Jumat, 13 Desember 2013

POJOK KATEKESE: Keputusasaan Yesus di Salib

Romo, ketika tergantung di salib dan sebelum wafat, Yesus berteriak ”Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku? (Mat 27:46; Mrk 15:34)” Apakah ini tanda keputusasaan Yesus? Mengapa Yesus merasa ditinggalkan oleh Allah? Mohon penjelasan Romo.

Y. Alex Santoso, Lawang

Alex yang terkasih, memang sekilas dengan melihat seruan itu saja, kita bisa mendapat kesan bahwa Yesus putus asa. Kita bisa mengatakan bahwa sebagai manusia, Yesus mengalami kesendirian yang luar biasa. Seruan ini pastilah asli berasal dari Yesus sendiri karena penginjil Markus juga menuliskannya, malahan dalam bahasa Aramis, meskipun pendengarnya bukan orang Yahudi.

Untuk mengerti dengan mendalam, perlu diketahui kebiasaan umum dalam Kitab Suci, yaitu bahwa mengutip awal suatu perikop atau Mazmur, berarti merujuk ke keseluruhan teks tersebut. Nah, kata-kata yang diungkapkan Yesus itu adalah awal Mazmur 22. Karena itu, kita bisa mengatakan bahwa Yesus mendoakan keseluruhan Mzm 22 tersebut.

Kalau kita perhatikan, Mzm 22 terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama (ay 2-19) melukiskan kepedihan dan kesengsaraan yang dialami oleh pemazmur. Uraiannya bernada kepercayaan tapi juga kepedihan karena sengsara yang harus dijalaninya. Hal ini mengingatkan kita pada nyanyian hamba Allah dari Kitab Deutero Yesaya.

Bagian kedua (ay 20-27) berisi jeritan permohonan pemazmur kepada Tuhan agar Tuhan melepaskan dia dari cengkeraman para musuhnya. Nada keputusasaan pada bagian pertama berganti dengan kemantapan iman dan penyerahan kepada Tuhan. Pemazmur mengingat berbagai janji Tuhan dan memantapkan kepercayaan dan harapannya kepada Tuhan.

Bagian ketiga adalah bagian terpenting, khususnya ay 28-29, yaitu menunjukkan kesadaran pemazmur bahwa penderitaan tak akan berakhir sia-sia, tetapi akan menghasilkan buah, yaitu pertobatan para bangsa. Mereka itu akan ”berbalik kepada Tuhan dan . . . akan sujud menyembah di hadapan-Nya” (ay 28). Bagian ini menunjukkan keyakinan pemazmur bahwa penderitaan dan kematiannya tidaklah percuma tetapi menghasilkan buah berlimpah.

Jika dilihat demikian, maka seruan Yesus di salib itu (Mat 27:46; Mrk 15:34) bukanlah tanda keputusasaan, tetapi tanda keyakinan iman bahwa semua sengsara dan kematian-Nya akan menghasilkan pertobatan bangsa-bangsa. Mazmur 22 ini menunjukkan kesadaran Yesus yang dengan kebebasan-Nya memilih menempuh sengsara dan wafat. Mazmur 22 ini mencerminkan keyakinan Yesus bahwa Allah berada pada pihak-Nya dan akan menunjukkan kemenangan-Nya.

Pastor Dr Petrus Maria Handoko CM - HidupKatolik.com
--Deo Gratias--


Photo: POJOK KATEKESE

Keputusasaan Yesus di Salib

Romo, ketika tergantung di salib dan sebelum wafat, Yesus berteriak ”Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku? (Mat 27:46; Mrk 15:34)” Apakah ini tanda keputusasaan Yesus? Mengapa Yesus merasa ditinggalkan oleh Allah? Mohon penjelasan Romo.

Y. Alex Santoso, Lawang

Alex yang terkasih, memang sekilas dengan melihat seruan itu saja, kita bisa mendapat kesan bahwa Yesus putus asa. Kita bisa mengatakan bahwa sebagai manusia, Yesus mengalami kesendirian yang luar biasa. Seruan ini pastilah asli berasal dari Yesus sendiri karena penginjil Markus juga menuliskannya, malahan dalam bahasa Aramis, meskipun pendengarnya bukan orang Yahudi.

Untuk mengerti dengan mendalam, perlu diketahui kebiasaan umum dalam Kitab Suci, yaitu bahwa mengutip awal suatu perikop atau Mazmur, berarti merujuk ke keseluruhan teks tersebut. Nah, kata-kata yang diungkapkan Yesus itu adalah awal Mazmur 22. Karena itu, kita bisa mengatakan bahwa Yesus mendoakan keseluruhan Mzm 22 tersebut.

Kalau kita perhatikan, Mzm 22 terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama (ay 2-19) melukiskan kepedihan dan kesengsaraan yang dialami oleh pemazmur. Uraiannya bernada kepercayaan tapi juga kepedihan karena sengsara yang harus dijalaninya. Hal ini mengingatkan kita pada nyanyian hamba Allah dari Kitab Deutero Yesaya.

Bagian kedua (ay 20-27) berisi jeritan permohonan pemazmur kepada Tuhan agar Tuhan melepaskan dia dari cengkeraman para musuhnya. Nada keputusasaan pada bagian pertama berganti dengan kemantapan iman dan penyerahan kepada Tuhan. Pemazmur mengingat berbagai janji Tuhan dan memantapkan kepercayaan dan harapannya kepada Tuhan.

Bagian ketiga adalah bagian terpenting, khususnya ay 28-29, yaitu menunjukkan kesadaran pemazmur bahwa penderitaan tak akan berakhir sia-sia, tetapi akan menghasilkan buah, yaitu pertobatan para bangsa. Mereka itu akan ”berbalik kepada Tuhan dan . . . akan sujud menyembah di hadapan-Nya” (ay 28). Bagian ini menunjukkan keyakinan pemazmur bahwa penderitaan dan kematiannya tidaklah percuma tetapi menghasilkan buah berlimpah.

Jika dilihat demikian, maka seruan Yesus di salib itu (Mat 27:46; Mrk 15:34) bukanlah tanda keputusasaan, tetapi tanda keyakinan iman bahwa semua sengsara dan kematian-Nya akan menghasilkan pertobatan bangsa-bangsa. Mazmur 22 ini menunjukkan kesadaran Yesus yang dengan kebebasan-Nya memilih menempuh sengsara dan wafat. Mazmur 22 ini mencerminkan keyakinan Yesus bahwa Allah berada pada pihak-Nya dan akan menunjukkan kemenangan-Nya.

Pastor Dr Petrus Maria Handoko CM - HidupKatolik.com
--Deo Gratias--

0 komentar:

Posting Komentar