Paus Fransiskus sebagai Person of The Year 2013 oleh majalah Time

Baru 9 bulan menjabat, Paus dipilih menjadi Tokoh Terpilih 2013

Selamat Datang di Gereja Katolik Blog

Gabunglah di Twitter kami: https://twitter.com/Katolik_ku

Selamat Datang di Gereja Katolik Blog

Terimakasih atas kunjungannya, semoga blog ini bermanfaat untuk meningkatkan iman Katolik kita.

Selamat Datang di Gereja Katolik Blog

Terimakasih atas kunjungannya, semoga blog ini bermanfaat untuk meningkatkan iman Katolik kita.

Selamat Datang di Gereja Katolik Blog

Terimakasih atas kunjungannya, semoga blog ini bermanfaat untuk meningkatkan iman Katolik kita.

Selamat Datang di Gereja Katolik Blog

Terimakasih atas kunjungannya, semoga blog ini bermanfaat untuk meningkatkan iman Katolik kita.

Selamat Datang di Gereja Katolik Blog

Terimakasih atas kunjungannya, semoga blog ini bermanfaat untuk meningkatkan iman Katolik kita.

Senin, 09 November 2015

Hasil Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia (SAGKI) IV

Hasil Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia (SAGKI) IV
Via Renata – Cimacan, 2–6 November 2015

Pengantar

1. Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia (SAGKI) IV yang diadakan pada 2–6 November 2015 di Via Renata – Cimacan mengambil tema “Keluarga Katolik: Sukacita Injil, Panggilan dan Perutusan Keluarga dalam Gereja dan Masyarakat Indonesia yang Majemuk”.

Dengan mengangkat tema itu, Gereja Katolik Indonesia bersehati dan seperasaan dengan Gereja Universal yang membahas tema keluarga dalam Sinode Para Uskup (2015) kelanjutan Sinode Luar Biasa Para Uskup (2014).

SAGKI yang mendalami tema keluarga sebagai hal penting dan mendesak ini diikuti oleh 569 peserta yang terdiri dari uskup, imam, biarawan-biarawati, perwakilan umat dari 37 keuskupan, perwakilan keuskupan TNI, dan kelompok kategorial.

2. Keluarga sebagai “sel pertama dan sangat penting bagi masyarakat” (Familiaris Consortio 42) dan “sekolah kemanusiaan” (Gaudium et Spes 52) menjadi tempat pertama seseorang belajar hidup bersama orang lain serta menerima nilai-nilai luhur dan warisan iman.

Di situlah seseorang menjadi pribadi matang yang menggemakan kemuliaan Allah. Keluarga katolik menjadi tempat utama, dimana doa diajarkan, perjumpaan dengan Allah yang membawa sukacita dialami, iman ditumbuhkan, dan keutamaan-keutamaan ditanamkan.

3. SAGKI 2015 mendalami kehidupan keluarga melalui kesaksian beberapa keluarga tentang buah-buah sukacita Injil dalam keluarga dan tantangan keluarga ketika memperjuangkan sukacita Injil serta melalui paparan tentang membangun wajah ecclesia domestica di Indonesia.

Pengalaman tersebut diteguhkan oleh para ahli, didiskusikan dalam 17 kelompok dari segi spiritual, relasional, dan sosial, dipresentasikan dalam pleno, dan akhirnya dipersembahkan dengan penuh syukur dalam Perayaan Ekaristi.

4. Selama SAGKI 2015, dialami rasa syukur dan gembira serta rasa haru dan air mata saat mendengarkan dan menyaksikan sukacita dan pengalaman jatuh-bangun keluarga-keluarga katolik dalam memperjuangkan kekudusan perkawinan dan keutuhan keluarga.
Ketua Presidium KWI Mgr. Ignatius Suharyo memberi salam hormat dan tanda syukur berterima kasih kepada Romo Hibertus Hartono MSF, Ketua Komisi Keluarga KWI sekaligus Ketua Panitia SAGKI ke-4 tahun 2015. (Ery Seda/Tim SC SAGKI)

Buah-buah Sukacita Injil dalam Keluarga

5. Dengan penuh iman, Gereja mensyukuri perkawinan katolik sebagai sakramen, yaitu tanda kehadiran Allah Tritunggal dalam hidup berkeluarga. Perjumpaan dengan Kristus membawa sukacita Injil (bdk. Evangelii Gaudium 1).

Pasangan suami-istri percaya bahwa Allah menghendaki, memberkati, dan mencintai keluarganya. Keyakinan ini meneguhkan suami-istri untuk setia dalam untung dan malang serta menambah sukacita dalam keluarga baik secara spiritual, relasional, maupun sosial.

6. Bercermin dari hidup Keluarga Kudus Nazaret, keluarga katolik dihayati sebagai ladang sukacita Injil yang paling subur, tempat Allah menabur, menyemai, dan mengembangkan benih-benih sukacita Injil. Di dalam keluarga, suami-istri dan anak-anak saling mengasihi, membutuhkan, dan melengkapi.

Kesabaran, pengertian, dan kebersamaan saat makan, doa, dan pergi ke gereja adalah wujud nyata kasih sayang tersebut. Kasih yang dibagikan tidak pernah habis, tetapi justru meningkatkan sukacita dalam keluarga.

Oleh karena itu, ketika para anggota keluarga terpaksa terpisah dari pasangan atau dari anak-anak karena alasan pekerjaan atau sekolah, mereka berusaha mencari cara bagaimana kasih satu sama lain tetap dapat terjalin dan keutuhan keluarga dapat diwujudkan.

7. Sukacita keluarga dialami secara spiritual dalam hubungan dengan Allah melalui kegiatan rohani sehingga kerinduan akan Sabda Allah tumbuh, iman makin tangguh, kepasrahan meningkat, dan pengalaman dicintai Allah dirasakan.

Sukacita keluarga dialami secara relasional saat menjalin perjumpaan dan kebersamaan hidup yang bermutu, mempererat relasi kasih, saling memaafkan, menunjukkan sikap tenggang-rasa dan keberanian berkorban, serta sadar akan tanggungjawab pada generasi selanjutnya.

Sukacita keluarga dialami secara sosial melalui kepedulian terhadap orang lain, pelayanan tulus terhadap sesama, pekerjaan sesuai panggilan, dan keteladanan hidup. Sukacita makin sempurna saat keluarga disapa dan diteguhkan oleh Gereja dalam pelayanannya.

8. Sukacita yang dinikmati di dalam keluarga juga menjadi kekuatan untuk mengasihi Allah dan sesama melalui pelayanan di Gereja dan masyarakat tanpa memperhitungkan perbedaan suku, agama, ras, dan antargolongan serta kepentingan material. Keyakinan ini diteruskan kepada anak-anak lewat pendidikan iman yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan agar mereka mencintai Allah dan sesama.

Tantangan Keluarga dalam Memperjuangkan Sukacita Injil

9. Sukacita dialami oleh keluarga yang mewujudkan rencana Allah atas perkawinan dan keluarganya. Sebagian keluarga membutuhkan perjuangan lebih karena menghadapi aneka tantangan dan kelemahan.

Tantangan itu antara lain: kesulitan ekonomi, situasi sosial, budaya, agama dan kepercayaan yang tidak selaras dengan nilai-nilai perkawinan katolik seperti poligami, mahalnya mas kawin, dan kuatnya tuntutan pernikahan adat, hidup sebagai keluarga migran atau rantau, perkembangan media informasi yang menggantikan perjumpaan pribadi, dan pemujaan kebebasan serta kenikmatan pribadi.

Kelemahan itu antara lain: kekurang-dewasaan pribadi dan kepicikan wawasan, penyakit dan meninggalnya pasangan, keterbatasan kemampuan orang tua untuk mengikuti perkembangan dan pendidikan anak-anak, ketidak-tahuan tentang makna dan tujuan perkawinan katolik, kesulitan dan ketidakmampuan untuk hidup bersama karena perbedaan agama dan budaya, hidup dalam perkawinan tidak sah, ketidak-setiaan dalam perkawinan, hadirnya orang ketiga (idaman lain atau keluarga besar pasangan), dan perpisahan yang tak terelakkan.

Tantangan dan kelemahan ini menyebabkan perasaan terbeban, bingung, sedih, sepi, dan bahkan putus-asa bagi anggota keluarga. Tantangan dan kelemahan itu bisa membawa keluarga pada krisis iman yang merintangi, membatasi, dan bahkan menghalangi keluarga untuk setia kepada iman katolik dan untuk menghidupi nilai-nilai luhur perkawinan.

10. Di tengah pergumulan memperjuangkan sukacita Injil, keluarga mesti datang penuh kerendahan-hati untuk dikuduskan oleh Allah yang berbelas-kasih yang melampaui kelemahan dan kedosaan manusia. Pembelaan Allah yang begitu besar ini merupakan sukacita yang patut disadari dan disyukuri. Kekudusan keluarga merupakan rahmat sekaligus tugas bagi keluarga untuk dipertahankan.

Oleh karenanya, keluarga diundang untuk bersikap dewasa, bertindak bijaksana, dan tetap beriman dengan tidak menyalahkan situasi, tetapi setia mencari kehendak Allah melalui doa dan Sabda Allah, mengutamakan pengampunan dan peneguhan di antara anggota keluarga, serta pergi menjumpai pribadi atau komunitas beriman yang mampu membangkitkan harapan.

Keluarga yang mengandalkan Allah percaya bahwa Allah tidak pernah meninggalkannya. Selalu ada jalan keluar. Tantangan adalah kesempatan untuk bertumbuh dalam kepribadian serta iman, harapan, dan kasih. Tantangan tidak harus menyuramkan nilai-nilai perkawinan dan hidup berkeluarga. Melalui tantangan itu, Allah mengerjakan karya keselamatanNya di dalam dan melalui keluarga.

11. Gereja terpanggil untuk bersama-sama mencari, menyapa, mendengarkan dan bersehati dengan keluarga yang sedang menghadapi tantangan, termasuk mereka yang tidak sanggup mempertahankan nilai-nilai hidup perkawinan dan keluarga.

Di sinilah Gereja hadir untuk menampilkan wajah Allah yang murah hati dan berbelas kasih, terutama bagi keluarga yang berada dalam situasi sulit. Dalam kemurahan dan belas kasih Allah, keluarga-keluarga tidak akan mengalami kebuntuan dalam perjalanannya meraih kebahagiaan.

Gerak Bersama: Membangun Ecclesia Domestica di Indonesia

12. “Keluarga merupakan buah dan sekaligus tanda kesuburan adikodrati Gereja serta memiliki ikatan mendalam, sehingga keluarga disebut sebagai Gereja Rumah-Tangga (ecclesia domestica). Sebutan ini sudah pasti memperlihatkan eratnya pertalian antara Gereja dan keluarga, tetapi juga menegaskan fungsi keluarga sebagai bentuk terkecil dari Gereja. Dengan caranya yang khas keluarga ikut mengambil bagian dalam tugas perutusan Gereja, yaitu karya keselamatan Allah” (Pedoman Pastoral Keluarga KWI 2010, No 6).

Sebagai Gereja Rumah-Tangga, keluarga menjadi pusat iman, pewartaan iman, pembinaan kebajikan, dan kasih kristiani dengan mengikuti cara hidup Gereja Perdana (Kis 2: 41-47; 4: 32-37). Gereja Rumah-Tangga mengambil bagian dalam tiga fungsi imamat umum Yesus Kristus, yaitu guru untuk mengajar, imam untuk menguduskan, dan gembala untuk memimpin. Gereja Rumah-Tangga di Indonesia dibangun berdasarkan nilai-nilai kristiani yang diwujudkan dalam masyarakat yang majemuk.

13. Dalam reksa pastoral keluarga, Gereja mesti berangkat dari keprihatinan dan tantangan keluarga zaman ini yang semuanya membutuhkan kerahiman Allah. Gereja dipanggil untuk menunjukkan wajah Allah yang murah hati dan berbelas kasih melalui pelayanan, terutama kepada mereka yang paling lemah, rapuh, terluka, dan menderita. Kerahiman Allah tidak pernah bertentangan dengan keadilan dan kebenaran, tetapi bergerak melampauinya karena “Allah adalah kasih” (1Yoh 4: 8).

14. Demi menggiatkan pastoral keluarga yang berbelas kasih dan penuh kerahiman, Gereja dipanggil melakukan pertobatan pastoral secara menyeluruh. Pertobatan dimulai dari pelayan-pelayan pastoral yang berkarya dalam pelbagai lembaga pelayanan. Dengan demikian, pastoral keluarga dapat menanggapi persoalan keluarga secara tepat.

Untuk itu:
a. Pedoman Pastoral Keluarga KWI yang diterbitkan tahun 2010 harus diperhatikan dan dilaksanakan;
b. Reksa pastoral keluarga terpadu dan berjenjang mulai dari persiapan perkawinan sampai pada pendampingan keluarga pasca nikah, termasuk pertolongan pada keluarga dalam situasi khusus harus dibentuk dan dihidupkan kembali;
c. Katekese keluarga harus dikembangkan;
d. Kebijakan dan koordinasi perangkat pastoral keluarga baik di tingkat KWI, regio, keuskupan, maupun paroki harus ditegaskan dan disosialisasikan;
e. Keuskupan-keuskupan se-Indonesia harus bekerjasama dan solider dalam sumber daya manusia, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta keuangan;
f. Pelayanan perangkat pastoral seperti Komisi Keluarga dan Tribunal Gerejawi harus mendapat perhatian dan diberdayakan;
g. Lembaga dan pelayan pastoral keluarga, termasuk kelompok-kelompok kategorial dan pemerhati keluarga serta para ahli harus diikutsertakan;
h. Komunitas basis keluarga dan institusi pendidikan katolik harus dilibatkan;
i. Ekonomi keluarga harus ditingkatkan melalui lembaga-lembaga ekonomi dan keuangan;
j. Data-data yang berkaitan dengan kepentingan pastoral keluarga harus dimanfaatkan;
k. Lembaga Hidup Bakti harus diikut-sertakan dalam pastoral keluarga dengan tetap menghormati kekhasan karismanya.

Dalam gerak bersama tersebut, kita perlu juga terbuka untuk bekerja-sama dengan lembaga swadaya masyarakat, lembaga adat, lembaga keagamaan, dan bahkan pemerintah.

15. Keluarga katolik dipanggil untuk mewartakan sukacita Injil dengan kesaksian hidupnya dan kepeduliannya kepada keluarga-keluarga lain. Dengan demikian, keluarga sungguh menjadi Gereja Rumah-Tangga yang tidak terkungkung dalam dirinya sendiri, tetapi menjalankan tugas perutusannya dalam memajukan Gereja dan menyejahterakan masyarakat (bdk. Familiaris Consortio 42).

Penutup

16. Kekayaan pengalaman dan aneka diskusi selama SAGKI 2015 tak mungkin dirangkum seluruhnya dalam rumusan hasil Sidang ini. Namun, kesaksian keluarga, diskusi kelompok, peneguhan dari ahli, kebersamaan, dinamika kerja panitia, dan kreasi bersama tim animasi dalam SAGKI tetap akan terdokumentasikan dalam bentuk buku, video, dan foto. Kita semua yakin bahwa para peserta SAGKI IV inilah yang sepantasnya berperan sebagai “dokumen” dan saksi hidup yang kaya akan pengalaman sukacita Injil dalam keluarga.

17. Pada akhir Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia ini, marilah kita semakin percaya bahwa Allah menjumpai para anggotanya untuk membimbingnya menuju kesempurnaan kasih dan kepenuhan hidup kristiani. Kita bersyukur kepada Allah karena keluarga katolik mengalami sukacita baik dalam kesetiaan perkawinannya maupun dalam perjuangan menghadapi tantangan.

Kita percaya bahwa Roh Kudus menyertai keluarga memelihara dan merawat kesuciannya. Kita turut prihatin bersama keluarga yang berada dalam situasi sulit. Semoga Gereja sebagai sumber air hidup dapat menjadi Guru bijaksana dan Ibu pemberi harapan bagi keluarga.

Keluarga Kudus Nazaret, doakanlah kami untuk mewujudkan keluarga katolik yang memancarkan sukacita Injil.

Kamis, 05 November 2015

Ber-Ekaristi dengan Baik dan Benar

Mari ber-Ekaristi dengan Baik dan Benar

----- Agar diperhatikan :

1. Masuk ke Gereja membuat tanda salib.
Jangan terburu-buru, tetapi hayatilah dan syukurilah bahwa karena rahmat Baptis anda bisa bergabung ke dalam persekutuan Gereja.
Jangan membiasakan memberi air suci pada orang lain dengan mengulurkan jari anda. Ketika anda dibaptis anda dipanggil dengan nama pribadi anda, berarti sangat personal, maka tanda salib jangan dibuat dengan asal-asalan

2. Perayaan Ekaristi/ Misa Kudus adalah rangkaian doa.
Maka tanda salib hanya dilakukan pada awal dan akhir misa kudus saja yaitu ketika imam memulai dan mengakhiri misa. Jangan buat tanda salib banyak-banyak. Tanda Salib di sini menunjuk pada tanda salib biasa dan bukan penandaan dahi, bibir, dan dada dengan salib yang tetap harus dilakukan saat bacaan Injil.

3. Ketika doa pembuka, sampaikanlah ujud pribadi anda dalam hati, singkat saja sambil mengaminkan doa yang dibawakan imam.
Tuhan sudah tahu masalah anda jadi tidak perlu bertele-tele.
Pada zaman dahulu, kesempatan ini diisi dengan doa spontan oleh umat yang hadir, yang akhirnya ditutup oleh imam. (Kesempatan lain yang bisa dilakukan untuk menyampaikan ujud pribadi adalah ketika doa umat, pada waktu yang disediakan).

4. Tanda salib yang dibuat sebaiknya tanda salib besar, yaitu dengan menyentuh pusar (sebagai lambang inkarnasi Kristus).
Tidak membuat tanda salib ketika imam memberi absolusi umum ("...semoga Allah mengasihani kita...dst.."), karena yang kita ikuti adalah Misa Kudus bukan Sakramen Tobat. Tidak salah membuat tanda salib dengan menyentuh dada ketika berkata "Putra".

5. Berlutut sebelum duduk, jangan asal-asalan, jangan hanya membungkuk, kecuali terpaksa.
Yang ada di depan anda adalah Kristus sebenar-benarnya dalam rupa Hosti di Tabernakel. Ingatlah sejenak juga akan inkarnasi Kristus. Hosti dalam Tabernakel, bisa diasosiasikan dengan Kristus dalam rahim Maria.

Tentang pakaian yang pantas untuk menghadap Pencipta anda sendiri yang ada secara fisik di hadapan anda, anda pasti bisa memilihnya bukan? Seberapa sopan anda berpakaian mencerminkan seberapa tinggi penghormatan anda akan Kristus dalam tabernakel.

6. Nyanyikanlah Tuhan Kasihanilah kami dan Kemuliaan dengan penuh hormat.
Harap diingat bahwa Kemuliaan adalah kidung malaikat di padang Efrata ketika kelahiran Kristus. Jadi, mohon dinyanyikan dengan penuh sukacita dan hormat.

7. Bacaan kitab suci yang dibacakan dari ambo (mimbar) adalah waktu Allah berbicara dan kita mendengarkan, yaitu menyimak dengan penuh perhatian.
Jika paroki anda menyediakan teks misa, anda lebih baik membaca kutipan bacaan sebelum misa dimulai. Tatap lektor/imamnya karena Allah sedang berbicara pada anda. Komunikasi yang baik dalam percakapan adalah saling menatap bukan? Pembacaan Injil - dan bukannya homili - adalah puncak Liturgi Sabda. Harap diingat, suara yang anda dengar adalah Suara Kristus sendiri karena imam bertindak IN PERSONA CHRISTI (mewakili Kristus sepenuh-penuhnya)

8. Mohon menyanyikan KUDUS dengan sepenuh hati, dengan keagungan, jangan asal-asalan.
Dikarenakan bahwa ketika menyanyikan/mengucapkan KUDUS kita bergabung dengan seluruh penghuni surga yang memuji Allah tak henti.

9. Ketika konsekrasi (Inilah Tubuh-Ku, Inilah Darah-Ku atau ketika Hosti diangkat dan Piala diangkat) anda boleh mengangkat kedua tangan yang terkatup seperti ritus ibadat di Pura Hindu, namun berlutut sudah merupakan ungkapan penyembahan.
Yang terpenting ketika konsekrasi adalah anda harus menatap-Nya. Harap diingat, Suara yang anda dengar (Inilah Tubuh-Ku, Inilah Darah-Ku, adalah Suara Kristus sendiri. Lagi, hal ini dikarenakan Imam bertindak IN PERSONA CHRISTI. Jadi? TATAPLAH Hosti dan Piala itu dengan penuh hormat, yakinkan pada diri anda kalau itu adalah Kristus sendiri, bukannya sibuk dengan permohonan dalam hati.

10. Ketika imam mengucapkan/menyanyikan : "Dengan perantaraan Kristus, bersama Dia, dan dalam Dia...dst..." Ikutilah dalam hati, TATAPLAH hosti dan piala yang diangkat.
Ketika "AMIN" dinyanyikan (dalam bahasa inggris disebut THE GREAT AMEN")
Mohon dinyanyikan dengan sepenuh hati, dengan suara terindah yang anda miliki. Dikarenakan bahwa The Great Amen ini adalah puncak Liturgi Ekaristi.

11. Jangan menadahkan tangan seperti imam, pada waktu berdoa atau menyanyikan Bapa Kami.
Dikarenakan imam sedang berdoa atas nama Gereja atau IN PERSONA ECCLESIA. Sikap yang benar adalah mengatupkan tangan, tanda berdoa. Hayatilah doa Bapa Kami. Sadarilah bahwa "rezeki" yang anda minta itu terutama adalah "Roti Hidup" dalam Ekaristi. (dalam bahasa aslinya (Aram), doa Bapa Kami menggunakan kata "roti" bukan rezeki. Pun, dalam bahasa latin digunakan kata "PANEM" yang berarti roti.)

12. Tidak mengucapkan doa  PRESIDENSIAL (yang boleh diucapkan oleh imam saja) doa: "..jangan perhitungkan dosa kami tetapi perhatikanlah iman Gereja-Mu"
Jika Imam mengucapkan "marilah kita mohon damai Tuhan" dsb sebelum doa ini, bukan berarti kita harus ikut mengucapkan doa ini. Ucapkan dalam hati saja kemudian diaminkan dengan iman.

13. Ketika menerima komuni, TATAPLAH terlebih dahulu hosti yang diangkat sebelum ditaruh di tangan anda. Amin harus diucapkan dengan penuh iman.

14. Tidak perlu ikut menghormat ketika imam menghormati Tabernakel dan altar (juga pada waktu awal misa).
Tidak masalah jika anda tetap melakukannya karena merupakan kebiasaaan yang saleh. Namun kalau anda menghadiri misa di luar negeri, jangan kaget kalau di negara tertentu praktik ini tidak dilakukan.

15. Mengambil air suci pada saat keluar Gereja tidak perlu dilakukan.
Mengambil air suci sebelum anda masuk gereja sebenarnya kurang lebih berfungsi seperti wudhu, yaitu untuk menyucikan (dan mengingatkan akan Baptis). Ketika anda selesai misa, Kristus yang Maha Suci sudah masuk dalam tubuh anda, tidak diperlukan lagi sarana penyucian lain. Namun demikian, tidak ada salahnya kalau dilakukan, asal jangan karena latah, namun harus disertai kesadaran iman, bahwa anda kini diutus untuk mewartakan karya salib Kristus lewat perkataan dan perbuatan.

Anda harus menjadi contoh bagi orang lain. Jangan takut untuk mensosialisasikan hal-hal di atas pada siapa saja yang menghadiri misa bersama anda.

Tambahan :
Sampaikan dengan sopan pada saudara dari persekutuan gerejawi lain (Protestan) agar mereka tidak ikut mengambil komuni, namun boleh menerima berkat seperti katekumen yaitu dengan menyilangkan tangan di depan dada, sehingga yang memberikan komuni tahu bahwa dia bukanlah seorang katolik. Walaupun mereka tergabung dalam semacam persekutuan dengan Gereja Katolik berkat Sakramen Baptis, namun komuni hanya diperuntukkan bagi mereka yang berada dalam persekutuan penuh dengan Uskup Roma (Paus sebagai penerus Petrus), dengan kata lain komuni hanya eksklusif untuk umat Katolik.

Tambahan bagi perempuan katolik :
Jangan merasa terhalang menerima komuni jika anda sedang mengalami datang bulan. Tuhan Yesus tidak mempermasalahkan sesuatu yang manusiawi. Konsep terhalang karena datang bulan hanya ada di tetangga seberang.

Sumber : http://ekaristi.org/

Selasa, 03 November 2015

TETAPLAH MENJADI KATOLIK

💙💜  TETAPLAH MENJADI KATOLIK 💜💙

"Semel Catholicus semper Catholicus"
(Sekali Katolik selamanya tetap Katolik)

Engkau ingin meninggalkan Petrus hanya karena janji seorang Yudas ?
Pikirkanlah baik-baik, nak !

Para pendiri
Protestantisme ketika keluar dari Gereja Katolik, mereka mengatakan bahwa KARENA KATOLIK ITU SALAH, maka lahirlah PROTESTAN.

Protestan itu kemudian terpecah-pecah ke dalam denominasi seperti Agama Baptis, Mormons, Motodis, Pentekosta, Advent, dll...Ide dasarnya sama seperti mereka keluar dari Gereja Katolik yakni: KARENA PROTESTAN (setidak-tidaknya Denominasi induk mereka salah) maka mereka mendapatkan pewahyuan untuk mendirikan gereja baru.

Contoh paling nyata adalah Gereja Tiberias; Pendeta Pariajdi pernah menulis bahwa ia mendapatkan pewahyuan untuk mendirikan gereja baru karena semua gereja telah melenceng dari maksud Yesus.

Hai, orang-orang Katolik dengarkanlah aku;
Ketika mereka (Protestan) keluar dari Katolik mereka katakan bahwa Katolik salah, ketika sebuah denominasi muncul dengan pendetanya, ia mengatakan bahwa gereja induknya salah - ketika denominasi itu pecah lagi maka ide dasarnya sama bahwa induknya salah.....  DOSA BERANTAI.

Pertanyaannya; "SIAPA YANG BENAR DI ANTARA SEMUA YANG SALAH ITU ?
Ya, kalau salah maka tidak mungkin kita berbicara tentang kebenaran di sana. Satu-satunya jalan adalah memperbaiki yang salah dengan cara kembali kepada kebenaran yakni ke dalam pangkuan Gereja Katolik yang sejak awal mengajarkan iman kekristenan (ajaran-ajaran Yesus) kepada semua orang Kristen.

Gereja Katolik bagaikan seorang ibu yang telah mengandung dan melahirkan semua orang Kristen. Walaupun ia telah tua dan beruban serta berkeriput, tapi DIA TETAPLAH IBU KITA.

Salam dan doa dari seorang sahabat untuk para sahabatnya,

***Rinnong - Duc in Altum***

PERBEDAAN untuk Bersatu

🌿 Kita terlahir dengan segala PERBEDAAN yang kita miliki dengan TUJUAN untuk Bersatu :
💚saling menyayangi...
💚saling menolong...
💚saling membantu...
💚saling mengisi...
💚saling menghargai...

BUKAN untuk :
🔴 saling menuduh
🔴 saling menyalahkan
🔴 saling merusak
🔴 saling membenci                                  🔴 saling merendahkan                   
                                                                SEMUA Perbedaan dari kita adalah Keindahan yang terjadi agar kita RENDAH HATI untuk MENGHARGAI orang lain...

Tidak ada satupun Pekerjaan yang DAPAT kita kerjakan sendiri.

🌿 Mungkin Kelebihan kita adalah Kekurangan orang lain... Sebaliknya Kelebihan orang lain bisa jadi Kekurangan kita...!

🌿 Tidak ada yang lebih BODOH atau lebih PINTAR...
Bodoh atau Pintar itu relatif sesuai dengan bidang/talenta yang kita syukuri masing masing menuju Impian kita...

🌿 Bukan individualis yang sempurna.
Orang Pintar bisa gagal.
Orang Hebat bisa jatuh..., karena KESOMBONGANNYA!
Tetapi...

🌿 Orang yang Rendah Hati dalam segala Hal dan selalu berbuat baik kepada siapa saja, akan selalu mendapat KEBAHAGIAAN SEJATI..

⌣»̶·̵̭̌·̵̭̌Ĝöð Blҽŝs Yöű·̵̭̌·̵̭̌«̶⌣

Senin, 02 November 2015

New Year resolution from Pope Francis

Minggu, 01 November 2015

INDULGENSI UNTUK ARWAH MANA DASAR KITAB SUCINYA??? (RD Josep Susanto)

INDULGENSI UNTUK ARWAH

MANA DASAR KITAB SUCINYA???
(RD Josep Susanto)

Akhir-akhir ini sedang ramai di Media Sosial tentang Indulgensi Bagi Arwah Orang Beriman, yang diperpanjang oleh Paus Fransiskus menjadi 1-8 November 2015 dalam rangka Tahun Kerahiman Ilahi.

Seperti biasa beberapa sahabat menanyakan DASAR KITAB SUCI nya apa untuk mendoakan orang yang telah meninggal, bukti dalam Kitab Sucinya apa untuk Indulgensi tersebut.

Yuk kita bahasa satu-satu, supaya "pinter" kalau ditanya.

Dimulai dari, apa itu INDULGENSI.
Indulgensi berasal dari bahasa Latin artinya penghapusan suatu kesalahan (dosa).

Apa/siapa sumber INDULGENSI itu?
Tidak lain tidak bukan adalah Yesus (Allah sendiri) yang mempunyai kuasa mengampuni dosa.
Markus 2:10 "Supaya kamu tahu bahwa di dunia ini Anak Manusia (Yesus) berkuasa mengampuni dosa."

Kok sekarang Paus atau Gereja yang menawarkan Indulgensi, memangnya Paus atau Gereja itu Allah?

Yesus Kristus memberikan kuasa mengampuni dosa kepada Para RasulNya (GerejaNya).
Lihat Yoh 20:23
"Jikalau kamu (para rasul) mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada."

Kuasa Indulgensi ini dipelihara dan diteruskan oleh para rasul dalam Gereja sampai sekarang melalui "orang-orang tertahbis" yaitu Para Imam.

Para imam, dari Rahmat Tahbisannya dari Gereja, bertindak sebagai perpanjangan tangan / wakil Allah di dunia, memiliki kuasa untuk memberikan rahmat pengampunan kepada orang yang mau bertobat.

Lalu kok pengampunan dosa dikaitkan dengan orang yang meninggal, alasannya apa?

Pertama, Gereja adalah persekutuan umat beriman yang masih hidup di dunia DAN JUGA umat beriman yang masih di api penyucian dan yang sudah ada di surga.

(Ingat ngak sebelum kita menyanyikan lagu Kudus, imam berkata: "bersama seluruh laskar surgawi, dan semua orang kudus, kami mengunandangkan nyanyian kemuliaanMu dengan tak henti-hentinya bernyanyi". Di lagu Kharismatik juga ada: "bersama malaikat di surga, nyanyikan kidung pujian...").

Kedua, Kalau orang yang berdosa masih hidup, Gereja masih bisa mengingatkan, menegur dan menasehati mereka untuk bertobat. Mereka masih bisa datang sendiri untuk menerima Sakramen Pengakuan Dosa kepada Imam.

Nah, orang berdosa yang sudah meninggal yang masih di Api Penyucian bagaimana?

Sederhananya, api penyucian adalah suatu fase di mana orang yang meninggal membersihkan diri dari segala dosa selama di dunia (karena belum sempat atau pun belum sempurna bertobat selama di dunia), sebelum mengalami kesatuan dengan Allah, Sang Maha Kudus di dalam KerajaanNya yang abadi di surga.

Terus, apakah mereka membutuhkan bantuan kita yang masih hidup? Dasar Kitab Sucinya apa.

Di sini letak PERBEDAAN pemahaman dengan saudara2 kita Kristen lainnya. Karena mereka tidak mengakui kitab2 Deuterokanonika yang mana di dalamnya terdapat Kitab Makabe.

Bagi Gereja Katolik, Kitab2 Deutero ini adalah MASIH BAGIAN dari karya keselamatan Allah, menjadi TITIK SAMBUNG antara Sejarah orang Israel sebelum pembuangan, setelah pembuangan, masa kekuasaan Persia-Yunani abad 2 SM, sampai kekuasaan Romawi (jaman Yesus). Tentang mengapa Luther dan pengikutnya menolak kitab2 Deuterokanonika akan dibahas lain kali, supaya fokus.

Coba baca 2 Makabe 12:38-45.

39. Pada hari berikutnya waktu hal itu menjadi perlu pergilah anak buah Yudas Makabe untuk membawa pulang jenazah orang-orang yang gugur dengan maksud untuk bersama dengan kaum kerabat mereka mengebumikan jenazah-jenazah itu di pekuburan nenek moyang.

42. Merekapun lalu mohon dan minta, semoga dosa yang telah dilakukan itu dihapus semuanya.

43. Kemudian dikumpulkannya uang di tengah-tengah pasukan. Lebih kurang dua ribu dirham perak dikirimkannya ke Yerusalem untuk mempersembahkan KORBAN PENGHAPUS DOSA. Ini sungguh suatu perbuatan yang sangat baik dan tepat, oleh karena Yudas memikirkan kebangkitan.

44. Sebab jika tidak menaruh harapan bahwa orang-orang yang gugur itu akan BANGKIT, niscaya percuma dan hampalah mendoakan orang-orang mati.

45. Lagipula Yudas ingat bahwa tersedialah pahala yang amat indah bagi sekalian orang yang meninggal dengan saleh. Ini sungguh suatu pikiran yang mursid dan saleh. Dari sebab itu maka disuruhnyalah mengadakan korban penebus salah untuk semua orang yang sudah mati itu, supaya mereka dilepaskan dari dosa mereka.

Semangat dari kesalehan mendoakan arwah adalah IMAN AKAN KEBANGKITAN.

Doa-doa kita yang masih di dunia ini adalah bentuk solidaritas, dukungan, perhatian, kepada sanak saudara yang masih membutuhkan doa-doa kita.

Kita saja yang hidup masih membutuhkan doa dan dukungan dari sesama kita bukan? Apalagi mereka yang sudah meninggal....

Terima kasih Tuhan memberkati.

DOA IDULGENSI
​Mulai 1 Nopember  doakan anggota keluarga sudah wafat supaya mendapat indulgensi penuh. Harus berdoa mulai hari  (1 Nov) sampe tgl 8 Nov. (Kasih tau keluarga lain).. Jangan lowong.

Doanya:

Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus, Amin.

Bapa yang maharahim, percaya akan kasih-Mu yg tanpa batas, bersama seluruh Gereja-Mu, pada hari ini kami mohon dengan sangat lepaskanlah ... (nama2 yg didoakan) dari segala hukuman atas dosa-dosa mereka. Perkenankan mereka semua memasuki hidup abadi yg terang dan bahagia di Surga mulia, dan perkenankan mereka memandang kemuliaan cahaya wajah-Mu. Ini semua kami mohon di dalam Kristus Putra-Mu dan pengantara kami, kini dan sepanjang masa. Amin

Aku percaya .... (1X)
Bapa Kami ... (1 X)

Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus.
Amin 😇🙏🏻