Senin, 07 Juli 2014

AGUSTINUS ZHAO RONG




AGUSTINUS ZHAO RONG lahir di Wuchuan, Tiongkok pada tahun 1746. Kisah masa kecilnya tidak banyak diketahui orang. Ketika dewasa ia memilih menjadi tentara dan disukai banyak orang karena kesungguhannya. Sebagai tentara ia berusaha melakukan yang terbaik dengan seluruh kemampuannya. Keahliannya sebagai tentara membuatnya dipercaya untuk menangani tugas-tugas penting termasuk mengawal Uskup John Gabriel Dufresse dari Paris yang tiba di Tiongkok. Perjumpaan dengan uskup yang rendah hati ini menariknya untuk mengenal lebih dalam mengenai kekristenan. Sebaliknya bagi Uskup John Gabriel, Zhao Rong adalah gambaran keberanian, kesungguhan dan kekuatan tentara Tiongkok yang sempurna. 

Perkenalannya dengan Uskup John Gabriel membuatnya mengenal Yesus lebih dalam. Ia mengambil keputusan besar, meninggalkan tugasnya sebagai tentara Tiongkok dan berganti menjadi tentara Kristus lewat jalan imamat. Setelah melalui masa pendidikan sebagai calon imam, Zhao Rong ditahbiskan sebagai imam diosesan Vikariat Apostolik Sichuan. Sebagai imam, ia dengan gigih dan berani mewartakan Kristus. Jiwa tentaranya tidak pudar walaupun ia menjadi imam. Sebaliknya, ia justru membara karena kini tahu siapa yang ia abdi. Zhao Rong menjadi pembela iman yang mengagumkan. 

Zhao Rong juga sangat dekat dengan kaum muda. Kedekatannya dengan mereka menarik banyak kaum muda untuk mengenal Kristus lebih dekat lagi. Seorang anak muda bernama Chi Zhuzi adalah sahabat dekat Zhao Rong. Berkat keberaniannya memperkenalkan Kristus, Zhao Rong dan 119 anak muda termasuk Chi Zhuzi ditangkap dan dipenjara di Chengdu. Di penjara itu mereka dipaksa untuk menyangkal iman Kristiani agar dapat dibebaskan. 

Suatu hari, setelah gagal membuat mereka menyangkal iman, para sipir mencoba cara yang lebih kejam. Mereka menyiksa Chi Zhuzi dengan cara mengulitinya. Hal ini dilakukan di hadapan Zhao Rong dan anak-anak muda lainnya, dengan harapan mereka menjadi takut dan menyangkal iman mereka. Tetapi, Chi Zhuzi menghadapi siksaan dengan tabah sambil terus mengarahkan hatinya kepada Kristus. Setelah lengan kanannya dipenggal, ia berseru, “Setiap daging dan tetes darah saya akan memberitahu Anda bahwa saya adalah seorang pengikut Kristus.” Chi Zhuzi meninggal di depan Zhao Rong yang tidak lama kemudian juga mengalami siksaan serupa. 
  
Pada tahun 1900, Paus Leo XIII membeatifikasi Zhao Rong dan kawan-kawannya. Seratus tahun kemudian, tepat pada 1 Oktober 2000, Paus Yohanes Paulus II mengkanonisasi Zhao Rong bersama 120 martir lain. Martir ini terdiri dari anak-anak, kaum buruh, katekis dan orang tua. Gereja Katolik merayakan peringatan St. Agustinus Zhao Rong dan kawan-kawan, para martir dari Tiongkok setiap 9 Juli. Ia dihormati sebagai pelindung para tentara.(RUAH/Charles V, Sumber: www.wikipedia.org, www.americancattholic.org)

0 komentar:

Posting Komentar