisabet. Maka mereka pun bergembira
bersama-sama dengannya.

Setiap kelahiran adalah tanda kebesaran kasih Allah.
Setiap kelahiran adalah bukti kerahiman-Nya.
Allah merangkul apa saja yang dijadikan-Nya.

Jika tidak dipahami sebagai karunia luar biasa,
kelahiran anak menjadi beban berat yang tak terpikulkan.
Dari pada dipandang sebagai Pemberi,
Allah bisa saja dipersalahkan sebagai pengganggu.
Kalau itu terjadi, hidup menjadi mengerikan.

Bayi yang dikandung tanpa kasih dari semula
secara naluri sangat terpengaruh oleh kenyataan ini
walaupun kemudian ia tidak menyadari dengan jelas
mengapa ia membenci dirinya dan tidak dikasihi.
Ia bisa saja mengutuki hari kelahirannya.

Tetapi, lain halnya dengan anak yang dinantikan,
yang dicintai sebelum terkandung. Ia selalu riang.
Sukacitanya menular seperti sukacita Elisabet.
Semua orang terpengaruh olehnya
sehingga datang ke rumahnya untuk berpesta.
Memang, kelahiran mirip dengan bunyi
yang bergema semakin lebar
dan mengundang tetangga untuk menari-nari.

©SL 24 Juni 2014

        

Minggu, 22 Juni 2014

Renungan Katolik Benih Sabda - 23 Juni 2014 BALOK… SERBUK KAYU

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (7:1-5)
    
"Keluarkanlah dahulu balok dari matamu sendiri."
   
Dalam kotbah di bukit, Yesus berkata, “Janganlah menghakimi, supaya kalian tidak dihakimi. Karena dengan penghakiman yang telah kalian pakai untuk menghakimi, kalian sendiri akan dihakimi. 

Dan ukuran yang kalian pakai untuk mengukur akan ditetapkan pada kalian sendiri. 

Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok dalam matamu sendiri tidak engkau ketahui? 

Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu, ‘Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu’, padahal di dalam matamu sendiri ada balok? Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu sendiri, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar dari mata saudaramu.”

Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.


Renungan Katolik Benih Sabda - 23 Juni 2014

BALOK… SERBUK KAYU

Mat 7:5 
“Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu 
balok kayu dari matamu, kemudian barulah
engkau dapat melihat dengan jelas 
untuk mengeluarkan serbuk kayu dari mata saudaramu."

Sabda Sang Guru ini sebaiknya diingat setiap orang
yang mengamati sesamanya demi menghakiminya.
Untuk mengeluarkan serbuk kayu dari mata orang lain,
diperlukan mata yang tidak terisi “balok”!

Jika tidak, aku tak mungkin mengoreksi orang itu.
Aku malah akan meneguhkannya dalam yang jahat.
Sebab marahku akan membuat dia membela diri.

Menegur orang lain, sungguh suatu perbuatan mulia.
Namun, sebelum menegur, aku sendiri harus menerimanya
tanpa syarat, sama seperti aku pun diterima tanpa syarat.
Jika demikian, nasihat akan diterima
sebab dirasakan sebagai teguran saudara yang mengasihi.

Mengkritik orang lain sebaiknya diganti 
dengan mengkritik diri sendiri.
Sebab dalam diriku bersarang banyak dosa
yang harus kupertanggungjawabkan kelak.
Allah itu maharahim, 
maka aku pun harus berbelas kasihan.
Belas kasihan menjadikan manusia solider
dengan setiap manusia dan Allah Bapa sendiri!

©SL 23 Juni 2014

Jumat, 20 Juni 2014

Renungan Katolik Benih Sabda - 21 Juni 2014 BAPAMU YANG DI SURGA TAHU…


Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (6:24-34)
   
"Janganlah khawatir akan hari esok."
   
Dalam khotbah di bukit, berkatalah Yesus, “Tak seorang pun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain.

Kalian tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon. Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, apa yang hendak kalian makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, apa yang hendak kalian pakai. Bukankah hidup itu lebih penting daripada makanan, dan tubuh itu lebih penting daripada pakaian?

Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai, dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, toh diberi makan oleh Bapamu yang di surga. Bukankah kalian jauh melebihi burung-burung itu?

Siapakah di antara kalian yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya?

Dan mengapakah kalian kuatir akan pakaian?

Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal. Namun Aku berkata kepadamu, Salomo dalam segala kemegahannya pun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu.

Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan esok dibunag ke dalam api, tidakkah Ia akan lebih lagi mendandani kalian, hai orang yang kurang percaya?

Maka janganlah kalian kuatir dan berkata, ‘Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum?

Apakah yang akan kami pakai?

Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah.

Akan tetapi Bapamu yang di surga tahu, bahwa kalian memerlukan semuanya itu. Maka carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.

Sebab itu janganlah kalian kuatir akan hari esok, karena hari esok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.”

Inilah Injil Tuhan kita!

U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!
   

Renungan Katolik Benih Sabda - 21 Juni 2014

BAPAMU YANG DI SURGA TAHU…

Mat 6:31
“Janganlah kamu khawatir dan berkata,
“Apa yang akan kami makan?”, “Apa yang akan kami minum?”,
“Apa yang akan kami pakai?”
Semua itu dikejar bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah,
tetapi Bapamu yang di surga sudah tahu
bahwa kamu memerlukan semua hal itu.”

Apa yang disabdakan Sang Guru sebelumnya,
dalam ayat ini dijadikan semacam kesimpulan:
Makanan, minuman, pakaian sangat dikejar
oleh orang segala ras yang tidak mengenal Allah.

Alasannya utama mengapa mereka repot sekali
mengejar dan menyimpan benda-benda materi ialah:
Hidup mereka sepenuhnya terarah pada yang di bumi.
Mereka tidak sadar akan adanya peluang luar biasa
berupa mengandalkan Allah sebagai bapak pemelihara.

Seluruh alam dengan tata tertibnya yang luar biasa
selayaknya membuat manusia yakin
akan kebaikan Allah sebagai Pencipta.
Tetapi, yang paling meyakinkan ialah sabda Sang Guru
yang menunjukkan kepada manusia tujuan hidupnya
serta membuka jalan menuju Kerajaan Allah.

Pengikut Sang Guru sadar betapa pentingnya
makanan, minuman, pakaian, dan lain-lain.
Tetapi, mereka lebih mengandalkan Tuhan
yang tidak pernah meninggalkan anak-anak-Nya.

©SL 21 Juni 2014

Kamis, 19 Juni 2014

Renungan Harian Katolik Benih Sabda - 20 Juni 2014, SIMPANLAH… HARTA DI SURGA



Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (6:19-23)  
    

"Di mana hartamu berada, di situ pula hatimu."
    

Dalam khotbah di bukit, berkatalah Yesus, "Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya. 

Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya. 

Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada. Mata adalah pelita tubuh. 

Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu; jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu. 

Jadi jika terang yang ada padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan itu.


Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Benih Sabda - 20 Juni 2014

SIMPANLAH… HARTA DI SURGA

Mat 6:20
“Tetapi simpanlah bagi dirimu harta di surga,
karena ngengat dan karat tidak dapat merusaknya
dan pencuri pun tidak dapat membongkar serta mencurinya.”

Siapa yang menyimpan bagi dirinya harta kekal?
Orang yang dengan syukur menerima pemberian Allah
dan berbagi pemberian itu dengan saudaranya.
Dengan cara ini, segala jenis harta duniawi,
yang menjamin kelangsungan hidup fisik,
mendapat nilai harta surgawi.
Sebab tidak disimpan bagi diri sendiri saja!

Kediaman kekal yang benar-benar harta,
diperjuangkan dan didapat di bumi ini.
Dengan cara apa?
Dengan cara menggunakannya secara benar,
bukan sebagai pemilik yang bodoh,
melainkan sebagai administrator yang bijaksana.
Nafsu memiliki adalah awal segala kejahatan.

Apa saja yang ada di bumi: makanan, pekaian, benda,
bahkan tubuh manusiawi, akhirnya rusak, hancur.
Hal yang sama berlaku buat apa yang dikumpulkan
lalu tidak pernah dibagikan dengan saudara.
Apa yang dibagi-bagikan, menciptakan benih kekekalan.

Semuanya yang tampak indah, menjadi biasa saja,
ketika manusia berusaha tidak memandang dunia ini saja.

©SL 20 Juni 2014

Rabu, 18 Juni 2014

Renungan Harian Katolik Benih Sabda- 19 Juni 2014 AMPUNILAH KAMI

 Renungan Harian Katolik Benih Sabda- 19 Juni 2014  AMPUNILAH KAMI


Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (6:7-15) 
 
"Berdoalah kalian demikianlah."
  
Dalam khotbah di bukit berkatalah Yesus, “Bila kalian berdoa janganlah bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka doanya akan dikabulkan karena banyaknya kata-kata. 

Jadi janganlah kalian seperti mereka. Karena Bapamu tahu apa yang kalian perlukan, sebelum kalian minta kepada-Nya. Maka berdoalah kalian demikian, ‘Bapa kami, yang ada di surga, dimuliakanlah nama-Mu.

 Datanglah kerajaan-Mu. Jadilah kehendak-Mu di atas bumi seperti di surga. Berilah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya, dan ampunilah kesalahan kami, seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami. 

Dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan. Tetapi bebaskanlah kami dari yang jahat. Amin.’ Karena, jikalau kalian mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di surga akan mengampuni kalian pula. 

Tetapi jikalau kalian tidak mengampuni orang, Bapamu pun tidak akan mengampuni kesalahanmu.” 
Inilah Injil Tuhan kita!

U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!


Renungan Harian Katolik Benih Sabda- 19 Juni 2014

AMPUNILAH KAMI

Mat 6:12
“Ampunilah kami karena kesalahan kami,
seperti kami sudah mengampuni orang
yang bersalah kepada kami.”

Setiap dosa, apa lagi yang serius, adalah beban
yang mempersulit kehidupan manusia.
Tetapi, Allah “menyuruhnya pergi”, mengampuninya.
Allah adalah Bapa karena setiap saat Ia mengampuni.
Pengampunan adalah “roti” harian Allah di surga.
Ia hidup karena selalu memberi dan mengampuni.

Orang yang mengucapkan Doa Tuhan ini,
berdoa bukan bagi dirinya saja,
tetapi juga bagi setiap saudaranya.
Kalau ia tidak mau berdoa untuk mereka,
maka doanya tidak pernah akan sampai
ke sumber pengampunan, yaitu kasih Bapa pada semua.

Kata “kesalahan” hampir searti dengan “utang”.
Allah adalah pemilik segala sesuatu
yang ada pada manusia, termasuk dirinya sendiri.
Apa saja yang ada pada manusia, berasal dari Dia.

Namun, ini bukan “utang” yang perlu dikembalikan!
Ini pemberian Allah supaya manusia hidup!
Pemberian bagi mereka yang bersyukur atasnya.

Hidup dalam dosa adalah hidup dalam utang.
Maka, orang yang mau selamat,
hendaknya keluar dari cengkeraman dosa
demi meraih hidup dalam pengampunan.

©SL 19 Juni 2014

Selasa, 17 Juni 2014

Renungan Harian Katolik Benih Sabda - 18 Juni 2014 TANGAN KIRI… TANGAN KANAN

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (6:1-6.16-18)
  
"Bapamu yang melihat yang tersembunyi, akan mengganjar engkau."

Dalam khotbah di bukit, Yesus bersabda, "Hati-hatilah, jangan sampai melakukan kewajiban agamamu di depan orang supaya dilihat. Sebab jika demikian, kalian takkan memperoleh upah dari Bapamu yang di surga. 

Jadi, apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang-orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong, supaya dipuji orang. Aku berkata kepadamu, 'Mereka sudah mendapat upahnya. 

Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah tangan kirimu tahu apa yang diperbuat tangan kananmu. Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu." 

"Dan apabila kalian berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan di tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu, 'Mereka sudah mendapat upahnya.' Tetapi jikalau engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu, dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. 

Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu." "Dan apabila kalian berpuasa, janganlah muram mukamu, seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. 

Aku berkata kepadamu, 'Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.' Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu, supaya jangan dilihat orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. 

Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu."

Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Renungan Harian Katolik Benih Sabda - 18 Juni 2014

TANGAN KIRI… TANGAN KANAN

Mat 6:3 
“Tetapi engkau, jangan sampai tangan kirimu tahu
apa yang diperbuat oleh tangan kananmu 
pada waktu engkau memberi sedekah.”

Di beberapa negara, kata-kata Sang Guru ini
telah menjadi pepatah: Perbuatlah demikian rupa,
supaya tangan kirimu jangan tahu
apa yang diperbuat oleh tangan kananmu!

Kata-kata ini jangan diartikan seolah-olah sedekah
harus dilakukan tanpa berefleksi terlebih dahulu!
Artinya sederhana: Jangan seorang sanakmu pun
tahu tentang sedekah Anda!
Artinya kedua: Alasan untuk memberi sedekah
hendaknya satu saja: Orang tertentu perlu ditolong!

Ada juga interpretasi lain lagi, yaitu:
Sedekah hendaknya diberikan tanpa bisa diperhatikan,
dengan satu tangan saja, sebab jika tidak demikian,
sedekah itu akan diketahui orang lain.

Memang, di zaman dulu, juga oleh umat Gereja,
tangan kiri dianggap kikir dan serakah.
Tetapi, lama kelamaan pendapat ini berubah…
Tangan kiri justru dianggap sahabat terdekat.

Maka, sabda ini boleh diartikan begini juga:
terhadap sahabat paling dekat sekalipun,
sedekah perlu diberi tanpa bisa dilihat olehnya.

©SL 18 Juni 2014

Senin, 16 Juni 2014

Renungan Katolik Benih Sabda - 17 Juni 2014


Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (5:43-48)   
    
"Kasihilah musuh-musuhmu."
     
Dalam khotbah di bukit, Yesus berkata, “Kalian telah mendengar bahwa disabdakan, ‘Kasihilah sesamamu manusia, dan bencilah musuhmu’. 

Tetapi Aku berkata kepadamu, ‘Kasihilah musuh-musuhmu, dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kalian’. Karena dengan demikian kalian menjadi anak-anak Bapamu di surga. 

Sebab Ia membuat matahari-Nya terbit bagi orang yang jahat, dan juga bagi orang yang baik. Hujan pun diturunkan-Nya bagi orang yang benar dan juga bagi orang yang tidak benar. 

Apabila kalian mengasihi orang yang mengasihi kalian, apakah upahmu? 

Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? 

Dan apabila kalian hanya memberi salam kepada saudaramu saja, apakah lebihnya dari perbuatan orang lain?

 Bukankah orang yang tak mengenal Allah pun berbuat demikian? 

Karena itu kalian harus sempurna sebagaimana Bapamu di surga sempurna adanya.”

Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.


Renungan Harian Katolik 
Benih Sabda - 17 Juni 2014

APA PAHALAMU?

Mat 5:46-47 
“Jika kamu hanya mengasihi orang yang mengasihi kamu,
apakah pahalamu? Bukankah pemungut cukai pun 
melakukan hal yang sama? Jika kamu hanya memberi salam 
kepada saudaramu, apa istimewanya perbuatanmu itu?”

Kasih yang benar selalulah cuma-cuma, gratis.
Jika ada pembayaran, kasih menguap, tidak ada. 
Dalam kasih yang dibayar, yang penting ialah
apa yang bisa diberikan orang lain kepadaku.

Orang Yahudi bicara tentang upah, pahala,
kalau Hukum dipraktikkan dengan sempurna.
Sang Guru bicara tentang ‘upah’ lain: 
Menjadi serupa dengan Bapanya, Sang Kasih,
yang tidak pernah mau dibayar, selalu memberi saja.

Mengasihi demi bisnis, mendapat sesuatu,
dipraktikkan oleh semua orang, juga para pendosa.
Ini serupa dengan prostitusi batiniah.
Namun, mengasihi musuh, adalah penyataan jelas
akan kasih Allah tanpa syarat.

Jika “Salam” disampaikan hanya kepada orang tertentu,
maka dia yang mengucapkannya, tidak mengenal Bapa.
Bapa yang di surga selalu mengucapkan salam kasih
kepada semua orang, yang baik maupun yang tidak baik.

Cukupkah sudah umat Gereja merenungkan sabda ini?

©SL 17 Juni 2014

Sabtu, 14 Juni 2014

Renungan Katolik Benih Sabda - 15 Juni 2014


Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (3:16-18)
   
"Allah mengutus Anak-Nya untuk menyelamatkan dunia."
      
Dalam percakapan-Nya dengan Nikodemus, Yesus berkata, “Begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.

Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya.

Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; tetapi barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak tunggal Allah.” 

Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.
  

Renungan Katolik Benih Sabda - 15 Juni 2014

YANG PERCAYA, YANG TAK PERCAYA

Yoh 3:18
“Orang yang percaya kepada-Nya, tidak akan dihukum,
tetapi orang yang tidak percaya, telah berada di bawah hukuman,
sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah.”

Orang yang sungguh melekat pada Sang Guru,
sungguh kudus dan benar juga.
Hidupnya sama dengan hidup Sang Putra,
sehingga ia ikut serta dalam kemuliaan Bapa dan Putra.

Lain halnya dengan orang yang tidak percaya…
Tidak percaya apa? Bahwa Sang Putra
selaku Anak Manusia membawa kasih total kepada dunia.
Maka, yang tidak percaya, mengucilkan dirinya
dari kasih dan hidup ilahi.
Tidak melekat pada Sang Guru,
sama dengan menyangkal dirinya sebagai anak Allah.

Ya, keputusan untuk percaya akan Sang Guru
menjadikan manusia lahir “dari atas”.
Inilah yang menjadi masalah Nikodemus,
tetapi sampai sekarang menjadi masalah tiap orang.

Manusia harus memilih: merangkul pahamnya sendiri
atau dengan rendah hati menerima
apa yang diwahyukan Allah melalui Anak-Nya.

Allah telah menjadi sejarah. Ia berdaging manusiawi!
Betapa pentingnya masing-masing manusia-daging
menyatakan kebenaran yang menyelamatkan ini!

©SL 15 Juni 2014

Rabu, 11 Juni 2014

Renungan Katolik Benih Sabda - 12 Juni 2014 BERDAMAI DENGAN LAWANMU

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (5:20-26)
   
"Barangsiapa marah terhadap saudaranya, harus dihukum."
   
Dalam khotbah di bukit, berkatalah Yesus, “Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar daripada hidup keagamaan para ahli Taurat dan orang-orang Farisi, kalian tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga. 

Kalian telah mendengar apa yang disabdakan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum. 

Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya, harus dihukum! Barangsiapa berkata kepada saudaranya: ‘Kafir!’ harus dihadapkan ke mahkamah agama, dan siapa yang berkata: ‘Jahil!’ harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala. 

Sebab itu jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah, dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu. 

Segeralah berdamai dengan lawanmu selama engkau bersama-sama dia di tengah jalan, supaya lawanmu jangan menyerahkan engkau kepada hakim, dan hakim itu menyerahkan engkau kepada pembantunya, dan engkau dilemparkan ke dalam penjara. 

Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya engkau tidak akan keluar dari sana, sebelum engkau membayar utangmu sampai lunas.”


Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!



Renungan Katolik Benih Sabda - 12 Juni 2014

BERDAMAI DENGAN LAWANMU

Mat 5:25 
“Segeralah berdamai dengan lawanmu 
selama engkau bersama-sama dengan dia di tengah jalan, 
supaya lawanmu itu jangan menyerahkan engkau 
kepada hakim dan hakim itu menyerahkan engkau 
kepada pengawal dan engkau dilemparkan ke dalam penjara.”

Sabda ini diucapkan Sang Guru
pada saat ia berbicara tentang persembahan
yang tidak sinkron dengan kasih kepada sesama.
Sungguh tidak masuk di akal menyembah altar,
dan serentak bermusuhan dengan saudara.

Padahal, kiranya banyak orang rajin beribadat,
tetapi lebih rajin lagi menyakiti orang yang terdekat.
Dalam kitab Imamat pun sudah tertulis
bahwa persembahan bisa batal
jika manusia bersalah terhadap Allah.

“Pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu!”
Sebab tidak adanya kasih kepada saudara pun
menjadikan persembahan tidak bernilai.
Kebencian menghancurkan kasih
dan mengantarkan manusia kepada pembunuhan.

Dengan cara ini Sang Guru menyentuh buruknya dosa
hingga akarnya, yaitu hati. Tak cukup berhenti membenci.
Yang harus diusahakan ialah berdamai, berekonsiliasi.
Kasih saja menjadikan manusia anak Allah.

©SL 12 Juni 2014

Selasa, 10 Juni 2014

Renungan Harian Katolik Benih Sabda - 11 Juni 2014 MASUK KOTA… RUMAH


Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (10:7-13)
     
"Kamu telah menerima dengan cuma-cuma; karena itu berilah dengan cuma-cuma pula."
    
Sekali peristiwa Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, "Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan Surga sudah dekat.

Sembuhkanlah orang-orang sakit, bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang kusta, usirlah setan-setan! Kamu telah menerima dengan cuma-cuma; karena itu berilah dengan cuma-cuma pula!

Janganlah kamu membawa emas atau perak atau tembaga dalam ikat pinggangmu.

Janganlah kamu membawa bekal dalam perjalanan, janganlah kamu membawa baju dua helai, kasut atau tongkat, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya.

Apabila kamu masuk kota atau desa, carilah di situ seorang yang layak, dan tinggallah padanya sampai kamu berangkat.

Apabila kamu masuk rumah orang, berilah salam kepada mereka. Jika mereka layak menerimanya, salammu itu turun ke atasnya; jika tidak, salammu itu kembali kepadamu.

Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Renungan Harian Katolik Benih Sabda - 11 Juni 2014

MASUK KOTA… RUMAH

Mat 10:11-13
“Apabila kamu masuk kota atau desa, carilah di situ seorang
yang layak dan tinggallah padanya sampai kamu berangkat.

Dalam menjalankan tugasnya di kota ataupun desa,
para utusan Sang Guru memerlukan tempat tinggal.
Menurut petunjuk Sang Guru,
mereka harus berhati-hati
dalam memilih rumah tinggal sementara.

Maka, setelah sampai, mereka perlu mencari tahu
siapa yang “layak” menerima utusan Sang Guru.

Yang “layak” bukan orang saleh ataupun tokoh agama,
melainkan orang yang dengan tulus menerima tamu.
Sebab yang terbuka terhadap tamu,
terbuka pula terhadap pribadi yang mengutus rasulnya.
Menerima rasul senilai menerima Sang Guru sendiri.
Dengan menerima rasul, pemilik rumah menjadi ‘layak’.

Lalu ditegaskan bahwa rasul harus tinggal
di rumah yang menerimanya
hingga hari keberangkatannya.
Mengapa hal ini sungguh diingat sehingga dicatat?
Mungkin karena pengalaman pahit rasul-rasul tertentu.

Rasul jangan mencari tempat yang nyaman
dan jangan pula memberi kesan ia tidak betah.
Sebagai utusan Tuhan, sendiri, ia harus hidup sederhana.

©SL 11 Juni 2014

Senin, 09 Juni 2014

Renungan Harian Katolik Benih Sabda - 10 Juni 2014 GARAM MENJADI TAWAR

Injil Yesus Kristus menurut Matius 5

Dalam khotbah di bukit Yesus bersabda, “Kalian ini garam dunia.

Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah dapat diasinkan?

Tiada gunanya lagi selain dibuang dan diinjak-injak orang.

Kalian ini cahaya dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi.

Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian, sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu.

Demikianlah hendaknya cahayamu bersinar di depan orang, agar mereka melihat perbuatanmu yang baik, dan memuliakan Bapamu di surga.”

Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!
   

Renungan Harian Katolik,
Benih Sabda - 10 Juni 2014

GARAM MENJADI TAWAR

Mat 5:13
"Kamu adalah garam dunia.
Tetapi apabila garam menjadi tawar,
dengan apakah garam itu dapat diasinkan?
Ia menjadi tidak berguna lagi
lalu dibuang dan diinjak-injak orang.”

“Kamu adalah garam dunia!”, sabda Sang Guru.
Artinya, murid-muridnya, berkat ajaran Sang Guru,
memiliki nilai tingga dan sungguh berguna
bagi siapa saja yang ada di bumi ini.

Di sini tidak dipersoalkan jenis garam,
tetapi asinnya, ciri khas garam sejati.
Murid Sang Guru adalah garam
sebab mereka telah diisi dengan sabda kebenaran
sehingga mampu memberi kesaksian tentang kebenaran.

Namun, sukses para murid Sang Guru
tidak tergantung dari ajarannya,
melainkan dari kesungguhan murid meresapinya
dan mewujudkannya dalam hidup sehari-hari.

Cara mewujudkannya? Hidup sebagai anak Allah
dan saudara setiap orang! Kalau ini tidak ada,
maka garam itu menjadi tidak asin lagi,
sudah kehilangan rasa Sang Guru
yang mengurbankan hidupnya dalam kasih.
Murid tanpa rasa Sang Guru, tidak melayani siapa-siapa!

©SL 10 Juni 2014

Minggu, 08 Juni 2014

Renungan Katolik Benih Sabda - 9 Juni 2014 YANG SUCI HATINYA

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (5:1-12)
   
"Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah."
    
Pada suatu hari Yesus naik ke atas bukit, sebab melihat orang banyak. Setelah Ia duduk, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya. 

Lalu Yesus mulai berbicara dan menyampaikan ajaran ini kepada mereka, "Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga. 

Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur. Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi. 

Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan. Berbahagialah orang yang murah hati, karena mereka akan beroleh kemurahan. 

Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah. Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah. 

Berbahagialah orang yang dianiaya demi kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga. 

Berbahagialah kalian, jika demi Aku kalian dicela dan dianiaya, dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat. 

Bersukacitalah dan bergembiralah, sebab besarlah ganjaranmu di surga, sebab para nabi sebelum kalian pun telah dianiaya."

Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!
   


Renungan Katolik Benih Sabda - 9 Juni 2014

YANG SUCI HATINYA

Mat 5:8 
Berbahagialah mereka yang suci hatinya, 
karena mereka akan melihat Allah.

Sabda bahagia ini jangan dibaca sebagai saran
untuk tidak memasuki hidup perkawinan 
demi mempertahankan kesucian hati.

Suci hati berarti memiliki hati yang transparan,
tidak bermuka dua,
menghindari kebohongan yang terkecil sekalipun.
Luarnya manusia yang berhati suci
selalu sama dengan batinnya.

Orang berhati suci jujur tentang dirinya,
senantiasa merindukan dan mencari Terang Allah.
Kata YA baginya selalu YA artinya,
dan kata TIDAK baginya selalu berarti TIDAK.

Mudahkah mengenal orang berhati suci?
Mudah! Sebab motivasinya tidak pernah ‘bengkok’.
Ia tidak mencari akal untuk membangun citranya.
Ia tak pernah membiarkan dirinya
dibimbing oleh kepentingan pribadi.

Pikirannya yang utama satu saja,
yaitu: Bagaimana aku dapat menyenangkan Tuhan?
Maka, hatinya ‘melihat Allah’. Allah yang tak dapat dilihat,
dialami oleh hati suci. Kehadiran-Nya dirasakan.

©SL 9 Juni 2014

Sabtu, 07 Juni 2014

Renungan Katolik, Benih Sabda - 8 Juni 2014 AKU MENGUTUS KAMU

Bacaan Injil dan Renungan Katolik Benih Sabda hari ini - 8 Juni 2014

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (20:19-23)
     
"Seperti Bapa telah mengutus Aku, kini Aku mengutus kamu. Terimalah Roh Kudus."
    
Setelah Yesus disalibkan, pada malam pertama sesudah hari Sabat, berkumpullah murid-murid Yesus di suatu tempat dengan pintu-pintu yang terkunci karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi.

Pada waktu itu datanglah Yesus, berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata, “Damai sejahtera bagi kamu!” Dan sesudah berkata demikian, Yesus menunjukkan tangan dan lambung-Nya kepada mereka.

Murid-murid itu bersukacita ketika mereka melihat Tuhan.

Maka kata Yesus sekali lagi, “Damai sejahtera bagi kamu!

Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu.”

Dan sesudah berkata demikian, Yesus menghembusi mereka dan berkata, “Terimalah Roh Kudus.

Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada.”

Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Renungan Katolik Benih Sabda - 8 Juni 2014

AKU MENGUTUS KAMU

Yoh 20:21
Kata Yesus sekali lagi, "Sejahtera bagi kamu!
Sama seperti Bapa telah mengutus Aku,
Aku pun mengutus kamu."

Pertemuan Sang Guru yang sudah bangkit
dengan para muridnya di Senakel sangat indah.
Saat itulah para muridnya melihat luka-luka Sang Guru,
Mereka disalami sebagai sahabat, diutus, menerima Roh.

Di mana hadir Sang Guru, di situ ada damai sejahtera
yang penuh sukacita, dan sukacita yang tenang.
Dalam suasana sukacita dan damai, tumbuhlah kasih.
Sebentar kemudian, Sang Guru mulai bicara…
Tadi mereka melihat dan hati mereka bergembira.
Sekarang mereka membuka telinga untuk mendengar.

“Seperti Bapa telah mengutus Aku….”
Ya, misi Sang Guru sama dengan misi semua saudaranya.
Murid-murid diutus untuk memberi kesaksian
tentang apa yang dikatakan dan dilakukan Sang Guru.
Utusan wajib bersikap dan berlaku seperti Sang Pengutus,
yaitu mengasihi, membasuh kaki saudara-saudaranya.

Utusan Sang Guru harus siap menjadi benih
yang perlu mati untuk tumbuh dan menghasilkan buah.
Dengan melayani saudara, utusan menjadi anak Allah.
Juga memperkenalkan Sang Guru dan kasihnya.
Tidak ada tugas yang lebih mulia dari ini.

©SL 8 Juni 2014

Jumat, 06 Juni 2014

Renungan Katolik Benih Sabda - 7 Juni 2014 BANYAK HAL LAIN

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (21:20-25)
  
"Dialah murid, yang telah menuliskan semuanya ini, dan kesaksiannya itu benar."
    
Setelah Yesus yang bangkit berkata kepada Petrus, “Ikutlah Aku”’ Petrus berpaling dan melihat bahwa murid yang dikasihi Yesus sedang mengikuti mereka, yaitu murid yang pada waktu mereka sedang makan bersama duduk dekat Yesus; dia inilah yang berkata, “Tuhan, siapakah dia yang akan menyerahkan Engkau?”

Ketika Petrus melihat murid itu, ia berkata kepada Yesus, “Tuhan, apakah yang akan terjadi dengan dia ini?”

Jawab Yesus, “Jikalau Aku menghendaki, supaya ia tinggal hidup sampai Aku datang, itu bukan urusanmu. Tetapi engkau, ikutlah Aku.”

Maka tersebarlah kabar di antara saudara-saudara itu, bahwa murid itu tidak akan mati.

Tetapi Yesus tidak mengatakan kepada Petrus, bahwa murid itu tidak akan mati, melainkan, “Jikalau Aku menghendaki supaya ia tinggal hidup sampai Aku datang, itu bukan urusanmu.”

Dialah murid, yang memberi kesaksian tentang semuanya ini, dan yang telah menuliskannya; dan kita tahu, bahwa kesaksiannya itu benar.

Masih banyak hal-hal lain lagi yang diperbuat oleh Yesus, tetapi jikalau semuanya itu harus dituliskan satu persatu, maka agaknya dunia ini tidak dapat memuat semua kitab yang harus ditulis itu.

Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Renungan Benih Sabda - 7 Juni 2014  BANYAK HAL LAIN

Yoh 21:25
Masih banyak lagi hal-hal lain yang diperbuat oleh Yesus,
tetapi jika semuanya itu ditulis satu per satu,
kukira dunia ini tidak akan dapat memuat semua kitab
yang harus ditulis itu.

Inilah kata-kata terakhir yang dicatat dalam Injil Yohanes.
Penutup ini berisi sebuah kiasan yang dibesar-besarkan.
Memang benar, tidak mungkin menulis segalanya
tentang Sang Guru yang sekaligus Allah dan Manusia.

Tetapi, kiranya lebih tepat, kata-kata penulis Injil ini
dipahami secara spiritual: Sang Guru tak terpahami!
Kasih Allah tak terhingga yang dinyatakan Sang Guru
tak dapat dirumuskan dengan kata-kata manusiawi.

Maka, yang terpenting bukan tahu segala-galanya,
melainkan percaya kepada Sang Guru dan mengasihinya
untuk menetap dalam dirinya sebab dialah hidup kita.

Kekayaan yang mengalir dari Injil, tak habis ditimba.
Kekayaan itu perlu dipelajari hari demi hari,
dengan sikap penuh kerendahan hati dan kasih.

Yang membuka hartanya ialah Roh Kudus,
Roh Sang Guru sendiri.
Roh inilah menuntun manusia di jalan yang aman
untuk sampai ke ‘Rumah Bapa’
yang sekaligus rumah Anak-Nya
dan semua pengikut Anak-Nya yaitu Sang Guru.

©SL 7 Juni 2014

Kamis, 05 Juni 2014

Benih Sabda - 6 Juni 2014 ENGKAU TAHU AKU MENGASIHI

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (21:15-19)

"Gembalakanlah domba-domba-Ku!"
  
Yesus yang telah bangkit menampakkan diri kepada murid-murid-Nya. Sesudah mereka sarapan, Yesus berkata kepada Simon Petrus, “Simon anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih daripada mereka ini?”

Jawab Petrus kepada-Nya, “Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.” Kata Yesus kepadanya, “Gembalakanlah domba-domba-Ku!” Kata Yesus pula kepadanya untuk kedua kalinya, “Simon anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?” Jawab Petrus kepada-Nya, “Benar, Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.”

Kata Yesus kepadanya, “Gembalakanlah domba-domba-Ku!” Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya, “Simon anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?”

Dan ia berkata kepada-Nya, “Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu! Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.” Kata Yesus kepadanya, “Gembalakanlah domba-domba-Ku!”

Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ketika masih muda engkau sendiri mengikat pinggangmu dan engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki.

Tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu, dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki.”

Hal ini dikatakan Yesus untuk menyatakan bagaimana Petrus akan mati dan memuliakan Allah. Sesudah mengatakan demikian Ia berkata kepada Petrus, “Ikutlah Aku.”

Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.

Renungan Benih Sabda - 6 Juni 2014

ENGKAU TAHU AKU MENGASIHI

Yoh 21:17
"Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?"
Petrus pun menjadi sedih… Ia berkata kepada-Nya,
"Tuhan, Engkau mengetahui segala sesuatu,
dan Engkau pun tahu bahwa aku mengasihi Engkau."
Kata Yesus kepadanya, "Peliharakanlah domba-domba-Ku.”

Sampai tiga kali Sang Guru bertanya kepada Simon,
“Apakah engkau mengasihi Aku?” Sebab, memang,
sebanyak tiga kali Simon menyangkal Sang Guru.
Jika, akhirnya, Simon yakin akan kasihnya kepada Guru,
maka alasannya bukan karena dia memang hebat,
melainkan justru karena ia telah jatuh ke dalam dosa!

Sang Guru mengampuninya!
Atas dasar apa Sang Guru mengampuni Simon?
Atas dasar kasihnya! Guru bukan hanya siap mati
melainkan benar-benar mati supaya Simon selamat!
Hanya karena inilah Simon boleh yakin
bahwa ia tidak dapat dipisahkan dari Gurunya lagi.

Dengan menjawab, “Engkau tahu aku mengasihi Engkau”,
Simon akhirnya mengerti bahwa kasihnya
bukan kemampuannya sendiri melainkan karunia!

Namun, yang paling menarik dalam kisah ini ialah sabda Sang Guru ini, “Peliharakanlah domba-Ku!”
Sang Guru tidak memuji, tidak berterima kasih!
Ia memberi tugas
yang dapat diwujudkan dengan kasih saja.

©SL 6 Juni 2014
  

Rabu, 04 Juni 2014

Renungan Benih Sabda - 5 Juni 2014 BERSAMA-SAMA DENGAN AKU

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (17:20-26)
  
"Supaya mereka sempurna menjadi satu."
  
Dalam perjamuan malam terakhir, Yesus menengadah ke langit dan berdoa bagi para pengikut-Nya, “Bapa yang kudus, bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka, supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, ada di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.

Aku telah memberikan kepada mereka kemuliaan yang Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu, sama seperti Kita adalah satu: Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku, supaya mereka sempurna menjadi satu, agar dunia tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus Aku, dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku.

Ya Bapa, Aku mau supaya di mana pun Aku berada, mereka juga berada bersama-sama dengan Aku, yakni mereka yang telah Engkau berikan kepada-Ku, agar mereka memandang kemuliaan-Ku yang telah Engkau berikan kepada-Ku, sebab Engkau telah mengasihi Aku sebelum dunia dijadikan.

Ya Bapa yang adil, memang dunia tidak mengenal Engkau, tetapi Aku mengenal Engkau, dan mereka ini tahu, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku; dan Aku telah memberitahukannya, supaya kasih yang Engkau berikan kepada-Ku ada di dalam mereka dan Aku di dalam mereka.”

Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.

Renungan Benih Sabda - 5 Juni 2014

BERSAMA-SAMA DENGAN AKU

Yoh 17:24
“Ya Bapa, Aku ingin supaya mereka
yang telah Engkau serahkan kepada-Ku
ada bersama-sama dengan Aku di mana pun Aku berada,
agar mereka dapat melihat kemuliaan-Ku,
yaitu kemuliaan yang telah Engkau berikan kepada-Ku
karena Engkau telah mengasihi Aku sebelum dunia dijadikan.”

Sang Guru berbicara kepada Bapa-Nya
tentang para muridnya sebagai sebuah kesatuan.
Mereka diberi kepadanya oleh Bapa sebagai saudaranya.
Dengan menerima Sang Guru,
mereka telah menjadi anak Allah
dan bersatu dengan dia, maupun dengan Bapa.

Inilah ‘tanah air’ yang sejak semula disediakan Allah
bagi Adam. Tetapi, ia memilih yang lain,
sehingga tidak dapat menemukan tempat bagi dirinya.

Berada bersama-sama dengan Sang Guru,
berarti berada dekat, di sampingnya,
bahkan ikut serta dalam kemenangannya di salib;
berarti diikutkan pada ‘keluarga Allah’ sebagai anak-Nya.

Sebagai satu keluarga, para murid Sang Guru
dapat melihat kemuliaan-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa.
Kebahagiaan dan kehidupan manusia yang sebenarnya
ialah ‘melihat kemuliaan’ Allah yang mengubahnya
menjadi gambar-Nya sendiri.

©SL 5 Juni 2014